Z W E I UND Z W A N Z I G

166 20 40
                                    

Akan ada masa dimana, aku tak lagi
menuliskan semua tentangmu dengan
menahan air mata mati-matian.
-aesteuticc

--------------------

Karena terlalu fokus mencari keberadaan kedua sahabatku, aku tidak sadar kalau ternyata Philo sudah kembali dengan membawa makanan kami. Philo tidak sendiri, ia ternyata meminta tolong kepada salah seorang temannya yang tidak kukenal untuk membawakan minuman kami.

"Makasih," ucapku pada teman Philo, setelah ia selesai meletakkan minuman di atas meja.

"Sama-sama Cal," balas teman Philo yang ternyata mengenalku. Setelahnya, teman Philo itu meninggalkan meja kami.

"Phil, itu siapa?" Tanyaku pada Philo, merasa tidak enak karena teman-nya itu mengenaliku sementara aku tidak tahu dia itu siapa.

"Oh itu si Andra, dia kelas X IPS 1." Jelas Philo padaku.

"Loh kelas IPS? Kok bisa kenal aku sih?" Tanyaku lagi merasa heran, karena kelas IPA berada di lantai 2 sedangkan kelas IPS berada di lantai 1.

"Astaga Caliandra Renaya, masa lo itu nggak sadar sih kalo lo itu terkenal," balas Philo padaku.

"Heh? Apaan sih, enggak orang aku biasa aja. Oh apa mungkin karena aku pacarnya Darren ya? Darren kan emang terkenal banget."

"Enggak kali Cal, lo bukan terkenal karena pacarnya Darren. Masa sih nggak sadar? Waktu MOS, lo itu yang paling menonjol dibanding siswi cewe yang lainnya. Terus tiap pagi gue sering liat ada beberapa anak cowo yang sering nyelipin surat sama bunga di bawah laci meja lo, walaupun mereka tau kalo lo itu pacarnya Darren." Penjelasan Philo benar-benar membuatku terkejut, bagaimana tidak aku tidak pernah merasa mendapatkan surat atau bunga satu pun di bawah laci mejaku.

"Udah deh Cal nggak usah dipikirin, mendingan kita makan aja dulu, bentar lagi udah mau bell masuk." Ucapan Philo membuatku tersadar kalau kami tidak punya banyak waktu lagi untuk istirahat, dan kalau aku terus saja bertanya pada Philo itu tidak akan membuatku kenyang. Jadi aku memutuskan untuk tidak bertanya lagi, dan memulai untuk memakan makananku.

"Ah, akhirnya kenyang juga," ujarku begitu selesai menghabiskan makananku, sambil mengusap perutku yang sudah terisi penuh.

"Pfffttt, apaan sih Cal kayak belom makan selama sebulan aja deh lo," balas Philo sambil tertawa kecil melihat kelakuanku.

"Hehe, maklum tadi pagi belum sempat makan banyak. Eh Phil, yuk balik ke kelas dua menit lagi udah mau bell." Ajakku pada Philo yang dibalas dengan anggukan oleh Philo.

Kami berdua pun bangkit berdiri dari tempat kami duduk, dan berjalan untuk kembali ke kelas. Namun tiba-tiba saja seseorang yang sangat ingin kuhindari sudah berdiri tepat dihadapanku, ia beserta dengan tatapan dinginnya menatapku seakan-akan ingin membekukan tubuhku. Tapi itu dulu, itu Caliandra yang dulu. Saat ini tatapannya sama sekali tidak berpengaruh padaku, sudah kukatakan bukan bahwa aku sudah tidak merasakan apa-apa lagi pada Darren.

Ya, orang yang menghalangi jalanku saat ini adalah Darren.

"Permisi Kak," kataku pada Darren, dan langsung berjalan melewati sisi yang kosong di sebelah Darren. Aku berjalan cepat menuju kelasku. Sedangkan Philo berjalan di belakangku. Begitu tiba di kelas, aku segera duduk di tempatku. Terlihat Philo ingin sekali bertanya padaku, tapi guru yang mengajar sudah masuk ke dalam kelas mengurungkan niat Philo dan ia berjalan balik ke tempat duduknya.

"Cal, sorry ya gue sama Eireen ninggalin lo. Ya, kita berdua cuma mau bantu Philo buat pdkt sama lo. Siapa tahu kan, ternyata jodoh lo itu Philo daripada sama Darren sakit hati mulu," ucap Galena sambil berbisik di belakangku, yang di dukung dengan anggukan kepala dari Eireen.

WinterherzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang