"Teorinya udah gue pahamin kok. Tinggal praktiknya aja, lagian yang diajarin Pak Hilman lumayan masih inget."

"Bagus," Sahut Rafa mulai mengambil raketnya sendiri.

"Oke. Pertama-tama lo harus tau cara memegang raket yang benar." Ucap Rafa memposisikan tangan kanannya di gagang raket miliknya. "Teknik forehand dan backhand."

Rafa menjelaskan kedua teknik memegang raket dengan baik, sehingga Olyn terus melihat dan mendengarkan setiap arahan Rafa.

"Gue biasa pakai teknik forehand." Ucap Olyn langsung menggenggam raketnya.

"Renggangin sedikit antara ibu jari dan jari telunjuk." Rafa menggenggam jari tangan kanan Olyn dan membuat tubuh mereka sedikit dekat. "Baru bener kalo gini." Lanjutnya.

"Astaghfirullah ..."

Rafa dan Olyn menoleh ke belakang melihat Julian yang datang sambil menggeleng tidak percaya.

"Ada apa Jul?" Tanya Rafa bingung.

"Lo dari tadi dicariin emak lo di depan gerbang, katanya mau jemput lo." Jelas Julian membuat alis Rafa terangkat.

"Mama gue?" Tunjuknya pada diri sendiri.

Julian mengangguk dan dengan santainya menarik raket dari tangan Rafa. "Mending lo pulang gih, gue gak tega ngelihat emak lo sendirian di sana."

"Tapi, gue gak tau kalo Mama mau datang."

Julian berdecak kesal dan mengibaskan tangannya di depan Rafa. "Udah, gak usah banyak omong." Ia mendorong tubuh pria itu.

Rafa terus berkata masih di dorong Julian sampai pintu luar. Wajahnya penuh keheranan mendengar ucapan Julian.

"Ini tas lo." Rafa menangkap ransel nya masih dengan kening mengkerut. Ia seolah diusir oleh Ibu kost yang kejam.

"Bye ... hati-hati di jalan, bro!"

Julian langsung berbalik meninggalkan Rafa yang mulai berjalan jauh. Sesekali ia menoleh ke arah Julian yang kembali masuk mendekati Olyn.

Rafa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Baru kemarin Mama pergi umroh. Emang bisa pulang dalam sehari?"

Berbeda dengan wajah penuh kebingungan Rafa yang masih memeluk ransel berjalan sepanjang koridor. Julian justru tersenyum senang mendekati Olyn yang menatapnya kesal.

"Rafa jadi pergi kan!"

"Terus kenapa?"

Olyn melempar raket kesal. Ia berkacak pinggang dengan wajah marah. "Dia tadi niat mau bantuin gue belajar main bulutangkis dan dengan bodohnya lo usir dia. Lo tau gak sih, gue harus ikutin ulangan susulan praktik olahraga!"

Alis Julian terangkat sebelah, "Kok gue gak tau?"

"Buat apa gue kasih tau seluruh aktivitas gue sama lo?!" Sungutnya tidak suka. "Mood gue jadi hancur dan semua ini gara-gara lo!"

Olyn berdiri membelakangi Julian dengan keadaan dongkol. Selalu saja pria itu mengacaukan segala yang berhubungan dengannya. Padahal kan niat Rafa baik dan sangat menguntungkannya. Secara pria itu Ketum club bulutangkis.

"Rafa itu gak ada apa-apanya dibandingkan gue. Kalo lo mau minta ajarin, sama gue aja, sangat dianjurkan. Gratis dan tidak dipungut biaya sedikit pun."

Olyn meniru ucapan Julian tanpa suara. Gadis itu tidak sama sekali berbalik untuk sekadar menerima tawaran Julian.

Tiba-tiba, tangan kanannya menggenggam raket dari Julian. Pria itu lalu mengeluarkan ikat rambut dari saku kemeja dan menyatukan helaian rambut Olyn yang terurai. "Lo perlu belajar menghargai setiap satu detik yang terlewat." Julian dengan lembut dan rapi menguncir rambut Olyn. "Jangan sia-siakan orang yang berbaik hati untuk ngajarin lo, apalagi orang itu cukup andal dan pastinya sangat menguntungkan bagi lo."

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Where stories live. Discover now