21

935 168 35
                                    

[ YERI ]


"Terima kasih, Pak!" seruku sambil menutup pintu taxi berwarna jingga terang, kendaraan yang telah mengantarku dengan selamat hingga sampai ke tujuan.

Ini bukan salah satu dari hari indahku, di mana aku harus bangun pagi-pagi sekali untuk pergi ke Century Music, guna mengambil barangku yang tertinggal semalam. Aku benar-benar ceroboh! Bisa-bisanya aku meninggalkan ponselku sendiri.

Saat ini waktu menunjukkan tepat pukul tujuh pagi. Aku segera masuk ke dalam gedung Century Music, pergi menuju lantai dua tempat bioskop berada. Suasana gedung masih sepi, hanya ada Kak Jimin yang sedang membuka satu per satu ruangan menggunakan kunci.

Beruntung, aku tidak mengalami kesialan beruntun. Aku berhasil menemukan ponselku di atas meja hidangan, tempat terakhir aku meletakkannya. Yang harus kulakukan setelah ini adalah pulang ke rumah dan kembali tidur.

"Yeri?"

Oh, tidak. Suara ini tidak salah lagi adalah milik laki-laki itu. Aku baru saja tiba di lantai satu dan laki-laki menyebalkan itu berjalan mendekatiku. Mengapa saat baru saja aku hendak kembali pulang, aku harus bertemu dengan Jeon Jungkook?

"Sedang apa kamu di sini?" tanya Kak Jungkook sambil memandangku rendah. Laki-laki itu menggunakan kaus berwarna biru dan celana training warna hitam. Sepatu yang dikenakan Kak Jungkook adalah sepatu untuk berlari.

"Aku mengambil barangku yang tertinggal," jawabku cuek sambil melangkah keluar dari gedung Century Music. "Sudah, ya. Aku mau pulang."

Dan tiba-tiba saja Kak Jungkook menarik rambutku. Iya, rambutku! Tidak sakit, tapi tetap saja mengejutkanku, "Tunggu."

"Apa-apaan, sih?" aku benar-benar kesal. Mengapa laki-laki ini senang sekali usil padaku. Dia tidak senang kalau aku merasa damai, ya?

"Temani aku lari pagi. Pilihkan aku rute yang mudah diingat," ujar Kak Jungkook, sulit dipercaya.

"Mana aku tahu rute seperti itu!" aku menolak dan menjaga jarak dari laki-laki ini. "Lagipula, kenapa harus lari di jalan? Di dalam, 'kan, ada gym."

Anehnya, Kak Jungkook malah tertawa. Iya, tertawa! Dipikir aku lagi stand up comedy, ya? "Aduh, Yeri. Kamu ini bagaimana. Matahari pagi itu paling bagus untuk tubuh, karena itu aku mau lari di luar."

Jadi setelah semua yang kulakukan untuk menjaga penampilannya tetap menarik di atas panggung, dia mau memanfaatkanku sebagai pengarah rute berlari? Dia menganggapku gps? Aduh, kepalaku pusing. Aku menyesal datang kemari, seharusnya aku datang nanti saja.

Tunggu! Mungkin aku bisa memanfaatkan Kak Jungkook. Aku harus menerapkan simbiosis mutualisme di sini. Jasa dibayar jasa.

"Boleh saja," jawabku sambil tersenyum penuh muslihat. "Tapi kakak harus mengikutiku tanpa banyak tanya. Dan aku belum sarapan, karena itu kalau aku melihat makanan yang menarik di jalan, kakak harus membelikanku. Bagaimana?"

Semoga Kak Jungkook menolak tawaranku sehingga aku bisa pulang ke rumah dan tidur. Iya, prioritas pertamaku adalah istirahat di atas kasur empukku. Kalian semua setuju, 'kan?

"Nggak masalah, kebetulan aku bawa dompet," balas Kak Jungkook ringan. "Nyalakan stopwatch-mu dan silakan jalan duluan, Yer."

Apa? Ini orang sama sekali tidak tahu mana rugi dan untung, ya? Lagipula, orang macam apa yang membawa dompet di kantong saat berlari? Ah, sudahlah. Itu, 'kan, uang dia. Jadi suka-suka dia juga.

Dengan terpaksa, aku mengambil langkah di pinggir jalan sambil memikirkan tempat yang menyediakan sarapan berkualitas. Kak Jungkook mengikutiku di belakang sambil jogging. Kalau kupikir, mungkin ini salah satu usaha Kak Jungkook untuk menambah penggemar perempuan.

Before the Concert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang