• 23 •

75.6K 2.9K 76
                                    

"Jangan memaksa ingin lupa. Kadang, kenangan yang sangat ingin kau lupakan malah akan berbalik menjadi sesuatu yang selalu melekat dalam ingatan."

- Raffa Putra Nandathama -

-------------------------------------------------------------

Reynand masih duduk bersandar di tempat tidurnya. Tak seperti biasanya, kali ini ia tak sibuk memainkan gadget ataupun membaca bukunya. Setelah meminta perawat untuk membukakan gorden, yang ia lakukan saat ini hanyalah memandang ke luar jendela, melihat ribuan cahaya kecil yang menandakan keramaian ibukota dari gedung tinggi rumah sakit.

Kedua iris terangnya tak bergerak, meski tak ada satupun objek yang menjadi fokusnya. Pikirannya tengah melayang kemana-mana, banyak hal yang memenuhi kepalanya.

Salah satunya adalah tentang Andhita, gadis yang entah sejak kapan mulai berani mengacak-acak dan mengacaukan perasaannya, gadis yang berhasil menghancurkan dinding kokoh yang selama ini ia bangun untuk menjaga jarak dari kebanyakan wanita.

Sebenarnya, sedari kecil Reynand merasa benci dengan sosok wanita lain selain almarhumah bundanya. Candytha lah yang seharusnya bertanggung jawab soal ini. Sikap kasar wanita itu padanya sewaktu kecil membuat Reynand memilih untuk menarik diri, menjaga jarak pada gadis-gadis yang berusaha mendekatinya.

--

Flashback mode : on

"Reynand! Kamu apain Raffa?! Hah?!"

Candytha baru saja datang ke ruang bermain setelah mendengar tangisan Raffa. Ia segera menggendong putranya dan membentak Reynand tanpa mempedulikan lengkingan suaranya itu berhasil membuat beberapa maid dan security yang bekerja di rumahnya berkumpul menyaksikan.

Reynand kecil hanya bisa menunduk, tak berani mengatakan sepatah kata pun untuk membela dirinya. Suara tangis Raffa yang kala itu masih berusia kurang dari Dua tahun malah semakin pecah, menambah berkobarnya api di dalam batin Candytha.

"Maaf, Nyonya, tadi Den Raffa jatuh sendiri saat mengejar Den Reynand," jelas salah seorang baby sitter yang menyaksikan kejadian sebelumnya.

"Kamu ngebelain Reynand? Iya?!! Intinya Raffa pasti nangis gara-gara dia! Gara-gara kalian juga yang gak becus jagain anak saya!" Candytha tak menerima pernyataan itu dan tambah menyalahkan orang lain. Membuat baby sitter tadi urung melanjutkan penjelasannya untuk membela Reynand.

"Lihat apa kalian?! Pergi!" usirnya pada seluruh pekerja yang menyaksikan hal itu.

"Tapi, Den Reynand?-"

"Anak ini biar saya yang urus!"

Setelah itu, ia kemudian membawa Reynand ke ruang bawah tanah di rumah tersebut. Tangan kecil Reynand tak bisa memberontak sama sekali, ia menangis, tapi tak ada yang bisa ia lakukan selain mengikuti langkah Candytha yang menariknya secara paksa. Saat itu, Giovanni- ayahnya, tengah pergi ke luar negeri karena perjalanan bisnis seperti biasanya.

"Rasain kamu! Makanya jangan berani macam-macam dengan Raffa! Dasar anak nakal!" Candytha segera menutup pintu ruangan itu dan menguncinya.

"Maa! Bukain pintunya, Ma!" Reynand memukul pintu ruangan itu sekuat tenaga, berulang-ulang. Ia berteriak dan mulai menangis. Namun, teriakan dan tangisan Reynand sama sekali tak berhasil mengetuk pintu hati wanita yang kini menjadi ibunya itu.

ReynandhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang