18

1.5K 117 2
                                    

Paginya di kelas, Zie berangkat dengan mata yang sedikit sembab. Hanya Rehan yang tahu keadaan kakaknya. Saat ditanya, gadis itu berbohong dengan alasan terbawa perasaan ketika membaca novel yang dibeli bersama Rehan kemarin. Di kelas, Zie hanya menunduk, sesekali melihat kedua sahabatnya. Mecca yang menyadari mata sembab Zie. Ia juga menoleh pada Rasyel yang saat itu matanya juga sedikit sembab.
 
           “Why? Apa yang terjadi? Rasyel matanya juga sembab,” ucap Mecca kemudian membuat Zie mengalihkan pandangan pada Rasyel yang sedang duduk membeku.
 
           Rasyel kemudian menatap Zie. Zie yang mengetahui itu langsung beralih pandang. Tak ingin Rasyel menatapnya.
 
           “Ada apa?” tanya Shena.
 
           Namun pertanyaan dari kedua sahabatnya enggan dia jawab. Zie mengecek handphone nya karena terus berdering. Ia mendapati notifikasi dari Rasyel setelah sekian lama.
 
           “Ada yang mau gue omongin sama lo Zie,” itu pesan singkat dari Rasyel.
 
           Zie merasa senang dan sedih di satu waktu. Ia teringat masa-masa Rasyel menyakiti dirinya. Ia juga teringat, saat Rasyel bersama Devin yang saat ini menjauhi Zie tanpa alasan. Zie tak berniat membalas pesan dari Rasyel. Ia hanya ingin memeberikan ruang baginya untuk istirahat dari semua masalah yang dialaminya.
 
           Di perjalanan pulang, suara yang sudah lama tidak ia dengar kembali menyapanya. Sosok itu adalah Rasyel.
 
           “Zie,” panggilnya.
 
           Gadis itu hanya menoleh pada Rasyel, ia takut Rasyel berbuat macam-macam padanya. Di sana, ia sedang sendirian menuju halte. Rasyel menoleh ke arah Zieva dengan mata sembab. Sekarang matanya berkaca-kaca.
 
           “Zie gue mau ngomong sama lo,” ucapnya lagi.
 
           “Gue udah tahu semuanya kok, Syel,” sahut Zie dengan mata yang sembab juga.
 
           Rasyel yang mendengar ucapan itu terkejut tak percaya. Ia menatap Zie dalam.
 
           “Gue minta maaf, Zie,” balas Rasyel.
 
"Gue minta maaf Zie," ucapnya sekali lagi kemudian menangis.
 
“Aku lihat kalian jalan berdua kemarin. Aku tidak apa-apa, jika itu membuat Rasyel senang,” sahut Zie.
 
Gadis itu berusaha menguatkan dirinya. Ia tidak ingin menjadi orang yang egois.
 
           Rasyel semakin menangis menjadi-jadi. Zie yang melihat itu ingin pergi menjauh dari Rasyel, ia tak kuat menahan segalanya. Ada sesak yang terasa di dadanya saat itu.
 
"Zie bukan itu yang gue maksud. Gue minta maaf karena Gue yang minta Devin yang jauhin Lo," ucap Rasyel.
 
"Gue minta maaf Zie. Gue khilaf," ujarnya.
 
           Zie terdiam sesaat mendengar ucapan yang keluar dari mulut Rasyel. Ia tak tahu emosi apa yang seharusnya datang pada dirinya. Ia tak membiarkan air mata jatuh, namun hal itu gagal. Gadis itu tidak tahu, apakah ia harus membenci Devin atau merasa bersalah pada keduanya.
 
"Devin jauhin lo karena gue yang ancam buat lo celaka, tapi sekarang gue udah khilaf Zie," ucapnya yang tak berhenti menangis.
 
"Gue dijodohin sama Devin," ucapnya yang membuat dinding-dinding hati gadis itu retak.
 
"Tapi gue sadar, lo yang terbaik buat Devin. Gue gak bisa maksain kehendak gue sendiri. Gue tega sama Zie. Gue tega jahatin sahabat Gue sendiri," ucap Rasyel sendu.
 
"Gue sadar Zie, gak semuanya bisa dipaksain," ucapnya memeluk Zieva yang kini hancur.
 
"Papa masuk penjara," ucapnya membuat Zie yang tadinya tunduk menoleh ke arahnya.
 
Sebuah ucapan dari Rasyel yang kembali membuatnya terkejut.
 
"Apa yang terjadi ini? Gumam gadis itu.
 
"Papa kena kasus narkoba, papa stres gara-gara gue! Gue yang maksa papa buat jodohin gue sma Devin karena Devin anak temannya papa. Dulu, gue gak mau lihat lo bahagia sama Devin. Gue emang egois Zie. Sekarang Papa jadi korban akibat permintaan aneh Gue," ucapnya menangis tersedu-sedu.
 
"Zie, kalau waktu bisa diubah, gue gak mau kayak gini, gue malu! Gue egois," ucapnya.
 
"Zie, Devin sayang banget sama Lo. Dia jauhin lo karena gak mau lihat lo jadi orang yang murung dan sedih lagi. Gue mohon, temuin Devin. Jaga dia. Kalian emang pantas bahagia," ucap Rasyel.
 
“Gue minta maaf Zie, gue mau sahabatan lagi sama lo,” ucap Rasyel tertunduk hampa.
 
"Rasyel, sampai kapan pun. Gue akan terus jadi sahabat lo. Suka maupun duka. Sedih maupun senang," ucap Zie memeluk sahabatnya meskipun ia masih belum menyangka dengan apa yang terjadi dihadapannya.
 
"Benar kata Devin. Gue emang gak pantas jadi sahabat Lo, Zie. Gue jahat, egois, arogan! Gue nyesel," ucapnya.
 
"Yang lo bilang salah Syel. Gak ada yang namanya mantan sahabat," sahut Zie.
 
"Kamu jangan sedih lagi. Jagain Mama kamu di rumah. Dia butuh semangat dari kamu. Semoga Papa kamu cepat keluar dari tempat itu," ucap Zie.
 
           Rasyel mengangguk dengan sendu. Ia memeluk sahabatnya.
 
"Zie, apa gue masih bisa sahabatan sama lo?" ucapnya.
 
"Tentu saja, Kita sahabat." Balas Zie tersenyum.
 
Zie merasa badannya sudah membaik. Dia merasa senang, Rasyel kembali bersama dirinya dan pertanyaan-pertanyaan di benaknya satu per satu terungkap. Kini, ia tahu alasan Devin mengabaikannya. Gadis itu menjadi merasa bersalah berburuk sangka pada Devin. Di taman belakang rumah, ia memainkan handphone dan mengabari Mecca dan Shena mengenai Rasyel di grup yang mereka beri nama Best Friend Forever.
 
           “Guys, tadi aku ketemu Rasyel,” ia mengirim pesan itu di grupnya dan mendapat respon dari Mecca dan Shena menanyakan keadaan Zie. Takut Rasyel berlaku seperti dulu lagi pada sahabatnya.
 
           “Aku gak papa, Rasyel menemuiku di perjalanan sepulang sekolah tadi. Dia minta maaf. Matanya sembab, Rasyel sedih papanya masuk penjara,”
 
           “Dan satu lagi, Devin menjauh itu, karena Rasyel mengancamnya. Aku jadi merasa bersalah pada Devin,”
 
           Mecca membalas dengan cepat pesan dari sahabatnya. Ia mengatakan bahwa dirinya sudah mengetahui itu karena Rasyel bertetanggaan dengannya, begitu juga dengan Shena bahkan Rasyid pun mengetahuinya dari Devin. Hanya saja Devin terlalu takut, jika Zieva diberi tahu nantinya akan berisiko terhadap keselamatan Zie. Zie yang membaca pesan itu menjadi terharu. Ia juga sebal sahabatnya menyembunyikan sesuatu darinya. Namun kebenaran itu sudah cukup menutupi kesedihannya, gadis itu merasa bahagia. Ia kembali merasa beruntung memiliki sahabat yang begitu pengertian padanya.
 
           Usai saling membalas pesan antara ketiganya. Mecca berinisiatif memasukkan Rasyel ke grup itu lagi setelah dulu Rasyel meninggalkan grup tanpa permisi. Mereka bertiga sudah memaafkan sikap Rasyel, sedari dulu mereka tahu, Rasyel akan menjadi sahabatnya selamanya. Mereka pun heboh di grup hingga sore tiba.
 
Zie berangkat ke sekolah dengan rapi dan raut wajah yang bahagia dari tiga tahun terakhir ia sekolah. Kini, ia memiliki sahabat lengkap lagi, gadis itu bahagia sekali. Mereka berbicara seperti dulu lagi. Ia dan Shena menghadap ke belakang seperti berdiskusi dan di belakang ada Mecca dan Rasyel yang juga sudah datang.
 
"Gue senang banget bisa bareng kalian lagi," ucap Rasyel tersenyum meski di matanya masih tersimpan kesedihan.
 
"Udah lama Gue mau ngomong bareng kalian, gosip bareng lo juga ca, ah gue kangen banget," ucap Rasyel lagi.
 
"Gosip kenceng amat Lu," sahut Mecca menjitak lembut kepala Rasyel kemudian diikuti tawa oleh semuanya.
 
"Aku sayang kalian," ucap Zie menatap satu per satu dari mereka.
 
"Aaa Aku jugaaa," sahut Mecca bahagia.
 
“Gue gak mau cepat-cepat tamat dari sekolah ini!” ucap Mecca lagi.
 
“Hush! Ucapan adalah doa. Tinggal baru tahu rasa,” celetuk Shena yang membuat Mecca beristigfar.
 
“Astagfirullah,” sahutnya.
 
Usai belajar Agama bersama ibu Hafizhah, bel istirahat berbunyi. Sorak-sorai terdengar di mulut seisi kelas.
 
"Kantin yuk," ajak Mecca.
 
"Aku gak deh," ucap Zie menyelesaikan catatan diskusi agama miliknya.
 
"Tinggalin aja dulu Zie. Nanti juga bisa diselesaiin," ucap Shena menyengir kemudian menarik tangan Zie.
 
"Iya, ayo Zie. Gue kangen makan bareng kalian," sahut Rasyel.
 
"Ayo," sahut Zie tersenyum.
 
Mereka pergi ke kantin bersama seperti dulu lagi. Hidupnya terasa lengkap karena semua sahabatnya bersamanya.
 
"Eh biar Gue pesen deh, kalian mau apa?" tanya Rasyel.
 
"Menu favorit kita, lo masih ingat kan?" tanya Mecca.
 
"Ingat dong, siomay sama es teh kan?" balas Rasyel tertawa kecil.
 
"Bener banget, ayo Syel gue laper banget nih. Udah bunyi-bunyi dari tadi," ucap Shena.
 
"Kok Gue ga denger sih?" tanya Mecca.
 
"Dasar kecebong," ucap Shena menjitak kepala Mecca.
 
Mecca meringis kesakitan.
 
"Ya udah, Gue pesen dulu ya," ucap Rasyel.
 
"Akhirnya doa gue diijabah. Kita bisa bareng lagi dengan Rasyel sebelum lulus," ucap Shena haru.
 
"Sekarang hari apa sih?" tanya Mecca.
 
"Duh kecebong lupa hari," ucap Shena.
 
"Masa anak sekolahan lupa sih," ucap Shena lagi.
 
"Sekarang hari Kamis Ca." Sahut Zie tertawa.
 
"Duh senin besok UN dong, mampus Gue lupa," pekik Mecca.
 
"Bisa-bisanya hari penting lupa! Makanya jangan pacaran mulu," ucap Shena.
 
"Gue harus belajar nih," ucap Mecca mengelus dadanya.
 
"Seharusnya sih begitu," celetuk Shena.
 
Rasyel datang lagi. Bersama makanan yang mereka pesan.
 
"Kenapa Lo Ca? Pucat banget. Lo laper banget ya?" tanya Rasyel.
 
"Dia pucat karena belum belajar buat persiapan UN," ucap Shena.
 
"Lah ni bocah, udah tinggal beberapa hari ini lagi," sahut Rasyel.
 
Mecca cengengesan.
 
"Besok belajar bareng yuk," ajak Mecca.
 
"Ayo!" sahut Rasyel.
 
"Ayo, kayaknya Mecca butuh bimbingan," kata Shena tertawa.
 
"Ayo," sahut Zie tersenyum.
 
Seperti biasa, Rasyid dan Devin datang di tempat mereka makan. Kini, semuanya kembali seperti semula. Rasyel yang melihat kehadiran keduanya hanya diam menatap. Dan jika Devin menoleh, ia tersenyum kecil.
 
Devin duduk di depan Zieva. Kini, wajah dan senyum menenangkan itu kembali hadir dalam pandangan gadis itu.
 
"Zie, maafin Aku ya. Aku gak bermaksud jauhin Kamu." ucap Devin gadis itu.
 
Zie yang mendengar itu cemberut.
 
“Gak mau. Devin jahat,” balasnya.
 
Devin semakin merasa bersalah padanya. Kini wajah Rasyel pun tampak seperti bersalah.
 
“Bercanda,” sahut Zie kemudian tertawa kecil
 
"Iya, Aku tau kok," sahutnya lagi.
 
Devin tersenyum lembut menampakkan lesung pipi manis miliknya pada Zieva. Tatapannya sangat medalam pada gadis itu.

Satu Hari Bahagia [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now