18. 笑死你丫得了-Tertawalah Kau Sampai Mati

1K 122 0
                                    

Sudah tidak asing lagi kalau di sekolah sering terlihat anak laki-laki bertelanjang dada, apalagi setelah mereka menyelesaikan pendidikan jasmani.

Dengan dada yang bidang, tubuh yang berotot, memang cukup menarik perhatian orang. Dia berjalan tenang di sepanjang lorong, laki-laki mana yang tidak akan iri kepadanya.

Setelah di dalam kelas, Gu Hai masih saja menjadi bahan obrolan, dan semua mata pasti memandangnya. Gu Hai menyadari bahwa dia harus segera mengenakan jaketnya secepat mungkin, kalau tidak, khawatir ada orang yang curiga kalau ia sedang memamerkan tubuhnya.

Gu Hai segera mengibaskan jaket seragamnya, dan segera memasukan kedua lengannya, tapi saat dia hendak memasukan kepalanya....

Ayo masuk! Masuk! Masuklah!......

Apa-apaan ini? Bagaimana bisa saya tidak bisa memasukan kepala?

Apa ada yang salah?

Gu Hai terus berupaya mengebor kepalanya agar bisa melewati kerah dari jaket seragam itu.

Merasa usahanya selalu gagal, segera dia membentangkan jaketnya di atas pahanya, lalu ditemukanlah masalah serius.

Mengapa jaket saya hanya mempunyai dua lubang?.

Bagaimana dengan kerahnya? Dimana kerahnya? Kenapa tidak mempunyai lubang leher?

Gu Hai cepat-cepat memeriksanya, dan kemudian dia melihat garis hitam di sepanjang kerah jaket tersebut seperti semut kecil yang berbaris sebelum turun hujan.

Lehernya disegel, bagaimana ini bisa terjadi?

Gu Hai merosot lemas, dan ketika menoleh ke dalam laci mejanya.

Benang dan jarum itu telah lenyap.

Sementara itu, tidak ada yang menyadari kalau di pintu belakang kelas ada wajah yang menggelikan. Tidak tahu sudah berapa lama dia berdiri di sana, dari raut wajahnya, sepertinya dia sangat menikmati apa yang dia lihat.

Gu Hai masih bergelut dengan jaketnya, Bai Luoyin mulai berjalan perlahan sambil menunduk diiringi tawa ringan. Sampai ke tempat duduknya, dia masih diam dan diam.

Tiba-tiba....

"Ha ha ha ha ha...".

Dia tidak bisa menahan tawanya sejak di balik pintu belakang kelas tadi.

Youqi yang sedang duduk di meja depan, melompat kaget oleh tawa Bai Luoyin. Ketika dia memutarkan kepalanya, Youqi lebih di kagetkan lagi, terlihat Bai Luoyin yang sedang tertawa terbahak-bahak hingga air matanya keluar, terus tertawa sampai menepuk-nepuk mejanya, seolah-olah dia tidak bisa mengendalikan emosinya.

"Apa yang membuatmu seperti ini?". Youqi tidak mendapatkan respon apapun, Bai Luoyin sudah terbuai oleh tawanya sendiri.

Jika melihat temperamen Gu Hai, otomatis dia akan segera menyeretnya keluar. Tetapi hari ini, dia tidak tahu kengapa, ketika melihat Bai Luoyin tertawa sampai terpingkal-pingkal, dia tiba-tiba dilanda kebingungan, tidak tahu harus menangis atau tertawa.

Jadi semua ini salah siapa?
Jarum dan benang itu, aku yang membawanya, diam-diam memotong pakaian orang lain. Dan sekarang seseorang telah melakukan hal yang sama, apa yang bisa aku katakan? Yang jelas secepatnya aku harus membuka jahitan ini.

Aku tahu kemarin tidak membeli benang yang kuat.

Karena usaha Gu Hai selalu gagal untuk merobek jahitan itu, akhirnya dia menyerah. Dengan gelisah, kemudian dia bergegas mencari sesuatu yang dapat membuka benang itu ke mana-mana.

Bel telah berbunyi, murid-murid berdiri untuk memberi salam hormat. Tapi tangan Gu Hai masih sibuk dengan seragam sekolahnya.

Kencang sekali..! Dia bergumam dengan kesal.

Sekarang adalah kelas kimia, guru kimia adalah seorang wanita berusia lima puluhan, dia sangat teliti dalam proses mengajar. Dia menyapu matanya ke setiap murid-muridnya, dan ketika melihat ada salah satu murid yang tidak memakai baju, tatapannya terhenti, matanya tertuju pada Gu Hai.

"Hei, kamu yang di belakang! kelas ini tidak mengharuskan muridnya untuk telanjang".

Sontak semua mata tertuju pada Gu Hai. Gu Hai dapat membaca makna yang terkandung di dalam tatapan mata mereka itu. Jika di pelajaran olah raga tidak masalah, tapi jika sudah berada di dalam kelas, lain cerita, bukannya menunjukan lebih keren tetapi menjadi norak. Bukankah ini akan sangat memalukan?.

"Bu, saya punya masalah dengan pakaian saya. Saya akan segera menanganinya".

Gu Hai mulai berhasil melepas benang dengan seksama. Namun hasilnya menjadi berantakan dan benangnya ada di mana-mana. Itu sangat merepotkannya untuk mencabut setiap helai benang yang tertinggal. Sepuluh menit kemudian, Gu Hai masih dibuat repot, dia menyerah.

"Saya katakan sekali lagi, jika kamu suka telanjang, silakan pergi ke luar kelas! Saya tidak peduli bagaimana orang lain memandangmu. Yang jelas kamu jangan telanjang di kelas saya. Ini akan memengaruhi suasana pelajaran saya!!".

Kemudian Gu Hai melihat ke arah Bai Luoyin, yang dari tadi bahunya terus bergetar.

"Hei, berapa banyak jahitan yang kamu jahit?!".

"Sebanyak dagumu melewati besi horizontal tadi, itulah jumlah jahitan yang saya jahit".

"Arghttt... Sial!".

Gu Hai begitu kesal dibuatnya hingga rasa ingin bunuh diri.

Kenapa dia melakukan hal ini. Bukankah dia sudah kelelahan, bahkan sampai banjir keringat, kenapa masih mau bermain!

Bai Luoyin mengusap perutnya, berusaha meredakan tawanya. Berpikir untuk menyisakan tenaganya untuk dapat berjalan pulang hari ini.

Ditemani rasa kesal, Gu Hai akhirnya meninggalkan ruang kelas, dan berdiri di luar sambil terus berusaha membuka dan membersihkan jahitan seutuhnya. Sampai akhirnya dia berhasil membuka mulut kerah itu, tapi kelas telah usai.

Ketika bel berbunyi, Gu Hai kembali ke dalam kelas, terlihat Bai Luoyin sedang mengemasi barang-barangnya. Namun ketika Bai Luoyin melihat Gu Hai, dia tidak bisa untuk tidak menahan tawanya lagi, Bai Luoyin kembali tertawa.

Gu Hai segera menghampiri Bai Luoyin, matanya melotot seperti tatapan mata setan, "Akhirnya kamu tahu kan bagaimana caranya tertawa?!".

"Saya bisa tertawa!".

Ketika Bai Luoyin melihat kerah leher Gu Hai yang berantakan, dia tidak bisa menahan diri lagi, dia kembali tertawa keras.

Dengan kesal Gu Hai mendorong tubuh Bai Luoyin, lalu kembali ke tempat duduknya.

"Teruslah tertawa sampai kau mati!!!".

KECANDUANWhere stories live. Discover now