CHAPTER 3 D-DAY: TRUST (part 1)

100 17 2
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Sooyoung masih melingkarkan tangan kurusnya di tubuh tegap Taehyung. Tubuhnya yang bergetar perlahan menjadi lebih tenang saat dia mendengar debaran jantung Taehyung yang teratur.



Taehyung tidak bertanya pada Sooyoung dia hanya berusaha menenangkan Sooyoung dengan mengelus rambut hitam panjangnya yang sedikit tercampur dengan darah.. Yang entah darah milik siapa.




Setelah merasa dirinya tenang, Sooyoung pun melepaskan pelukannya.



"Maaf aku...." Sooyoung menghindari mata Taehyung.



"It's okay. Kamu tidak perlu minta maaf. Tapi kamu perlu menjelaskan kenapa kamu-- Sial!" Taehyung menolehkan kepalanya dan menajamkan penglihatannya setelah itu menghela napas.



"Sepertinya ada orang gila tidak jauh dari sini"




Sooyoung menatap arah yang Taehyung lihat.





Sebuah mobil... Dengan seseorang yang diikat di kap mobilnya. Ada 3 orang yang diikat disana, dua orang tidak bergerak lagi. Darah mengaliri tubuh kedua orang itu. Dengan kepala yang tidak utuh lagi.




Sedangkan satu orang sisanya meronta dan menangis keras meminta pertolongan yang nampaknya tidak akan pernah dia dapatkan.




"Manis, ambil senjata mu. Lalu tunggu disana" Taehyung menunjuk sebuah gang kecil. "Tunggu aku. Aku akan memastikan jalur kita aman. Kau bisa menggunakan senjata?"




Sooyoung mengangguk hanya karena dia perempuan bukan berarti dia tidak bisa menggunakan senjata "Poin terbaik dilatihan menembak" jawab Sooyoung.




"Tapi hanya teori. Kamu tidak pernah dalam bahaya, kulihat." Taehyung menghapus jejak darah di wajah Sooyoung "ini pasti berat untukmu"




Sooyoung hanya terdiam "Orang tuaku dibunuh.. Oleh paman dan bibiku"



"Maaf". Ucap Taehyung singkat "tunggu disana. Jangan ragu untuk menembak orang yang mendekatimu kurang dari 10 meter. Lihat sekelilingmu, banyak orang yang menembak jarak jauh juga. Dan paling penting perhatikan langkahmu. Tadi aku melihat orang terkena jebakan dan tubuhnya hancur tertimpa grand piano"



Sooyoung tidak tau harus menjawab apa. Semua ini diluar dugaannya. Malam yang seharusnya dia habiskan di dalam rumah malah berakhir seperti ini dengan dirinya berada di luar tanpa perlindungan siapapun.



"Bersembunyilah disana. Aku akan mengecek jalur lain"



Sooyoung mengangguk. Dia tidak ingin menjadi beban Teahyung, dia tidak ingin membuat lelaki itu kesulitan dan memutuskan meninggalkannya.




Sooyoung mengambil senjata laras pendeknya dan berlari ke arah yang Taehyung tunjuk sedangkan, Taehyung berjalan ke arah lain.






"Sorry, sugar. It's too hard to survive out here. I can't take you. It's hard even for me when I'm alone. I can't take you, hope you alive and safe may god be with you".






———————————————



08:07am

8 jam 7 menit setelah acara tahunan The Infraction Week dimulai.




Sudah 5 jam sejak kepergian Taehyung. Sooyoung mulai sadar satu hal Taehyung meninggalkannya.




Sooyoung terkekeh, dia dibodohi lagi.


Apa yang dia harapkan dari orang asing?. Di saat paman dan bibinya saja mengharapkan kematiannya. Rasanya Sooyoung ingin menembak dirinya sendiri dari pada harus mati terbunuh, terlebih lagi apalagi harus disiksa dulu.





Sooyoung menatap langit pagi. Berbeda dengan biasanya, hari ini sangat sepi. Tidak ada kendaraan di jalanan dan orang yang terburu-buru menuju kantor. Semuanya hening.




Hanya terlihat bebepa mobil dengan bak terbuka. Yang disediakan pemerintah untuk mengankud sisa-sisa jasad manusia di jalanan. Mencegah bangaki manusia membusuk dan menimbulkan penyakit.




Sooyoung pun memutuskan untuk bangkit, setidaknya dia harus membalas dendam paman dan bibinya sebelum dia mati.







"Choi Sooyoung?"



Sooyoung mengangkat wajahnya dan menatap beberapa orang dihadapannya. Dengan cepat dia mengambil langkah mundur dan berusaha mengambil senjata yang ia selipkan di pinggangnya.




Namun pada saat yang bersamaan terlihat seseorang berdiri di belakang Sooyoung dan hal terkahir yang Sooyoung rasakan adalah kepalanya yang sakit luar dan semuanya pun menjadi gelap.





Salah satu laki-laki dihadapan Sooyoung mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.





"Ini Hope. Target sudah kami dapatkan. Katakan pada mereka kami akan mengantar parcelnya secepat mungkin. Hidup atau mati? Oh hidup? Ah mereka ingin membunuhnya sendiri, baiklah katakan pada mereka siapkan uangnya"



"Jadi dia mau dijadikan buruan?malang sekali gadis ini dia terlihat masih muda"



Hope memandang temannya.
-Rj-. "Di 7 hari ini hilangkan rasa belas kasihanmu. Kamu akan mati jika memilikinya. Ini minggu terkutuk".




Rj berjongkok, menatap Sooyoung. "Aku belum tau siapa klien kita, tapi apabila menyiksanya terlebih dahulu. Maka akan ku pastikan gadis manis ini akan kubunuh, setidaknya aku membuat dia mati dengan cepat tanpa harus merasakan siksaan terlebih dahulu".



"Kenapa?" Hope yang sedang memasang borgol tangan Sooyoung.


"Katakan saja ini sebagai belas kasihku yang tersisa"






🔪🔪🔪🔪TBC🔪🔪🔪🔪

The Day of InfractionWhere stories live. Discover now