Epilog - Part 2

2.4K 300 5
                                    

아이같이 맑은 사람이 좋지만,
어른답지 않은 사람은 싫더라.
(Aku suka orang yang ceria seperti anak kecil, tapi aku tidak suka orang yang menjawab dengan kekanakan)
🌱🌱🌱

Selamat membaca, guys
🍁🍁🍁

Berbicara tentang siapa Lu Si, dia adalah anak dari salah satu kenalan Ayah Won Woo. Sekarang profesinya sebagai seorang pengacara muda yang sedang naik daun.

Tuan Jeon meminta Lu Si untuk menjadi mentor Won Woo yang memang kebetulan mengambil jurusan hukum. Itu artinya Won Woo sudah dipersiapkan untuk menjadi seorang pengacara juga.

Jika ditanya bagaimana perasaan Won Woo pada Lu Si, Won Woo hanya bisa menjawab bahwa ia sangat mengagumi wanita itu. Ia juga tidak bisa bohong, bahwa pesona yang dipancarkan Lu Si terkadang mengusik jiwa laki-lakinya.

Tapi pernah suatu hari Lu Si menanyakan sesuatu yang cukup mengganggunya.

“Apa kau sudah punya pacar?” tanya wanita itu serius.

“Apa kau sudah punya pacar?” tanya wanita itu serius

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Tidak,” jawab Won Woo tak acuh. Ia sebenarnya tidak begitu nyaman dengan percakapan semacam ini.

“Kenapa?” tanya Lu Si lagi. “Apa tidak ada yang menarik perhatianmu?”

“Untuk sekarang ini tidak,” jawab Won Woo apa adanya.

“Ayolah! Jangan terlalu kaku, Won Woo,” kata Lu Si sambil menahan senyumnya yang rupawan.

“Apa ada ketentuan bahwa aku harus menyukai seseorang?” tanya Won Woo meladeni topik yang diambil Lu Si.

“Apa ada ketentuan bahwa seseorang harus memiliki perasaan suka terlebih dahulu untuk berkencan?” Lu Si memutar balik pertanyaan, kemudian tersenyum lagi. “Hanya untuk bersenang-senang saja,” katanya pelan.

“Bersenang-senang?” tanya Won Woo mengulangi. “Itu tidak terdengar menyenangkan sedikit pun,” komentarnya dingin.

“Kau harus tahu hal yang paling tidak menyenangkan adalah menyukai seseorang tanpa bisa mengencaninya,” sambung Lu Si. “Mengencani seseorang tanpa perasaan masih bukan apa-apa.”

Mendengarnya, Won Woo langsung teringat pada Min Hee. Seberapa besar luka yang ia torehkan pada hati Min Hee yang tulus itu, pikirnya. Pasti sangat fatal, jawabnya sendiri.

Tapi aneh rasanya mendengar kalimat seperti itu keluar dari mulut seorang wanita cantik macam Lu Si, jadi Won Woo bertanya.

“Apa kau sedang menyukai seseorang?” tanyanya.

“Mendengar kau bertanya begitu, sepertinya laki-laki yang kusukai itu tidak menyadari perasaanku sama sekali,” tutur Lu Si lalu tersenyum tipis, yang bermaksud menertawakan dirinya sendiri.

“Apa maksudmu?” tanya Won Woo cepat-cepat.

“Bukan apa-apa,” jawa Lu Si.

Sejak saat itu, Won Woo tahu bahwa Lu Si telah berbohong pada ayahnya. Wanita itu pernah bilang bahwa ia akan mengajari Won Woo seperti adik laki-lakinya sendiri. Nyatanya saat ini Lu Si sedang merayunya.

Jika boleh jujur, ia cukup tertarik dengan sosok Lu Si. Tapi... ah entahlah, rasanya tidak dibenarkan untuk mencintai wanita yang belum sepenuhnya ia kenal. Ide berkencan hanya untuk bersenang-senang yang dikatakan Lu Si padanya, membuatnya sadar bahwa Lu Si bukanlah wanita yang selama ini ia nantikan.

Jadi, bagaimana dengan Min Hee?

Min Hee hanya seseorang yang harus ada dalam hidupnya. Oleh sebab itu, saat Ayah Min Hee memintanya untuk membujuk Min Hee pindah rumah, hatinya gentar dan tak bisa berpikir apa-apa, sampai-sampai ia lupa dengan janjinya menemui Min Hee malam itu.

Dan mengenai surat cinta Min Hee yang terselip di bukunya...

Won Woo memang masih menyimpan surat itu dengan kesadaran penuh, bahkan sesekali membacanya berulang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Won Woo memang masih menyimpan surat itu dengan kesadaran penuh, bahkan sesekali membacanya berulang.

Saat surat itu tidak sengaja ditemukan oleh Min Hee suatu pagi, jujur saja ia sangat kaget dan tidak tahu bagaimana cara menjelaskan tanpa mengundang kesalahpahaman gadis itu, jadi ia refleks membuangnya.

Jika ditanya apa yang paling ingin disampaikannya pada Min Hee, maka ia akan menjawab: Min Hee-ya, waktu itu kau tidak bermimpi. Kau benar-benar menciumku, dan itu adalah ciuman pertama kita. Karena setelahnya kupikir aku menginginkannya lagi.

***

TBC

Jangan lupa vomentnya yaa
😉😉😉

Tell Me We're Not Friend || Jeon Won Woo || ✔Where stories live. Discover now