Rendy terdiam mendengar ucapan Bianca barusan. Ia menatap Arya yang sedang ngobrol dengan Dinda. Ada rasa gemuruh di dadanya melihat sahabatnya tengah kasmaran, namun ia harus menelan rasa cemburunya yang tak beralasan.
"Kuya, kita tukeran mobil ya?"
"Hah? Kenapa emang?" Tanya Arya sambil mengunyah lontong yang baru saja ia sendok dari piring Dinda.
"Gue butuh mobil besar. Pakai sedan gue jelas gak bakal muat."
Rendy mendengar kasak-kusuk dari seberang. "Sebentar Bi-"
"Kunci lo mana?" Pinta Rendy sambil mengulurkan tangannya.
Arya merogoh saku celana dan mengeluarkan kunci mobilnya. "Nih. Emang mau kemana lo?"
"Bogor." Lalu Rendy kembali berbicara dengan adiknya via telepon. "Bi?"
"Iya Bang?"
"Lo tunggu, gue ke sekolah lo sekarang." Ucap Rendy sambil memutus panggilan telepon lalu mengantongi ponselnya.
Ia bersiap untuk meninggalkan kantin, mengabaikan tatapan bingung dari ketiga sahabatnya. "Gue cabut dulu!" Pamitnya.
"Heh, lo mau ngapain ke Bogor?" Tanya Erga sambil menahan tangan Rendy.
"Antar Bian takziah ke neneknya Tania."
"Maksud lo, lo mau cabut sekarang?" Tanya Putra.
Rendy mengangguk. Matanya fokus ke ponsel di tangannya, ia sedang mengirim pesan ke Bianca.
"Terus lo mau ijin apa?" Tanya Arya.
"Gampang lah. Gue cabut dulu. Bye!" Pamit Rendy seiring dengan suara dering handphone nya lagi.
"Iya Bi?
"..."
"Iya, tunggu bentar. Kalian tunggu di depan pintu gerbang sekolah aja ya."
"..."
"Tania baik-baik saja?" Rendy menggigit lidahnya sendiri setelah menanyakan keadaan Tania.
"..."
"Ya udah, tunggu ya. Setelah ngurus ijin, gue langsung ke sana."
Rendy bergegas menuju ke ruang BK. Ia menemui guru BK dan mengatakan tujuannya. Setelah mendengar alasan Rendy, guru BK pun memberikan surat dispensasi ke Rendy.
Rendy baru melangkah keluar dari ruang BK saat matanya melihat Arya berdiri di samping pintu.
"Ngapain lo?"
Arya nyengir "Hm...mmm hawa-hawa lagi kasmaran, bikin lo jadi bego."
"Gue gak ada waktu buat ladenin mulut bangsat lo Kuya. Dah, gue bawa dulu mobil lo." Pamit Rendy.
"Kunci mobil lo mana Nyet?"
Rendy menghentikan langkahnya. "Oh iya, sorry." Ucapnya sambil melempar kunci mobilnya. "Hati-hati, lecet dikit lo bakalan kena omelan nyokap gue!"
"Tante Nadia gampang dirayu, ntar gue bawain cheese cake favoritnya juga udah senyum lagi ke gue." teriak Arya. "Hati-hati Ren!"
Rendy hanya menjawabnya dengan lambaian tangan di udara dan kemudian tubuhnya sudah menghilang dari balik tembok.
🐻🐻🐻🐻🐻
Suasana haru melingkupi area pemakaman tempat peristirahatan terakhir Oma Tania. Beruntung Tania masih sempat untuk melihat almarhumah neneknya untuk yang terakhir kalinya sebelum tubuh berbalut kain kafan itu tertimbun oleh tanah merah. Sang Mama bahkan terpaksa tidak ikut ke pemakaman karena beliau berkali-kali pingsan saat di rumah duka.
YOU ARE READING
BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMAT
RomanceRendy Aditya Irawan, yang sebenarnya entah siapa yang pertama kali memberinya cap seorang "playboy" karena ia memungkiri pernyataan itu. Tapi kenyataannya, dia selalu dipepet cewek-cewek tanpa ia perlu tebar pesona dan dengan mudahnya ia menerima pe...
PART 14
Start from the beginning
