Chapter 12 : DEATH

90 13 2
                                    

Shall i stay? Would it be a sin?
.
.
.
.
.
.
.





11.45 pm

5 hari, 11 jam dan 45 menit setelah acara tahunan The Infraction Week dimulai.



Setelah Taehyung meninggalkan kuil penyucian, pikirannnya berkecamuk. Sebagian dari dirinya membenci ketidakmampuanya membunuh Sooyoung. Sebagian dari dirinya sangat bersyukur bahwa dia tidak membiarkan emosi menguasai dirinya.



Taehyung akan senang karena dapat membalas dendamnya. Benar. Tapi penyesalan dan perasaraan tersiksanya akan tinggal jauh lebih lama daripada perasaan senang dan puasnya.



Apapun itu, dia sudah membuat keputusan. Keputusan untuk tidak membunuh Sooyoung, tapi juga tidak membawanya pergi. Taehyung sudah memutuskan untuk melupakan Sooyoung. Menghapus semua kenangan akan diri orang terindah yang pernah Taehyung kenal.



Melupakan orang yang telah masuk ke hidupnya, mempermainkan dirinya bersama benang merah takdir.


Melupakan Sooyoung-nya.


Taehyung sudah memutuskan untuk membiarkan Sooyoung mati di tangan paman dan bibinya. Taehyung sudah memutuskan untuk membiarkan Sooyoung disiksa.



Tapi kenapa tangannya yang memegang stir terasa kebas?

Kenapa kakinya yang menginjak pedal gas mobil terasa kaku?

Kenapa nuraninya berteriak menyuruhnya kembali?

Persetan.


Taehyung mengikuti apa yang akal sehatnya putuskan. Meninggalkan Sooyoung. Dia tidak bisa membunuh Sooyoung dengan tangannya sendiri, tapi dia juga tidak bisa membiarkan Sooyoung hidup.



Ini jalan terbaik, Taehyung. Ini yang terbaik. Kamu harus melupakan orang yang kamu kenal hanya beberapa hari belakangan ini. Itu tidak sulit. Ingat orang tuamu. Ingat bagaimana mereka mati.



Taehyung berkali-kali meyakinkan dirinya. Dia mengeratkan tangan pada stir mobilnya untuk menahan kewarasannya. Menahan tangannya pada posisi yang seharusnya, bukannya berbalik arah dan kembali untuk membawa Sooyoung pergi.



Ini yang terbaik, Tae. Kami tidak akan bisa memiliki semuanya.

Tae...

Tae...

Aku merindukannya.


Taehyung menggelengkan kepalanya, berusaha membungkam pikiran bodohnya yang kini juga mulai berkomplot mengkhianatinya. Berusaha menyeretnya kembali ke hadapan Sooyoung.


Tapi tidak, Taehyung tidak selemah itu.


Taehyung harus teguh pada pendiriannya. Dia harus bisa tetap pada arahnya saat itu. Setidaknya kali ini saja.



"Ah!" Taehyung mengacak rambutnya, menolehkan kepalanya ke sepanjang jalan bebas hambatan yang saat ini dilaluinya.


"Apa aku harus menabrak pagar pembatas itu? Aku sudah berkendara selama 4 jam." Taehyung melirik jam di mobilnya. "Kalau aku menghabiskan waktu kembali, penyucian disana pasti sudah dimulai. Brengsek!"


Taehyung membanting stirnya menabrak pagar pembatas jalan, dan memutar balikkan mobilnya menuju arah yang berlawanan dengan arah asalnya.


Biarlah hatinya menang.


Biarlah otaknya kalah. Biarlah akal sehatnya menghilang entah kemana. Taehyung akan mengurusnya nanti. Sekarang tujuannya hanya satu.



The Day of InfractionWhere stories live. Discover now