BAB 17.6 : TELANLAH AKU SAMPAI BATAS KEPALA

Start from the beginning
                                    

Sitanggang menghela nafas, remaja bertubuh kontet itu menjatuhkan diri di sofa sembari memijit-mijit dahinya, "Oka, kalau aku pingsan di sini, tolong pamitkan aku ke Mayor Pusaka yah, dan semisal bisa tolong bungkuskan makanannya buat kumakan besok!"

"Kamu serius mau lakuin ini sekarang?" Oka mulai khawatir dengan ekspresi Sitanggang yang lebih tegang daripada biasanya.

"Ya," Sitanggang lantas mencengkeram senter itu erat-erat dan kembali sejumlah visi menyeruak ke otaknya.

Sitanggang kini 'berperan' sebagai Briptu Yahya. Kepalanya dipenuhi sejumlah pikiran, selain dengan pikiran untuk melacak pemilik jejak kaki yang masuk jauh sekali ke dalam hutan, ia juga masih kepikiran soal pendapatannya. Gaji utamanya plus tunjangannya memang seharusnya 'layak' untuk hidup sehari-hari karena jumlahnya di atas 5 juta rupiah, tapi baru-baru ini rentetan musibah melanda keluarganya. Mulai dari ibunya yang stroke dan perlu dibelikan kursi roda, istrinya yang keguguran dan harus dirawat seminggu di RS, sampai tuntutan pekerjaan yang akhir-akhir ini tidak masuk akal. Ia wajib datang ke lapangan, melapor pada atasan pukul 5 pagi dan baru pulang ke rumah pukul 10 atau 11 malam.

Hari Sabtu dan Minggu yang seharusnya hari libur pun sering diganggu dengan urusan tugas kepolisian, belum lagi cicilan motor dan rumah ternyata memakan separuh dari gajinya sehingga ia nyaris tak bisa 'bersenang-senang' sama sekali. Jangankan bersenang-senang, menabung saja ia tak sanggup sebab apa yang bisa ditabung dari gaji tinggal 2,2 juta dan dipakai menghidupi satu ibu yang sakit, seorang istri yang hanya ibu rumah tangga, dan seorang anak yang masih belum genap lima tahun?

Pemikiran yang bercampur aduk itu terus Yahya bawa sampai ke dalam hutan di mana ia menemukan sejumlah batu bulat besar yang membentuk gugusan setengah lingkaran. Briptu Yahya kemudian merasa melihat sepotong logam berkilau di atas sebuah batu. Ia pun mendekati batu tersebut dan mendapati bahwa logam berkilau itu adalah sepotong emas, 10 gram dan berlogo ANTAM pula! Harganya bisa mencapai 7 juta rupiah jika dijual saat ini!

=======
ANTAM = PT. Aneka Tambang Tbk., BUMN yang bergerak di bidang pertambangan dan juga mengeluarkan sertifikat resmi logam mulia. Emas yang diberi logo dan sertifikat ANTAM biasanya terjamin sebagai emas asli.
=======

Briptu Yahya ragu-ragu, apakah ia harus mengamankan emas ini sebagai barang bukti atau sebaiknya ia simpan sendiri saja kemudian ia jual di toko emas karena toh dia sangat butuh uang untuk memenuhi beberapa kebutuhannya. Di tengah keraguannya, tiba-tiba ia mendengar sejumlah suara.

"Ambil saja jika kamu mau!" kata suara yang tidak jelas siapa pemiliknya itu.

"Siapa?" Briptu Yahya langsung mengarahkan senternya ke arah yang ia duga menjadi sumber suara namun ia tak mendapati siapapun di sana.

"Atau kamu mau terus tinggal di sini? Di sini ada banyak uang dan harta, ada banyak makanan dan minuman, ada banyak wanita yang akan setia melayanimu dan tak menuntut macam-macam," tanya suara itu lagi.

Briptu Yahya berbalik dan mendapati di atas batu-batu itu kini tersaji hidangan-hidangan mewah seperti ayam panggang satu ekor, bistik ukuran besar yang lengkap dengan sayur-sayuran segar, serta hidangan sup panas yang aromanya menggugah selera. Di sana juga terdapat pula sejumlah wanita berparas cantik luar biasa, yang kulitnya sebening mutiara, dan bibirnya merona merah. Mereka semua berjalan menghampiri Briptu Yahya dan membisikkan kata-kata bujukan.

"Tinggallah bersama kami ... selamanya. Lupakan saja ibumu yang suka memaksa, memaksamu jadi polisi padahal kamu lebih suka jadi guru, memaksamu menikahi gadis pilihannya padahal kamu belum mau menikah. Lupakan juga soal istrimu yang kerjanya hanya sakit dan sakit melulu, yang masakannya selalu terasa hambar tanpa bumbu, yang wajahnya selalu masam-kusut-berantakan setiap kali kamu pulang kerja, yang selalu mengeluhkan harga-harga naik tanpa pernah menanyakan bagaimana kondisi pekerjaanmu, dan yang selalu tidur duluan sebelum suaminya tidur!"

Briptu Yahya berusaha tetap setia kepada keluarganya sebagaimana laki-laki terhormat lainnya, namun sentuhan dan hembusan nafas wanita-wanita ini seolah punya efek hipnotis yang akhirnya memaksa Briptu Yahya berkata, "Ya! Aku mau tinggal di sini ... selamanya!"

"Katakan : batu bertangkup batu terbelah, telanlah aku sampai batas pinggang!" kata para wanita itu.

Dan setelah itu visi Sitanggang berakhir, namun di detik-detik terakhir Sitanggang berhasil mengetahui bahwa yang ada di sana hanya ilusi, wanita-wanita itu tak lebih dari suara dan bayangan yang keluar dari batu-batu bertangkup tersebut, adapun makanan nikmat dan harta berharganya juga tak lebih dari ilusi semata.

Sitanggang mengakhiri penerawangannya namun ia kini merasa tak sanggup lagi berdiri.

"Oka," Sitanggang menoleh kepada Oka, "Bilang ke Mayor Pusaka kalau aku minta maaf tak bisa datang, dan tolong bawakan sabak elektronik itu ke sini, aku mau tulis laporan tapi aku nggak bisa berdiri!"

Lokapala Season 2 : Pahom NarendraWhere stories live. Discover now