71. 静谧的小夜晚-Malam Yang Hening

1.4K 120 0
                                    

Sebelum tidur malam, Gu Hai bertanya pada Bai Luoyin, "Mengapa paman tidak berkerjasama dengan bibiZou untuk mengelola toko?"

"Mengapa harus membuka toko dengan bibi Zou?". Bai Luoyin bertanya.

"Kau pikir saja, itu kesempatan emas, bebas sewa pajak, pelayan sudah siap, ini peluang bisnis dengan penghasilan bersih! Jika bibi seorang diri dia akan kerepotan, jika ada paman bukankah usaha itu jadi milik bersamas, dan keuangan bisa dikelola bersama".

Bai Luoin menghela napas."Kau benar, tapi papa pasti tidak mau".

"Kenapa?".

Bai Luoyin melirik Gu Hai dan memberi isyarat agar dia menempelkan telinganya.

Gu Hai sangat bahagia, ketika tubuh mereka hampir menempel, Bai Luoyin segera mengibaskan selimutnya sampai menutupi kedua kepala mereka. Mereka sudah merekat, kepala mereka saling merapat, kaki mereka saling melekat, keduanya bersembunyi di ruang kecil yang ditutupi oleh selimut, sambil berbisik berbicara.

"Apa?!". Gu Hai terkejut sesaat, "Bibi Zou bibi bukan janda?".

"Suaminya bekerja jauh di luar negeri".

Gu Hai bisa merasakan napas hangat Bai Luoyin berhembus ke wajahnya, seketika Gu Hai merasa tubuhnya seperti demam.

"Jadi maksudmu, takut menjadi bahan gosip?".

Bai Luoyin merasa ragu sejenak, bahunya merosot.

"Saya merasa bibi Zou sudah berbohong kepada papa, saya pikir mereka sudah bercerai. Coba kau pikir, dia tinggal di sini sudah bertahun-tahun, dan suaminya tidak pernah pulang, apa itu normal?".

Gu Hai yang dari tadi melihat Bai Luoyin mengoceh, hatinya merasa gemas ingin menarik telinga kecilnya.

"Kau mendengarkanku tidak sih?!". Bai Luoyin memukul perut Gu Hai.

Gu Hai memegang tangan Bai Luoyin, tersenyum dan berkata, "Dengar, kamu mengatakan bahwa bibi Zou bukan seorang janda kan?".

"Iya, tapi papa selalu menyangkalnya".

"Saya rasa dalam hatinya, dia tahu".

Sambil berkata, sementara talapak tangan Gu Hai terus menyusuri tangan Bai Luoyin, dan berakhir di sendi jari-jarinya... Setiap sendi jari dan telapaknya terasa lembut seperti sutra, kedua telapak tangan saling beradu. Seketika Bai Luoyin merasakan seperti ada saraf sensitif di telapak tangannya yang aktif, seolah membuat lengannya mati rasa. Dia ingin membuka mulut dan berteriak kepada Gu Hai, tapi tiba-tiba Gu Hai menghentikan gerakannya, dia mengunci setiap sendi jari-jarinya tangannya dengan sendi jari Bai Luoyin.

"Apa kamu tidak merasa cemburu jika ayahmu dekat dengan wanita lain?".

"Tidak, justru saya selalu mendorongnya agar menikahi Bibi Zou". Nada Bai Luoyin acuh tak acuh, "Dari dulu dia terus melajang, apa saya tega membiarkannya terus hidup seperti itu?".

"Apa kau juga tidak pernah punya pikiran untuk menyatukan ayah dan ibumu kembali?".

"Tidak pernah". Tegas Bai Luoyin. "Saya lebih suka bibi Zou, saya tidak ingin papa menderita lagi".

Mendengar ini Gu Hai merasa suasana hatinya sedikit rumit.

"Sebenarnya alasan dia tidak ingin bekerjasama dengan bibi Zou adalah untuk menjaga nama baik. Toko itu milik bibi Zou, papa tidak mungkin meminta untuk kerjasama, kita semua laki-laki, jadi bisa memahami perasaan ini".

"Benar juga". Gu Hai menyelami pikirannya.

Sementara mereka terjebak dalam keheningan, kemudian Bai Luoyin mengangkat selimutnya dan menghirup udara bebas.

Gu Hai yang melihat tarikan napas dada Bai Luoyin seperti gelombang ombak yang teratur dengan matanya yang tertutup. Dia merasakan jantungnya mulai berdetak tidak teratur, Bibir Bai Luoyin yang sedikit terbuka dengan sentuhan pesona yang tegas membuat Gu Hai sangat paham, bahwa ini adalah bibir seorang pria, tentu saja tidak selembut bibir wanita, tapi hasratnya mendorong ingin menciumnya.

Dia sadar hasratnya sedang berada di puncak, tetapi dia tidak ingin mengendalikannya, Dia juga sadar bahwa dia tidak pernah merasakan hal ini kepada laki-laki lain, rasa ini hanya untuk Bai Luoyin heroin seorang. Mungkin dia terlalu menghargainya, terlalu menyukainya, terlalu perhatian kepadanya, sehingga seperti bola salju yang makin lama semakin membesar, dan akhirnya keluar dari garis batas yang sebenarnya Gu Hai bisa kendalikan, tapi dia tidak ingin melakukannya, dia sudah menikmati hidupnya.

Malam itu, angin mulai bertiup kencang, Gu Hai segera menutup jendela.

Saat dia kembali berbaring di tempat tidur, tiba-tiba Bai Luoyin mengubah posisinya, kepalanya seperti sedang mencari tempat paling lembut dan nyaman, sampai akhirnya berlabuh di dada Gu Hai, pipinya yang hangat melekat di dada kiri Gu Hai, tiap helai rambutnya menyentuh leher Gu Hai, lengannya yang lembut memeluk perut Gu Hai, Penampilannya sangat menyenangkan.

Gu Hai terjebak, dia tidak berani menggerakan anggota badannya, dia takut kalau Bai Luoyin akan kembali kepada posisi semula, kemudian ia menundukan matanya untuk melihat seseorang yang sedang memeluknya. Gu Hai mulai membelai pipinya dengan lembut, dia begitu hati-hati menyentuhnya seperti  menyentuh barang langka yang berharga.

Kemudian memejamkan matanya untuk menunggu datangnya mimpi indah...

KECANDUANWhere stories live. Discover now