Part 5

2.8K 415 48
                                    

꼭 그래야만 했냐
(Haruskah kau sampai begitu?)
🍂🍂🍂

Selamat membaca, guys
🍁🍁🍁

Won Woo menggosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil lalu berjalan ke meja belajarnya untuk menyiapkan buku-buku yang akan dibawanya ke kampus tanpa mengindahkan keberadaan Min Hee yang masih menunggu penjelasan darinya.

Min Hee yang sudah tak tahan membalikkan tubuh Won Woo dengan kuat. "Aku minta penjelasan darimu," kata Min Hee yang mulai terpancing emosinya.

"Apa yang harus dijelaskan?" Won Woo tampak terganggu. "Itu memang sudah terselip sejak lama di sana."

"Jika begini, kau malah menyulitkanku untuk melupakan perasaanku." Suara Min Hee mengecil dengan pilu.

Bagi Min Hee, Won Woo bukan hanya sekadar Won Woo saja. Tetapi juga sahabatnya, cinta pertamanya dan bagian hidupnya yang mutlak harus ada. Ia selalu merasa aman berada di dekat Won Woo tidak peduli seberapa dingin perlakuan laki-laki itu padanya.

Won Woo merampas amplop yang berisi surat itu dengan kasar dari tangan Min Hee, lalu membuangnya ke tempat sampah yang ada di sebelah meja belajarnya.

Min Hee hanya bisa melongo melihat adegan yang memilukan itu. Mulutnya menganga tapi tidak mengatakan apapun karena telah kehilangan kata-kata.

"Itu..." Min Hee menatap nanar surat cintanya yang berakhir tragis di tempat sampah. "Walau bagaimanapun, itu perasaanku." Ia meratap.

Won Woo memajukkan sedikit kakinya dengan gusar, wajah dingin itu berubah tegang karena rasa bersalah.

Min Hee menoleh. "Kenapa kau bisa setega ini padaku?" Kedua matanya terasa perih menahan air yang siap jatuh di pelupuk matanya. "Kalau memang kau tak punya perasaan yang sama, setidaknya..."

Min Hee menatap mata elang Won Woo dengan tajam. "Aku benci kau, Jeon Won Woo!" Min Hee menyentak.

Walau begitu, walaupun Won Woo sudah dengan tega melempar surat cintanya ke dalam tempat sampah, Min Hee tetap berharap Won Woo akan bilang maaf padanya lalu menjelaskan kalau ia tak sengaja melakukan itu.

Katanya, seseorang menjadi bodoh di depan orang yang disukainya. Begitu pun Min Hee sekarang ini. Jika Won Woo mau mengakui kesalahannya, maka Min Hee bisa dengan mudah memberi lagi kesempatan pada Won Woo.

Aku mohon katakan, pinta Min Hee dalam hati. Matanya penuh harap bertemu dengan mata elang laki-laki di hadapannya.

"Aku tidak mau bertengkar denganmu," ucap Won Woo kemudian.

"Menurutmu, aku sedang mengajakmu bertengkar karena keisenganku saja?" tanya Min Hee tercekat karena penuturan yang tak tertebak dari mulut seorang Jeon Won Woo itu.

Won Woo menggantung responsnya selama beberapa saat, hingga keheningan yang mereka ciptakan di ruangan itu mulai terasa mencekik. "Oke, aku minta maaf. Aku tak bermaksud membuangnya juga. Lagi pula ini sudah jadi milikku," ujar Won Woo sembari memungut amplop itu lalu menyelipkannya lagi di buku besar tempatnya semula.

Min Hee mengusap air matanya pelan. "Apa kau sedang mempermainkanku?" protes Min Hee dengan suara kecil, sehingga terdengar seperti sedang kumur-kumur di telinga lawan bicaranya.

"Hah?" tanya Won Woo meminta Min Hee memperjelas ucapannya.

"Kubilang aku benci kau," ucap Min Hee berlainan dari sebelumnya.

"Aku kan sudah minta maaf. Dan kenapa harus sampai menangis juga?" tanya Won Woo. "Kau ini bukan anak kecil lagi." Won Woo mengusap air mata Min Hee dengan punggung tangannya.

Min Hee menepis tangan itu, bukan karena amarah melainkan karena malu. Seingatnya ia memang terkenal cengeng sejak kecil di depan Won Woo, dan ternyata sekarang pun masih begitu. Mungkin karena sudah kebiasaan.

"Lagi pula..." Won Woo menahan tawanya sedikit. "Kau bilang benci di depan surat cintamu. Benar-benar sulit dipercaya," gerutu laki-laki itu seraya melanjutkan aktivitasnya membereskan buku kuliahnya hari ini.

Tanpa rencana, tangan Min Hee yang terkepal memukul punggung laki-laki itu karena terlalu kesal. Won Woo mengaduh kesakitan.

"Cepat turun! Sarapan sudah siap," kata Min Hee lalu pergi keluar ruangan dengan sedikit terburu-buru.

Min Hee menempelkan punggungnya di balik pintu. Cinta pertamanya yang sudah lama terkubur, rasanya muncul kembali ke permukaan, memanggil-manggil namanya dengan melodi yang indah.

Tapi Min Hee teringat kalau Won Woo tak punya perasaan yang sama dengannya, dulu maupun sekarang. Bagi Won Woo, Min Hee hanyalah sahabatnya, dan tidak lebih. Min Hee menghela napasnya sendu.

Menuruti perasaannya hanya akan menambah luka yang sudah diterimanya selama ini. Jika ia mengiyakan kembali rasa sukanya pada Won Woo, ia hanya harus merasa puas dengan cinta bertepuk sebelah tangan saja.

Min Hee memijat lagi kepalanya yang terasa pening, lidahnya juga terasa pahit. Ia pun bergegas turun untuk siap menyantap sarapannya di rumah keluarga Jeon.

"Dia sedang apa?" tanya Nyonya Lee begitu kaki Min Hee menginjak lantai pertama.

"Sebentar lagi turun," jawab Min Hee. "Ah, Itu dia!" Min Hee menunjuk sosok Won Woo yang sedang menuruni tangga dengan keren. Di mata Min Hee yang sedang sakit karena cinta, apapun yang dilakukan Won Woo terasa luar biasa.

"Hyung!" panggil Min Jae. Won Woo mengangkat satu tangannya menyapa. Min Hee yang melihat itu berdecak kesal, mana pernah Won Woo membalas sapaannya begitu.

Masing-masing orang pun duduk mengelilingi meja makan yang sudah tersaji berbagai lauk pauk yang menggiurkan.

"Kalau Min Hee Noona pulang malam lagi hari ini, datang saja kemari untuk makan malam. Kau mengerti?" kata Nyonya Lee pada Min Jae.

"Iya," jawab Min Jae sembari menyantap makanannya dengan lahap.

"Kau masih akan melanjutkan kerja sambilanmu itu?" tanya Won Woo tanpa menatap lawan bicara yang dimaksud.

Tapi Min Hee mengerti kalau pertanyaan itu untuk dirinya. "Hmm, mungkin aku akan mencoba meminta pada atasan untuk mengurangi jam kerjaku."

"Apa kau sedang kesulitan uang?" tanya Tuan Jeon ikut bergabung. Biasanya tidak sama sekali.

"Ah, tidak, tidak sama sekali. Hanya cari pengalaman kerja saja," jawab Min Hee gugup.

"Tapi kasihan Min Jae juga kan," ujar Nyonya Lee.

Min Hee menggigit bibir bawahnya dengan gusar. "Aku tahu. Aku akan mencari cara agar tidak sampai terlambat pulang lagi."

"Apa masih belum ada kabar dari ayahmu?" tanya Tuan Jeon lagi.

Min Hee menoleh ke arah Min Jae sebentar. "Dia selalu mengirimi kami uang bulanan dengan rutin kok," jawab Min Hee yang sebenarnya kurang nyambung dengan maksud pertanyaan Tuan Jeon. Min Hee hanya tidak mau Min Jae mendengar terlalu banyak tentang ayah mereka.

"Lalu bagaimana dengan kuliahmu?" tanya Nyonya Lee.

"Baik-baik saja," jawab Min Hee.

Bibir Won Woo tertarik ke sebelah sisi, lagi-lagi menyindir Min Hee. "Tidak terlihat begitu," komentarnya pelan.

Di bawah meja, Min Hee langsung menendang kaki Won Woo karena kesal, tapi malah Tuan Jeon yang meringis kesakitan. Ia pun malu setengah mati karenanya.

***

TBC

Jangan lupa vomentnya yaa
😉😉😉

Tell Me We're Not Friend || Jeon Won Woo || ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin