Z W E I

1.5K 300 113
                                    

Sebaik-baiknya kesabaran adalah saat engkau diam, padahal emosimu sedang meronta
ingin di dengarkan.
Dan sebaik-baiknya kekuatan adalah ketika engkau memilih tersenyum.
Padahal ada air mata yang sejak tadi tak mau dibendung.

------------------------------

Saat aku hendak berjalan menuju kearah Darren dan gadis yang kuyakini bernama Calianda, tiba-tiba seseorang menahan lenganku.

"Eh Cal lo mau kemana? Mau ninggalin gue ya? Tega!" kata Eireen dengan kedua tangan yang sedang memegang dua piring nasi goreng dan mengangsurkan salah satunya ke arahku.

"Eh ya ampun, sorry-sorry aku lupa," kataku dengan tampang menyesal karena tadi aku memang melupakan keberadaannya.

"Huh lu kata gue Super Junior," katanya seraya berjalan didepanku.

Aku hanya berjalan saja mengikuti langkah kakiknya, namun mata dan pikiranku tidak lepas dari sepasang manusia yang sedang bercengkrama dengan akrab, uhm namun kata mesra sepertinya lebih tepat menggambarkan keadaan mereka sekarang ini. Aku hanya bisa tersenyum masam dan menghembuskan nafas berat beberapa kali.

"Ehm Cal, gue tau apa yang ada di pikiran lo daritadi. Gue sebagai sahabat lo, cuma bisa ngasih semangat aja buat lo, sebenarnya gue pengen banget elo jauh-jauh dari Darren tapi gue udah sahabatan sama lo dari kecil, gue udah kenal lo luar dalam dan kalo gue maksain kehendak gue buat nyuruh lo ngejauhin Darren gue tau itu sama aja ngedorong lo kedalam jurang yang paling dalam, karena gue tau bahagia lo saat ini itu sama dia walaupun dia cuma ngelakuin hal sepele yang sebenarnya menurut gue nggak berarti apa-apa tapi gue tau buat lo itu berarti banget. Makanya selagi lo masih sanggup, Perjuangin dia. Dan kalo emang lo udah sampe di batasnya gue cuma berharap bahwa pada akhirnya lo bakalan dapat akhir bahagia lo, lo tau kan gue sayang banget sama lo? So, keep smile darl you're the strong girl. Gue bakalan selalu ada disisi lo kapanpun lo butuh gue," Kata-kata Eireen membuatku termenung dan menatapnya antara speechles dan terharu.

"Ya ampun Reen, aku udah nggak tau mesti ngomong apalagi, tapi makasih. Makasih banget, kamu slalu ada disamping aku, kamu slalu ngedukung apapun yang aku lakuin kamu nggak pernah ninggalin aku dan, dan kamu bikin aku speechles banget. Astaga, aku cuma mau bilang aku juga sayanggggg banget nget nget sama kamu," balasku setelah beberapa detik mencerna ucapannya tadi.

Kalau tidak ada meja yang menghalangi kami berdua, rasanya aku ingin berlari menerjangnya dan memeluknya sekuat tenaga. Walaupun kadang Eireen terkesan cuek dan dingin, tapi dia slalu mengerti aku, dia selalu peduli terhadap perasaanku.

Dia adalah hadiah paling indah yang Tuhan berikan dalam hidupku selain kedua orang tuaku yang slalu menyayangiku, aku juga punya sahabat yang hebat yang slalu ada disisiku.

"Yaudah makan gih, tadi katanya udah laper banget kok malah jadi mellow gini," kataku dan seakan tersadar dia langsung memakan makanannya seperti orang yang tidak makan berhari-hari. Sepertinya aku harus merukiyahnya.

-------------------

"Huah, terima kasih ya Tuhan udah kenyang banget ini. Akhirnya cacing-cacingnya udah nggak demo lagi hihi," kata Eireen seraya mengusap-ngusap perut buncitnya, Eh ngga deng.

"Cal!" Ucap suara dingin yang menghentikan niatku untuk menimpali perkataan absurd Eireen. Dan aku sudah tau dengan pasti siapa pemilik suara dingin tersebut.

"Eh iya? Ada apa Ren?" Kataku sambil membalikkan badan menatap kedua mata indahnya yang selalu datar tanpa ekspresi.

"Sebentar, gue nggak bisa nganterin lo pulang," katanya dan berlalu begitu saja.

WinterherzWhere stories live. Discover now