Chapter 6

3.4K 604 56
                                    

Agatha menutup laptop lebih dulu sebelum merenggangkan lengan. Kepalanya beralih ke jam dinding kamar ketika melihat sudah lebih dari tiga jam dia duduk dan mengerjakan naskah tanpa beranjak. Cukup lama, namun hanya satu bab yang bisa dia hasilkan.

Sial, dia mungkin butuh refreshing.

Tak lama ponselnya berdenting, dan satu pesan masuk. Mungkin mengirim pesan terkesan jadul, tapi justru ini mengasikkan. Ditambah, tiap pesan yang masuk membuatnya tertawa. Bukan pesan dari operator tentunya. Tapi dari Arka.

Haha. Ga kok.
Hari ini saya libur,
bebas nguli dulu.

Tawa Agatha terpancing begitu selesai membaca pesan itu. Sungguh, ini di luar dugaannya. Kesan pertama yang diberikan Arka padanya itu bisa dibilang cool—dalam artian yang sesungguhnya, dingin—dan tidak banyak bicara. Malah, Agatha mengira pria ini mungkin termasuk orang kaku yang punya candaan berat. Tapi sekarang... omaigat! This man is hilarious!

Pertama kali Arka mengirimnya pesan memang bukan untuk sekadar mengobrol, tapi dia mengirim pesan untuk bertanya apakah Agatha sudah memberitahu soal jadwal pemeriksaan itu pada Papa.

Selamat malam, Agatha.
Maaf SMS malam gini,
kalau telpon takutnya
malah ganggu. Sudah
ingatkan papa kamu
soal jadwalnya?

Isi pesannya memang agak kaku, tapi ada sesuatu yang menyiratkan kalau pria itu penuh pertimbangan. Wah. Dan dari pesan itulah, interaksi mereka terjalin sampai sekarang. Yang begini tidak salah, kan? Dia dan Arka hanya saling membalas pesan.

Ini bukan flirting. Ini juga bukannya Agatha sudah tenang dan bisa melupakan kekesalannya pada Radit. Jika ditanya, Agatha mungkin bisa bilang dia dendam. Amarahnya masih ada. Hanya saja, dia tidak begitu memikirkannya.

Ini juga bukan karena Arka, kok. Begitu Agatha bergumam pada diri sendiri.

Agatha beranjak dari meja kerjanya, merebahkan diri di kursi dan berguling ke samping selagi tangannya memegang ponsel, mata memandangi layar dan jemari bergerak untuk membalas pesan dari Arka.

   Bagus lah. Kalau bisa aku
juga mau libur.

Jadi penulis
itu berat ya?

Semua pekerjaan ada sisi

beratnya sih. Aku lagi hectic
aja belakangan, jadi mau
lanjutin naskah kayak
susah banget.

Kayaknya nanti saya
mau ke toko buku.

Ngapain coba?

Ya beli buku lah,
masa makan seblak?

Agatha tidak langsung membalas. Dia merasa tiba-tiba bodoh. Apa sih yang baru dia pikirkan? Ya, ampun. Ge-er banget! Kenapa dia berpikir kalau pesan Arka barusan maksudnya Arka mau membeli novel yang dia buat? Siapa tahu dia mau beli buku yang lain.

Bingung mau menanggapi bagaimana, rupanya Arka sudah mengirim satu SMS baru.

Lagian makan seblak
juga kan besok.
Kamu yang traktir. :)

Sebentar. Sebentar. Apa Arka baru saja menyempilkan emoticon pada pesannya? Pria tipikal Arka yang kelihatan serius memakai emoticon? Kok lucu, ya? Tapi ini pesan pertamanya yang menyempilkan emoticon. Apa maksud...

Ta, jangan ge-er. Sadar diri. Sadar. Jadi ngenes banget lo!

Jangan minta nambah
banyak-banyak loh.

Love Sick (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang