70. 顾海良心发现-Nurani Gu Hai

1.3K 110 0
                                    

Setelah Jin Lulu pergi, suasana menjadi hening dan mati.

Setelah lama terdian, Bai Luoyin mulai membuka mulut dan bertanya pada Gu Hai. "Bagaimana bisa kau membuatnya pergi?".

Wajah Gu Hai tiba-tiba menjadi gelap. "Apa saya yang menyuruhnya pergi? Apa kau tidak melihatnya apa yang dia lakukan tadi? Jangan terlalu memanjakan sifat buruknya, jika dia ingin pergi ya biarkan saja!".

"Kalian berdua benar-benar......". Bai Luoyin merasa tak berdaya, "Bagaimana kalian bisa menjadi sepasang kekasih?".

Gu Hai yang berada di samping Bai Luoyin merasa bingung. Bagaimana saya bisa menjawab pertanyaan ini?.

Bai Luoyin menarik napas, kemudian mengaduk mie yang masih tersisa di mangkuknai, lalu berkata, "Baik, intinya harus bisa tenang satu sama lain, sehingga tidak akan ada pertengkaran lagi".

Gu Hai mengambil bola cumi yang tersisa di mangkuknya dan menaruhnya di mangkuk Bai Luoyin, dan kemudian dia menghabiskan mienya sampai bersih.

Keduanya berjalan keluar dari restoran dan saling diam.

-----

Setelah kembali ke rumah, Bai Luoyin melemparkan sebuah kotak kepada Gu Hai.

"Apa ini?". Gu Hai terkejut, "Untukku?".

"Dasar bodoh! Ini dilemparkan ke arahmu, kalau bukan untukmu, untuk siapa?".

Gu Hai segera membuka kotak itu dan terlihatlah sebuah ponsel dengan keluaran terbaru, model dan tampilan mesinnya sangat dia sukai. Gu Hai merasa hatinya sangat tersentuh saat melihat sosok Bai Luoyin di sampingnya diapun gemetar, tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya, dia hanya bisa memeluknya.

"Yinzi, kau terlalu baik untukku".

"Kau peluk papa sana!". Bai Luoyin memerintah Gu Hai, "Itu uangnya, dia bersikeras untuk membelimu sebuah ponsel, padahal saya sudah mencegahnya, tetap saja tidak bisa".

Gu Hai berteriak dari balik jendela.

"Terima kasih paman!".

"Ah, kau ini, kenapa harus berterima kasih?". Bai Hanqi menyeka keringat di dahi dengan bajunya, "Jika bukan Yinzi yang mengantar, saya tidak tahu ponsel yang bagus, Karena bagi saya yang penting bisa untuk dipakai menelepon itu sudah cukup, tapi Yinzi mengatakan tidak cukup itu, jadi kita memilih ponsel yang memiliki fitur lengkap".

Gu Hai merasa hatinya bagai terisi madu.

"Tidak usah mendengar perkataan Yinzi, dia suka asal bicara!".

Bai Luoyin langsung menendang pantatnya. "Dasar murahan!".

Gu Hai memandang Bai Luoyin. "Bagaimana denganmu? Kau sendiri tidak punya ponsel.....".

"Saya untuk apa?", timpal Bai Luoyin dengan ekspresi acuh tak acuh, "Saya tidak punya orang yang harus dihubungi, percuma juga mempunyai ponsel".

"Kan bisa menghubungiku!". Gu Hai mendekat.

Bai Luoyin menggertakkan giginya. "Kau sudah terjebak denganku selama dua puluh empat jam. Apakah masih memerlukan ponsel?".

Gu Hai tertawa. "Iya sih, tapi saya juga tidak punya siapa-siapa untuk dihubungi. Berarti sia-sia dong ponsel ini".

"Jangan! "Bai Luoyin menyipitkan matanya, "Saya ingin ponsel ini dapat mengalihkan perhatianmu!".

Gu Hai mendekatkan bibirnya di telinga Bai Luoyin. Suaranya mampu membuat Bai Luoyin terlena.

"Itu artinya kau akan membenci ponsel ini".

Bai Luoyin menendang Gu Hai keluar.

Di luar, Gu Hai melihat Bai Hanqi yang sedang memanjat tembok.

"Paman, kenapa naik begitu tinggi?".

"Dua hari yang lalu turun hujan, atapnya sedikit bocor, jadi saya akan menambalnya".

"Ayo turun, biar daya yang naik".

"Memangnya kamu bisa melakukan pekerjaan semacam ini?".

Bai Hanqi menyeka keringatnya, Hari ini benar-benar cerah, matahari sore masih terasa terik.

"Saya bisa, cepat turunlah".

Disaat sedang bicara, Gu Hai telah menempelkan kakinya di bingkai jendela, sementara tangannya sigap meraih atap, lalu menyeimbangkan badannya sebelum dia melayangkan badannya untuk melompat ke atas atap.
Bai Hanqi memandang lurus dan berpikir, bagaimana caranya anak ini muncul? Bukankah dia tadi masih berbicara di bawah, bagaimana dia terbang secepat ini?.

"Paman, aku datang".

Saat muda, kondisi fisik Bai Hanqi sangat Bagus, naik-turun atap tidak pernah merasa kesulitan, tapi sekarang dia sudah tua, tangan dan kakinya tidak selincah dulu, dia juga sedikit takut dengan ketinggian.

Apakah kamu benar-benar bisa melakukannya?". Bai Hanqi terlihat ragu.

"Melihatmu, saya.....".

Sebenarnya Gu Hai ingin mengatakan, saya sudah terbiasa, dengan hal ini semasa di militer dulu, tapi karena takut Bai Hanqi akan bertanya lebih banyak, jadi dia menelan kata-katanya lagi dan memilih untuk segera merebut ember dari tangan Bai Hanqi, dia mulai menambalnya, meskipun tidak sebagus hasil tukang, tapi hasilnya bisa dibilang cukup baik.

Bai Luoyin segera keluar dan berteriak ke arah atap.

"Pa, cepat turun. Biarkan dia sendiri yang melakukannya, dia kan sudah makan gratis disini setiap hari".

"Iya, paman turun saja!".

Bai Hanqi tersenyum, dengan hati-hati dia mendekati tangga, kemudian dengan perlahan kakinya mulai menjelajahi setiap anak tangga.

Gu Hai melihat ponsel yang menyembul dari kantong celana Bai Hanqi, ponselnya yang telah ia entah sudah berapa tahun, warnanya yang sudah memudar bahkan cat permukaannya sudah terkelupas, seperti ponsel merek tiruan di pinggir jalan yang paling harganya tidak lebih dari dua ratus yuan. Memikirkan hal itu, Gu Hai merasa tidak enak hati.

Bai Luoyin tidak pernah membicarakan kondisi keluarganya, dia pernah mengatakannya sekali atau dua kali ketika mabuk. Upah Bai Hanqi per bulannya kurang dari lima ribu yuan, itu harus cukup untuk memberi makan seluruh keluarga dalam sebulan, belum termasuk biaya medis kakek-nenek Bai Luoyin setiap bulannya, itu bisa memakan biaya lebih dari setengah pendapatannya, sekarang masih harus ditambah seorang lagi untuk makan dan minum... Walaupun Bai Hanqi tidak pernah mengatakannya, Gu Hai tahu bahwa dia pasti telah merapatkan giginya untuk membeli ponsel ini.

KECANDUANWo Geschichten leben. Entdecke jetzt