Tiga

5.8K 205 2
                                    

Hai, Reihan!

Jangan lupa dimakan ya.
kalau mau lagi, bisa bilang :)

Marsya, XI MIPA 1.

Reihan melipat-lipat kertas yang menempel di atas sebuah kotak kue berukuran sedang yang berisi brownies.
Setelah kertas itu menjadi lipatan-lipatan kecil, ia membuangnya ke tempat sampah.

"Nih."
Ia sekarang memberikan kotak kue itu kepada Angga-teman sebangkunya.

Angga yang sejak tadi memperhatikan teman sebangkunya yang sering sekali mendapatkan hadiah-hadiah dari penggemar-penggemarnya itu tidak lagi heran.
Memang seperti biasanya Reihan melakukan hal itu, membuang kertas si pengirim, dan juga memberi hadiah dari pengirim itu kepada Angga. Bahkan tadinya, Reihan juga tidak segan-segan untuk membuang hadiah-hadiah itu juga, namun hal itu dicegah oleh Angga, yang katanya tidak baik membuang pemberian dari orang lain yang tulus, terutama makanan. Dan jadilah Reihan tidak jadi membuangnya, dengan memberi hadiah apa pun itu kepada Angga-satu-satunya temannya.

"Wah."
Angga membuka kotak kue. Menatap potongan demi potongan brownies coklat itu.

"Aneh lo, bisa-bisanya nolak makanan," Angga menatap Reihan dengan tatapan yang tidak dimengerti olehnya.

Reihan hanya diam seribu bahasa. Mau ia diberi Oreo supreme sekali pun, pasti juga tidak akan ia sentuh. Apalagi sampai ia makan.

"Emang apa alasan lo sih nolak ini semua?" Ucap Angga sambil mengunyah brownies itu.

Reihan menatap Angga, menggeleng dengan tatapan datar
"Apa alasan lo juga nerima ini semua? Padahal yang dikasih gue."

"Mubazir kalau dibuang, mending gue yang makan."

"Bilang aja emang lo mau, kan?"

Angga cengengesan mendengar kalimat sarkas itu.
Masih untung Reihan mendapat teman sebangku semacam Angga-yang tidak mudah baperan, karena sikap cuek dan dingin Reihan.
Karena memang sudah berulang kali, Reihan hanya mendiamkan ucapan-ucapan Angga, yang memang lebih sering perkataan tidak berfaedah, sih.

"Btw, memangnya benar, kalau lo mau diajari Rania?"
Kepala Angga mendekat ke kuping Reihan, intonasi suaranya berbisik dengan pelan.

Reihan yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya, tiba-tiba tangannya langsung terhenti.
Ia mendengus.
"Mau nggak mau."

Mata Angga membelakak kaget melihat sikap enggan Reihan, "Beruntung lo bisa dengan Rania."

"Beruntung apanya? Hanya diajari doang, kan? Nggak lebih. Lagian sebenarnya gue gak mau."

Angga menjitak kepala Reihan.
Reihan mengaduh pelan, menatap serius Angga.

"Lo lihat tuh Rania, lihat baik-baik. Hampir seluruh cowok di sini pengen banget dekat dengan dia. Cantik dengan muka blasteran, pintar, oh nggak, cerdas malah," Tangan Angga menunjuk ke arah Rania yang sedang duduk sendiri.

Reihan melirik Rania, perempuan yang bahkan sejak kemarin tidak mengucapkan sepatah kata pun ketika disuruh untuk mengajarinya. Jangankan mengajaknya berbicara, tersenyum tipis sedikit saja tidak.
'sombong' batinnya.

Lost SoulsWhere stories live. Discover now