"Gue cuma khawatirin lo Tan. Ada apa-apa sama lo, bisa kena khutbah gue sama tante Dara dan Oom Ian."

Tania terkekeh. "Lebay ah, kayak gue anak TK saja."

Mendengar kekehan Tania membuat Rendy ikut terkekeh juga "Makasih ya Tan."

"Makasih? Perasaan, gue gak kasih lo apa-apa deh."

"Hahahaha... Makasih untuk pengertian lo."

"It's OK. Gue balik dulu ya. Lo hati-hati."

"Lo juga hati-hati. Kabari kalau lo sudah sampai rumah."

"Iya. Bye."

Siang tadi saat istirahat sekolah, Rendy dan kedua sahabatnya --Erga dan Putra yang sudah hampir hopeless karena ini sudah hari ketiga Arya menghilang, akhirnya menemukan titik terang. Betapa kepanikan membuat mereka menjadi bego dan tidak terpikir untuk bertanya ke gadis yang disinyalir merupakan alasan Arya kabur dari rumah. Ya, di saat keputusasaan melanda mereka, secercah harapan bernama Dinda lah yang akhirnya memberikan pencerahan. Gadis yang sedang getol dipepet Arya itu nyatanya langsung bisa mendapat informasi tentang keberadaan Arya. Maka tak perlu menunggu lama, meski harus perang mulut dengan guru BK kali ini mereka akan lakukan. Namun keberuntungan sepertinya memihak Rendy dan sahabatnya, karena sangat kebetulan sekali para siswa dipulangkan lebih awal karena ada rapat guru mengenai persiapan UN untuk anak kelas XII.

Saking senangnya Rendy, ia tak mau menunggu lama lagi. Akhirnya bersama kedua sahabatnya ditambah Dinda yang ngotot untuk ikut karena menurutnya ini terjadi mungkin karena kesalahpahaman saat mereka di rumah Arya beberapa waktu lalu, mereka pun berangkat menuju Anyer dengan Rendy yang bertugas mengemudikan mobil. Dan Rendy lupa satu hal, beberapa hari ini dia diminta tolong oleh orang tua Tania untuk mengantar-jemput putrinya karena mereka ada keperluan ke luar kota. Antusias Rendy untuk segera bertemu Arya membuatnya melupakan amanah itu. Ia baru ingat saat tiba di Anyer, saat ia hendak menemani Dinda untuk mencari Arya di pantai.

🐻🐻🐻🐻🐻

Sore hari, saat matahari sudah hampir tenggelam hingga semburat warna jingga menyeruak dari garis cakrawala. Sosok yang ditunggu-tunggu pun muncul. Arya nampak berjalan beriringan dengan Dinda, kali ini dengan tangan yang saling bertaut. Hati Rendy sedikit tercubit melihat pemandangan di depannya, tetapi ia buru-buru menepis rasa itu karena bagi dia yang terpenting adalah kebahagiaan sahabatnya. Toh Rendy sudah menemukan kebahagiaannya sendiri, meski ia terkadang masih suka gamang dengan perasaannya sendiri yang masih abu-abu.

"Duel yuk di sini." Kalimat itulah yang diucapkan Rendy setelah Arya mendekat. Erga dan Putra sudah bersiap-siap untuk kemungkinan terburuk sementara Dinda bingung melihat apa yang terjadi di depannya.

Arya meringis sambil garuk-garuk kepala "Sorry-"

"Sorry..Sorry MATA LO!" Rendy sudah setengah jengkel dengan Arya hingga mulutnya sudah sulit dikontrol. "Lo bisa gak sih kalau ada masalah itu gak bikin kita repot? Gak usah pake kabur-kaburan gini, mending lo ngajak gue berantem. Dengan senang hati gue bakalan jotosin lo dan bikin lo babak belur. Siapa tau lo bisa sedikit dewasa dalam ambil keputusan setelah lo bonyok!"

"Lah, siapa juga yang nyuruh nyariin gue?" Arya asal nyeplos saja, membuat Putra dan Erga bersamaan mengusap wajahnya dengan kasar. Duel deh mereka, pasti duel!

"Eh, BABI! Lo bener-bener ya! Lo gak ngerasa bersalah, gitu?" Rendy membuang begitu saja rokoknya yang baru saja ia sulut dan meringsek mendekati Arya.

Rendy baru saja mengabaikan Tania demi sahabat tak tahu diri ini, dan nyatanya bule KW itu malah mancing emosinya.

BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMATOnde histórias criam vida. Descubra agora