38

747 151 13
                                    

[ SUGA ]


Selama aku sedang jatuh cinta, aku tidak pernah curhat pada orang lain.

Bagiku sangat memalukan untuk jujur dan bercerita tentang apa yang kurasakan. Seakan-akan aku membiarkan bagian dari diriku yang sensitif itu diintip. Sedangkan aku orang yang sangat menjunjung tinggi privasi. Dan harga diri.

Tapi orang bijaksana berkata bahwa meluapkan emosi pada orang lain akan sangat baik untuk kesehatan dan tentunya melegakan jiwa.

Oh, tidak. Bahasa yang aku gunakan terlalu sulit, ya? Pasti kalian pusing.

Intinya, aku sadar kalau aku sudah menyakiti hati seseorang. Aku berdebat keras dengan Wendy, melempar berbagai argumen yang membuatku menang, tapi pada akhirnya aku merasakan kehampaan.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, kemenangan tidak membuatku puas.

Apalagi Wendy berkata bahwa ia akan keluar dari Century Music.

Jangan bercanda, tentu saja itu tidak akan terjadi. Seharusnya Wendy tahu tentang kontrak penyanyi dan betapa susahnya untuk mengajukan gugatan. Tapi dia tetap berkata bahwa ia akan keluar. Itu berarti, Wendy sama sekali tidak main-main.

Sejak awal, tidak ada yang main-main di sini, bukan?

Aku yang saat ini tidak akan mampu menghadapi Wendy seorang diri. Aku membutuhkan bantuan orang lain dan aku sadar betul siapa itu. Seseorang yang sudah mengenal sifat Wendy dengan sangat baik. Seseorang yang menemani Wendy saat Wendy tidak bersama keluarganya. Seseorang yang mampu berbagi rasa dengan Wendy tanpa mementingkan diri sendiri.

Orang itu adalah Irene.

"Mari aku antar ke ruangan Irene," kata seorang perempuan berambut pendek yang aku yakini sebagai manajer Irene di LIZ.

Irene adalah seorang model dan kebetulan dia pernah bekerja sama dengan Century Music, sebagai tokoh utama dalam music video lagu debut Jungkook. Harus aku akui, dia salah satu model yang sedang bersinar tahun ini.

Yang membedakan Irene dengan model-model cantik lainnya adalah keberaniannya untuk mengungapkan bahwa dia berpacaran dengan seseorang. Di saat selebriti lain berusaha menyembunyikan statusnya, Irene terang-terangan memberitahu dunia bahwa dia mencintai Mark Tuan.

Ah, dasar Mark Tuan. Laki-laki itu sepertinya sangat beruntung dalam urusan cinta.

Beberapa menit kemudian, langkah kakiku berhenti di depan ruangan Irene. Sang manajer memberitahuku, "Dia baru saja selesai kerja dan sebentar lagi dijemput pacarnya. Kurasa kalau kamu mau ngobrol, lakukan dengan cepat."

"Baik. Terima kasih," jawabku kemudian sang manajer meninggalkanku.

Aku mengetuk pintu tanpa ragu hingga mendengar suara Irene yang cukup keras berkata, "Masuk saja, Suga."

Irene menatapku dengan wajar saat aku masuk ke dalam ruangannya. Sepertinya dia tidak terkejut sedikit pun dengan fakta bahwa aku datang mengunjunginya. Jam di atas meja riasnya menunjukkan waktu setengah jam menuju jam enam malam. Dan melihat betapa rapi ruangan ini, Irene pasti sudah sangat siap untuk pulang.

"Duduk saja. Maaf nggak ada makanan apapun," ujar Irene dari sofa tempatnya duduk saat ini.

Saat aku duduk di seberang Irene, aku sadar sofa ini cukup hangat. Itu berarti ada orang yang duduk di sini sebelumnya. Siapa?

"Apa aku tamu pertamamu?" tanyaku basa-basi. Masa bodoh jika aku dianggap ingin tahu.

Irene menggeleng ringan dan menjawab, "Tadi Yeri ada di sini."

Before the Concert ✔️Where stories live. Discover now