BUKK.

Satu pukulan mendarat mulus di perut Arya tanpa ia hindari. Membuat Arya langsung terhuyung beberapa langkah ke belakang karena Rendy memukulnya sangat kencang.

Dinda yang kaget dan tak menyangka Rendy akan benar-benar memukul Arya pun spontan berteriak dan berlari merengkuh tubuh Arya yang meringkuk di tanah sambil memeluk perutnya.

"Ren, stop!" Cegah Putra sambil mencengkeram lengan Rendy.

Rendy mencebik sambil mencoba menghempas cekalan tangan Putra. "Bangun lo brengsek! Badan lo aja gede tapi kelakuan lo kayak bocah! Punya masalah itu diselesaikan bukannya kabur-kaburan. Oom Aiden mesti tahu seberapa cemen mental anaknya ini." Kembali Rendy mengungkapkan kejengkelannya.

Arya hanya diam mendengar sindiran Rendy. Ia malah mengkhawatirkan gadis di sebelahnya yang tampak panik setengah mati sambil memeluk tubuhnya itu.

"It's OK! Udah biasa gue sama Rendy kayak gini. Itu adalah ungkapan kasih sayang dia ke gue." Bisik Arya sambil berusaha berdiri dibantu oleh Dinda.

"Ren, sudah." pinta Dinda. "Ini semua gara-gara aku. Aku yang harusnya minta maaf ke kalian."

"Cowok di sebelah lo itu perlu disadarkan, biar dia bisa berpikir dewasa! Dibilangin pakai mulut gak bakal mempan, perlu dibikin babak belur dulu baru dia sadar!" Ucap Rendy yang sangat tampak diliputi emosi itu.

Arya meremas tangan Dinda yang digenggamnya kemudian ia melepasnya lalu berjalan mendekati Rendy yang memelototinya tajam namun tak ia hiraukan. Arya malah menubruk tubuh sahabatnya itu lalu memeluknya erat. "Thanks Ren--. I love you too."

"TAI! Lepas! Jauh-jauh dari gue, bangsat!" umpat Rendy sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Arya.

"Gue cium mau? Kan lo sayang ama gue--" Arya semakin gencar menggoda Rendy, membuat Rendy bergidik ngeri lalu dengan cepat dia membebaskan diri dari pelukan Arya dan berganti dengan mengalungkan lengannya ke leher Arya.

"Din, lo udah jadian belum sama nih kadal Mesir? Kalo udah, sorry ya kalo bentar lagi lo jadi jomlo lagi, gue mau ngelempar nih dugong ke laut." Ujar Rendy sambil sedikit menyeret tubuh Arya menuju ke bibir pantai kembali.

"Rendy, jangan!"

Dinda terlihat ketakutan mendengar ancaman Rendy. Dia baru kali ini melihat interaksi tak lazim dari empat sekawan itu, dan tentu saja dia menganggap kalau ucapan Rendy benar adanya. Tetapi melihat mereka berempat yang kemudian tertawa sambil berlarian menuju pantai, Dinda pun bisa tenang dan ikut tersenyum setelah menyadari kalau semua itu hanya candaan mereka saja.

🐻🐻🐻🐻🐻

Rendy berdiri sambil bersandar pada sebuah pilar di teras penginapan meski jam menunjukkan pukul dua dini hari. Sambil menghisap rokok, ia menengadah menatap langit yang baru saja ditinggal mendung pembawa hujan deras yang menyebabkan padamnya listrik di sana.

Dia bukan membenci gelap. Rendy malah suka gelap-gelapan. Namun, tadi saat dia baru saja ditarik ke dunia mimpi, suara teriakan yang menggema sontak membuat matanya terbuka. Dan gelap adalah hal pertama yang menyapanya. Meskipun dia baru terbangun dari tidur namun kesadarannya bisa langsung terkumpul, dan suara teriakan dari lantai atas membuat Rendy melompat dan berlari menaiki tangga. Entah kekuatan superhero siapa yang ia pinjam karena nyatanya suasana di dalam penginapan sangat gelap dan tanpa ada penerangan apapun. Namun seolah matanya bisa melihat dalam kegelapan, Rendy bisa sampai ke depan kamar yang dipakai Dinda tanpa tersandung anakan tangga.

Brak! Bersyukurlah ia yang sangat mencintai seni beladiri jiu-jitsu sejak pertama masuk bangku SMA. Karena hasil ia berlatih itu membuatnya mampu mendobrak pintu kamar Dinda hanya dengan satu kali hantaman.

BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMATWhere stories live. Discover now