14. Reihan: You can do it, Rania!

2.4K 82 4
                                    

Rania seperti biasanya melewati koridor Sekolah, tiba-tiba langkahnya terhenti karena ia tidak sengaja membaca mading Sekolah yang bertuliskan:

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Rania seperti biasanya melewati koridor Sekolah, tiba-tiba langkahnya terhenti karena ia tidak sengaja membaca mading Sekolah yang bertuliskan:

Pemberitahuan

Kpd yang terhormat: Persatuan Guru Sains Indonesia.

Dengan kami tulis surat ini, kami ingin beritahukan bahwa lomba biologi akan dimajukan yaitu pada hari Selasa, tanggal 19 Oktober.
Kami harap, peserta lomba beserta guru-guru memaklumi akan hal ini, di karenakan tim penilaian kami, tuan Alexander Fernando akan melakukan penelitian di Australia pada hari yang bertepatan dengan hari yang kami sudah tetapkan.

Kami ucapkan terimakasih kpd kalian yang sudah memaklumi.

Hormat kami,
Ryan Irawan
Tim pelaksana OSN.

Sekali lagi membaca, tidak ada yang berubah, dua kali lagi membaca, dan... Tiga kali lagi membaca, tetap sama apa yang baru pertama kali ia baca. Seketika pias wajah Rania yang berkali-kali membaca surat yang ditempel pada ukuran besar itu, keringat bercucuran di pelipis nya.

Bagaimana ini? Mengapa mendadak sekali memberitahunya? Besok ia sudah berkompetisi? Bagaimana kalau ia gagal? Memalukan nama sekolah? Memalukan nama bunda-nya?

Biarin saja! Yang penting aku sudah berusaha yang terbaik. Mau menang atau kalah itu urusan belakangan

Pikiran nya sekarang seperti ada 2 sesuatu yang menguasai, yang satu pesimis dan yang satunya lagi optimis.

Buru-buru ia menaiki tangga untuk segera sampai di kelas-nya, di lihatnya Aira sedang duduk santai sembari mendengarkan lagu dengan earphone berwarna ungu terang.
Tergesa-gesa ia menarik kursi nya dan mendudukinya -- tidak sabar sekali untuk menceritakan hal itu kepada sahabatnya.
Ketika menceritakan itu, ia berhenti sebentar, mengambil napas, lanjut lagi, berhenti lagi, mengelap keringat di dahinya dan bercerita kembali.
Sementara itu, Aira hanya mangut-mangut.
"Mending lo jangan pesimis duluan deh. Sekarang lo lebih baik pelajarin materinya, dan berdoa. Semoga aja lo bisa sukses besok." Saran Aira di cerita terakhir Rania

"Dan satu lagi saran gue, lo coba bicarakan hal ini ke Reihan dan Raka, syukur-syukur bisa belajar bareng." Tambah Aira sambil nyengir.
Mendengar saran yang terakhir, Rania memasang wajah sinis kepada Aira.
"Kenapa wajah lo berubah?" Aira malah meledek.
"Gue gak mau, kemarin juga udah belajar bareng kok, rasanya risih tahu gak? Mending gue belajar sendiri aja." Jawab Rania setengah kesal sambil menjulurkan lidah nya.
"Ran, jangan egois gitu dong. kita ini kan manusia, makhluk sosial yang saling membutuhkan, siapa tau kalau lo belajar bareng mereka, bertambah ilmu lo, atau sebaliknya ilmu mereka bertambah." Papar Aira sok bijak, padahal ia tidak bermaksud berkata seperti itu, hanya ingin meledek Rania saja.
"Iya Bu." Jawab Rania.
"Kalau lo malu untuk datang ke mereka, gue siap kok nemenin lo ke mereka." Aira menawarkan sebuah solusi.
"Iya deh, jam istirahat aja ya?" Rania mengalah, melihat wajah Aira yang sangat antusias.

Lost SoulsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora