• 25 •

77.5K 3K 48
                                    

"Tak semua hal yang menurut pemikiranmu benar dapat dianggap benar juga oleh orang lain.

Manusia itu unik, kadang suka mau menang sendiri."

-

------------------------------------------------------------

Riuh teriakan terdengar menggema di dalam gedung. Sorak kegembiraan masih terasa hangat atas kemenangan telak tim basket yang menjadi tuan rumah dalam acara kali ini. Tim yang diikuti Andhita baru saja memenangkan pertandingan dengan score yang bisa dibilang cukup mengagumkan, walaupun mungkin agak kejam bagi tim lawan. Dengan begitu, mereka otomatis mendapatkan tiket untuk melaju ke babak selanjutnya besok.

"Jahat lo, Dhit!" pekik Nindya saat tengah bersalaman memberi selamat.

Andhita terkekeh melihat raut wajah kesal yang Nindya buat-buat, ia memilih tak menjawab dan melanjutkan kegiatannya berjabat tangan dengan seluruh tim lawan yang dulu adalah tim-nya sendiri.

"Kak Andhita harusnya gak boleh ikut basket di sini!" Keysha, adik kelasnya, ikut mendukung Nindya.

"Aih.. kok gitu?" jawab Andhita sambil melempar kikikan, agak merasa bersalah.

"Iya! Soalnya tim yang ada Kakak pasti menang," ujar Keysha. Ia menggembungkan pipinya, tak terima jika seniornya dulu itu bergabung dengan tim lain.

Mendengar keluh kesah dari Keysha, beberapa anggota yang lain ikut terkekeh.

--

"Hey! Millie kok gak ada?" Andhita membuka pertanyaan.

Andhita dan Nindya kini telah duduk di kursi taman samping gedung tempat mereka bertanding tadi.

"Dia gak ikut," jawab Nindya pelan, "ibunya sakit. Lo tau, 'kan?" sambungnya.

Andhita mengangguk, "tau, sih. Tapi, gue gak tau sakit apa. Emang parah?" tanyanya mulai cemas.

Nindya diam sejenak, membuat perasaan Andhita merasa semakin tak enak. "Jantung, Dhit," ujar Nindya parau.

"Ha?!" Andhita nyaris tak bisa berkata apa-apa. Bayangan Reynand segera saja berkelebat muncul dalam benaknya.

"Dhit?" Nindya mengibaskan telapak tangannya di depan wajah Andhita, membuat lamunan singkatnya buyar.

Andhita mengejap, "terus gimana?" tanyanya.

"Apa yang gimana?" tanya Nindya tak paham.

"Kondisinya gimana?" tanya Andhita lebih jelas.

"Sejauh yang gue tau, masih kritis," jawab Nindya.

"Gue belum sempet ngejenguk. Lo tau, 'kan tempatnya?"

Nindya mengangguk. "Pulang ini bisa, gak?" ajak Andhita.

"Bisa. Gue juga pengin ke sana lagi. Kasian si Millie sendirian," ucap Nindya setuju.

🍁🍁🍁

Rama menghela napas lelah. Sejak tadi ia telah dikerubuti oleh banyak perempuan yang menjadi fans dadakannya setelah menonton pertandingan tadi. Kebanyakan dari mereka bukan berasal dari sekolahnya, karena mungkin siswi sekolahannya sendiri sudah bosan melihat wajah Rama setiap hari.

Meski masih ada juga yang ikut berdesakkan bersama siswi dari sekolah lain, berebut meminta foto bersama karena tak banyak kesempatan bisa melihat Rama yang malah tampak manly dengan kaos-nya yang basah.

ReynandhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang