S E C H S

968 218 64
                                    

Typo's my bestfriend

----------

Ternyata Philo yang sedang menahan kedua bahuku. Aku mendesah kecewa.

"Bodoh, memangnya siapa yang kau harapkan?" Seru seseorang dalam diriku seakan mengejekku.

"Lain kali hati-hati, dasar nona ceroboh," ucapnya dan menjitak pelan dahiku lalu merangkul lagi kedua bahuku. Kali ini aku sudah tidak terkejut sama seperti tadi.

Tiba-tiba saja seseorang menarik tanganku sehingga rangkulan Philo pada kedua bahuku terlepas. Aku menatap orang itu yang ternyata adalah--

"DARREN?!" ucapku tanpa sadar berteriak disertai dengan mata yang melotot sempurna.

Darren sendiri hanya mengangkat sebelah alisnya. Huh, khas Darren sekali.

"Ka-kamu ngapain disini?" ucapku masih belum sadar dari keterkejutan ku.

Dan bukannya menjawab pertanyaan ku dia malah mengangkat alisnya lagi. Dasar manusia kutub.

"Yuk Cal." Sentuhan Philo di pundakku mengalihkan perhatianku dari Darren.

"Cal nggak bakalan kemana-mana, dia sama gue." ucapan Darren lagi-lagi membuat mataku melotot lagi, jantung berdebar debar, kejang-kejang disertai muntaber, eh nggak deng.

"Nggak Cal tadi kesini udah sama gue, dan lo nggak berhak ngatur-ngatur dia." Philo menarik tanganku dan menyembunyikan tubuhku di belakangnya.

"Pardon? for your information, she's my girlfriend." ucap Darren masih dengan suara datarnya.

"Oh gitu? bagus deh kalo lo nganggap Cal pacar lo, soalnya nih kok gue ngerasa lo pacarnya Calianda daripada Caliandra," ucapan Philo telak memukul ulu hatiku.

Semua rasa terkejutku hilang begitu saja berhanti dengan senyum pedih.

Sedangkan Darren masih terdiam. Namun tidak berlangsung lama, tiba-tiba saja tanganku di tarik oleh Darren. Aku hanya diam dan mengikuti langkahnya.

Kami sudah berada di luar bioskop. Aku bahkan sudah tidak sadar kalau sudah berada di luar karena masih ada dalam mode terkejut. Aku menatap tanganku yang ternyata masih di genggam oleh Darren. Refleks aku mencoba melepaskan tanganku dari genggamannya. Namun, ia menahan tanganku yang menghasilkan tanda tanya besar di kepalaku atas tindakannya itu.

"Udah gini aja," Ucapnya datar.

"Tapi--"

"Udah nggak usah pake tapi-tapian segala, mending sekarang kita cari makan." Ia melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti.

Namun baru saja beberapa langkah terdengar seseorang memanggil nama Darren.

"Darren ih kamu mau kemana? Kok langsung ninggalin aku gitu aja sih?" Ucap orang yang tadi memanggil nama Darren yang ternyata adalah Caliandra. YA CALIANDA!

Seketika Darren melepaskan pegangannya yang seketika membuat aku tersenyum miris.

"Aduh sorry, eng it-- itu." ucap Darren sepertinya kebingungan menjelaskan kepada Calianda. Melihat kebingungannya, membuatku tersenyum kecut.

"Itu kenapa? Kok kamu bingung gitu sih?" Tanya Calianda.

"Nggak kok aku nggak bingung, biasa aja tuh," ucap Darren dan mengusap kepala Calianda lembut.

Aku lagi-lagi hanya bisa memasang senyuman mirisku melihat perlakuan Darren terhadap Calianda. Ia bahkan tidak pernah seperti itu kepadaku sebelumnya. Boro-boro mengusap kepalaku menatap ku saja ia mungkin tidak sudi. Huft.

WinterherzWhere stories live. Discover now