• 9 •

96.4K 3.8K 12
                                    

"Cinta? Aku bahkan sudah tak bisa mendefinisikan hal semacam itu.

-Reynand Putra Nandathama-

------------------------------------------------------------

"Haisshh.."  Andhita mengacak poninya, menatap risau gerbang sekolah yang kini telah tertutup rapat, lengkap dengan pak satpam yang malah hilang entah kemana.

Gadis itu melihat jam berwarna pink yang melingkar di pergelangan tangannya, 7:20. Sangat wajar bila gerbang sudah ditutup jam segini.

"Non? Gimana? Mau pulang lagi?" tanya sopir-nya yang masih setia menunggu, karena melihat gerbang sudah ditutup.

Andhita menghela napas berat, "nanti dulu deh, Pak," jawabnya.

Ia masih celingukan ke arah dalam sekolah, suasana di sekitarnya sudah sangat sepi, karena siswa lain dan juga guru-guru sudah memasuki lapangan untuk upacara hari Senin.

"Andhita!"

Gadis yang merasa terpanggil namanya itu segera menengok ke sumber suara. "Vino? Kok lo belum masuk lapangan?" tanyanya.

"Gue kebagian tugas jagain kedisiplinan hari ini. Lo lupa? Gue kan anak OSIS," jawab Vino.

"Ah elaah.. berarti percuma dong gue ketemu sama lo?" decak Andhita. Vino tak mungkin bisa membantu, pikirnya.

Alvino ikut mencebikkan bibirnya, bimbang. Menolong gebetannya, atau melanggar tugasnya kali ini.

"Gimana, yah?" Lelaki itu menggaruk samping rambutnya, berpikir keras dan berusaha untuk memilih.

"Ah, persetan sama tugas. Ikutin gue," ucap Vino akhirnya.

Wajah Andhita mendadak berbinar, gadis itu mengangguk, "Pak, saya ditinggal aja," pintanya pada Pak Sopir.

Gadis itu pun mengikuti langkah Vino dari balik gerbang. Vino membawanya ke bagian samping sekolah yang tertutup banyak pepohonan rindang, tak banyak yang tau kalau pagar disana sudah sedikit hancur bagian atasnya, jadi tak terlalu sulit untuk dipanjat.

Vino mengambil bangku yang sudah tak terpakai dari belakang salah satu kelas, kemudian meletakkannya di dekat pagar. Lelaki itu lalu menaiki pagar dan duduk di atasnya.

"Pegang tangan gue." Vino mengulurkan tangannya untuk menarik Andhita.

Gadis itu menatap Vino sebentar, ia pun meraih tangan lelaki itu dan berusaha menaiki pagar dengan bantuan kayu-kayu yang tergeletak didekat pagar itu.

"Tinggi banget," gumam Andhita setelah ia sampai di atas pagar. Ia melihat ke bawah, lebih tepatnya ke arah bangku yang sudah diletakkan Vino tadi.

"Gak pa-pa, ada gue," ucap Vino menenangkan.

Vino turun terlebih dahulu untuk menjaga Andhita dari bawah, agar gadis itu tak terjatuh. Andhita akhirnya bisa melewati pagar sekolah dengan bantuan Vino.

Mereka pun berjalan melewati belakang kelas dengan mengendap-endap, takut ketahuan oleh pak satpam atau salah satu guru.

"Lo tunggu disini aja dulu, nanti gue jemput kalo upacaranya udah selesai," ujar Vino.

ReynandhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang