60. 内心蠢蠢欲动-Hati Yang Tergerak

1.2K 111 1
                                    

Setelah makan malam, Gu Hai berinisiatif untuk memberi saran.

"Ayo kita mandi bersama. Saya bisa membantumu. Kau kan sedang cedera, juga lukamu tidak boleh terkena air".

"Apa saya separah itu? Saya masih bisa mandi sendiri".

"Tapi kakimu juga terluka kan?".

Mata Gu Hai menatap kaki Bai Luoyin. Berharap Bai Luoyin berubah pikiran.

"Apa hubungannya, ini hanya sedikit bengkak, bukan luka".

Bai Luoyin menatapnya dengan malu lalu mengambil pakaian dan langsung pergi ke kamar mandi.

"Apa masalahnya jika sesama pria mandi bersama? Kenapa harus malu?".

"Aku tidak mau bersamamu".

Perkataan kasar dan sikap keras kepalanya tidak menyurutkan perasaan Gu Hai, justeru menjadi tantangan baginya. Gu Hai pun tersenyum tipis.

Ketika Bai Luoyin tengah mandi, tiba-tiba dia merasa tirai plastik yang menutup kamar mandi itu tersingkap, membuka pesona wajah jahat Gu Hai.

"Saya masih mengkhawatirkanmu".

Bai Luoyin langsung meraih kotak sabun lalu melemparnya, dengan nada marah, "Tidak ada!".

Gu Hai segera pergi, berjalan sambil tersenyum. Bagaimana bisa sekarang jadi sangat pemalu begitu? Padahal ketika dia mabuk, dia mengajakku untuk membandingkannya. sekarng dia mencoba menahan, padahal dalam hatinya dia jauh lebih nakal dari orang lain.

Bai Luoyin buru-buru menyelesaikan mandinya, sambil berpakaian dia bertanya-tanya. Sering mandi di pemandian umum, bahkan di sana mandi dengan pria-pria telanjang, tapi tidak ada masalah. Tapi kenapa dengan Gu Hai?.

Gu Hai memegang cairan antiseptik dan membiarkan Bai Luoyin mengangkat celananya.

Ketika Bai Luoyin melihat bola kapas putih dan cairan yang transparan hatinya bergetar. Dia mengingat masa kecilnya, setiap kali dia terluka, ayahnya selalu mengolesinya dengan alkohol, dan itu rasanya akan sangat menyakitkan daripada luka pendarahan.

"Tidak usah dibersihkan dulu, langsung saja oleskan obatnya".

"Diam!". Gu Hai menarik kaki Bai Luoyin yang gemetar dan mencoba menghiburnya, "Tidak apa-apa, tidak akan sakit kok".

Setelah mendengarnya, Bai Luoyin merasa tenang. Tiba-tiba Bai Luoyin seperti menjadi kejang setelah merasakan perih yang tajam sampai menembus sumsum tulangnya, rasa sakit itu membuat dia terus mengerang.

"Sial...!!, bukankah kau tadi mengatakan tidak akan merasa sakit?".

Gu Hai tertawa. "Siapa suruh kamu percaya".

Bai Luoyin menggertakkan giginya.

Dalam hatinya Gu Hai merasa tenang, siapa juga yang menyuruhmu marah padaku? Jangan sampai kau terluka dua kali, jika terlanjur benci, itu akan susah untuk menyanjung hatiku!.

Ketika obat itu dioleskan, Bai Luot diam.

Gu Hai menatapnya sekilas, "sakit tidak?".

Bai Luoyin menggelengkan kepalanya.

Gu Hai sengaja memperlambat gerakannya, lalu bertanya dengan penasaran, "Siapa laki-laki yang setengah perempuan itu?".

Mendengar kalimat itu, Bai Luoyin hampir meledak, "Tidak bisakah bicara lebih baik?".

"Dia memang tumbuh seperti itu. Kenapa harus menyalahkanku?".

Bai Luoyin menatap Gu Hai sedikit lalu berkata, "Dia teman kecilku, dia juga tinggal di sini, dia orang baik!".

"Siapa namanya?".

"Yáng Měng".

[杨猛 - yáng měng. měng, yang berati sangar]

"Yáng Méng? Mmm. Ini sangat lucu".

[杨萌 - yáng méng. Méng, yang berarti imut].

Bai Luoyin membenturkan kepalanya ke arah Gu Hai. "Apa sudah selesai?".

Setelah itu Bai Luoyin menendang Gu Hai, lalu naik ke tempat tidur.

Setelah mematikan lampu, Gu Hai mulai nakal.

Beberapa hari ini Gu Hai selalu mengganggu tidurnya, meraba di sini, meremas di sana. Ketika dia berbaring untuk tidur, dia tidak kuasa menahan tangannya yang menyelinap masuk kedalam baju Bai Luoyin.

Ahh mulus sekali.... Gu Hai menikmati sendiri.

Bai Luoyin menahan tangan Gu Hai yang meluncur ke dadanya. "Kau sakit? Bukannya cepat tidur, kenapa masih menggerayangiku?".

Gu Hai mendekatkan kepalanya lalu bertumpu di bahu Bai Luoyin dengan muka tidak tahu malu.

"Aku hanya ingin menyentuhmu".

Ketika Bai Luoyin merasakan sentuhan lembutnya, tiba-tiba dia merasakan ada getaran hebat di sekujur tubuhnya. Tidak lama kemudian dia merasa kesal dan marah. "Kamu kan punya pacar, sentuh saja pacarmu, jangan melampiaskannya kepadaku".

"Tidak senyaman menyentuhmu...". Gu Hai berbisik lembut di telinga Bai Luoyin.

Bai Luoyin memelototi Gu Hai. "Apa yang kamu katakan?".

Melihat ekspresi Bai Luoyin, Gu Hai menarik nafas dan menggigit bibirnya.

"Saya berkata dia sedang tidak ada di sini. Jadi bagaimana saya bisa menyentuhnya. Hatiku sedang gatal, dan saya sendirian dan malam ini kamu berada di sampingku...".

Bai Luoyin segera menarik tangan Gu Hai dan melemparkan ke arahnya.

"Kamu merangsang diri sendiri saja, bukankah itu lebih baik?".

Kata-kata Gu Hai semakin liar, "Saya ingin kamu bergairah juga, lalu bercinta, itu sangat menarik!".

"Siapa juga yang mau ikut?!".

Bai Luoyin sangat marah, dadanya naik turun, dia menatap Gu Hai tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa dia lakukan adalah menjaga dirinya dari tangan jahatnya.

Gu Hai melihat wajah Bai Luoyin yang membengkak ada sedikit rasa segan saat ditatap olehnya. Seperti ingin datang untuk menindas si pengganggu, melihat mulutnya yang menggambarkan kemarahan ketika dia kehilangan kesabarannya, matanya yang keras kepala. Meski dimaki dan ditoleransi tetapi pesonanya tidak pernah berkurang.

KECANDUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang