Z E H N

869 171 39
                                    

Typo bertebaran dimana-mana

-------------
Darren POV

Pagi ini terlihat seperti pagi pagi lainnya. Pergi ke sekolah, bertemu dengan gadis-gadis centil yang herannya, tidak ada bosannya selalu mengikutiku kemana pun.

Sampai di depan gerbang sekolah motorku sudah di penuhi dengan kerumunan para gadis gadis centil. Dengan teriakan-teriakan dan perkataan aneh mereka. Pemandangan yang sangat ku benci.

Bukannya geer atau narsis, tapi itulah kenyataannya.

"KYAA! Ka Darren ganteng banget sih."
"Makin cakep aja sih, kapan jeleknya."
"Mau dong jadi tasnya, biar bisa di bawa kemana-mana."
"Darren jadi pacarku ya." Dan berbagai perkataan-perkataan lainnya yang tidak dapat di tangkap dengan jelas oleh pendengaranku.

Sebenarnya aku bisa saja langsung menjalankan motorku menjauhi mereka, tapi ketika mataku melihat gadis itu berjalan dengan cueknya hampir melewati kerumunan. Dan entah setan apa yang merasukiku, aku bergegas turun dari atas motor dan menahan lengan gadis itu. Ia terkejut, bahkan sangat terkejut.

Ia bahkan memandangku seakan akan aku ini alien yang aneh. Dan aku bersumpah, baru kali ini aku mendapatkan tatapan seperti itu dari seorang gadis.

Aku menariknya hingga ke tengah-tengah kerumunan.

"Udah ya mending kalian nggak usah buang-buang waktu kayak gini tiap pagi. Kasihan pacar gue ngerasa ke ganggu sama tingkah kalian." Perkataan itu meluncur mulus dari bibirku.

Setelah mengatakan itu, aku menaiki motorku dan berlalu meninggalkan kerumunan para gadis itu yang sedang berteriak-teriak dengan histerisnya. Aku juga meninggalakan gadis yang baru saja ku deklarasikan sebagai pacarku, yang sedang berdiri mematung.

Aku juga tidak tahu mengapa aku melakukan itu semua, saat melihat gadis itu tubuhku seakan bergerak tanpa persetujuanku.

Gadis itu. Aku sudah memperhatikannya sejak MOS, ia sangat imut dengan tubuh mungilnya. Dan namanya -Caliandra- entah kebetulan atau apa nama itu persis dengan nama gadis kecilku. Lebih tepatnya sahabatku dari kecil yang diam-diam aku menaruh perasaan lebih kepadanya.

Sebenarnya aku tidak bersungguh-sunggu dengan perkataanku waktu itu. Namun setelah kejadian hari itu, wajahnya selalu mengganggu di pikiranku. Dan bertambah parah saat aku melihat dia sedang berjalan dengan seorang pria yang tidak kutahu itu siapa. Aku menyeretnya dengan paksa menuju parkiran.

Tentu saja ia menolaknya.

"Hei bisa diam nggak sih. Lo kan pacar gue ya wajar dong kalo gue antar pulang," Ucapku yang langsung membungkam aksi penolakannya.

Dan aku mengantarnya sampai dirumah-nya dengan selamat, tanpa perlu bertanya sebelumnya dimana alamat rumahnya.

Dia terlihat bingung ketika sampai di depan gerbang rumahnya.

"Ka-kamu tau da-dari mana rumah aku?" Tanyanya terbata-bata. Kaget mungkin.

Aku hanya membalasnya dengan mengangkat kedua bahuku dan berlalu dari rumahnya. Tidak mungkin aku menjawab dengan jujur bahwa aku pernah mengikutinya diam-diam dari belakang pada waktu MOS.

Aku juga tidak mengerti mengapa aku melakukan itu, tapi yang aku tau aku menyukai senyumnya, tawanya, pipi chubbynya dan matanya yang terlihat bersinar saat sedang berbicara dengan orang lain.

Tapi aku berusaha menampiknya. Aku bahkan meyakinkan diriku hanya untuk menjadikannya sebagai pengganti Calianda, walaupun hanya namanya yang hampir sama. Secara fisik mereka berbeda. Calianda dengan tubuh tinggi semampainya, sedangkan Caliandra dengan tubuh mungilnya yang sejujurnya terlihat sangat imut di mataku.

WinterherzWhere stories live. Discover now