-17- Ujian

49 8 0
                                    

Not edited
Happy reading ♥️♥️
Please, tekan bintang di pojok kiri bawah yak 😋😘 di koment juga deng... thanks alot 😘

~~~~~~~~~~~~~~

Setelah berpamitan, Funi dan Adin langsung masum ke mobil mewah milik Reon. Funi bangga dengan kakak tirinya itu, di usia yang masih muda, dia sudak sangat sukses. Pasti banyak cewek yang pengin jadi istrinya, mapan dan ganteng. Dan Bita cukup bodoh untuk menjadikan kakaknya sebagai media balas dendam.

"Funi, Adin, gue harap kalian jangan terlalu fokus dengan masalah Nara kali ini. Kalian harus fokus belajar untuk ujian bulan depan." Kata Reon sembari menyetir mobil. Funi yang duduk di depan, langsung melihat ke arah belakang dimana Adin duduk.

"Kak Reon benar, kita harua fokus ujian dulu." Adin menyetujui perkataan Reon.

"Tapi, bulan depan bukannya bulan pernikahan Kak Yuga dan Kak Bita?" Tanya Funi yang mencoba mengingatkan kembali kepada dua orang lain di dalam mobil tersebut.

"Pernikahan mereka masih setelah jadwal kalian ujian. Jadi jangan terlalu dipikirkan. Ujian kalian di awal bulan, kan?" Kata Reon yang sambil fokua dengan menyetirnya. "Pernikahan mereka di akhir bulan, itu pun jika mereka jadi menikah."

"Funi hanga takut, teman-teman Kak Bita bakal melakukan hal nekat." Kata Funi.

"Itu sudah pasti, makanya kalian harus selalu waspada. Sementara ini jangan terlalu sering berinteraksi dengan Yuga. Bukannya Kakak membantu Bita, tetapi dengan membuat kalian jaga jarak dengan Yuga, ekspektasi mereka tentang kalian akan meleset."

"Kira-kira mereka bakal melakukan apa, ya?" Pikir Adin. "Penasaran aja, sih, demi uang sampai kaya gitu."

"Adin, tolong selalu awasi Funi. Tolong jangan sampai Funi pulang sendirian. Kalian bertiga yang bisa mengontrol ketika di sekolahan."

"Baik, Kak" jawab Adin menuruti permintaan Kak Reon. Sementara Funi hanya terdiam. Berfikir apakah sebahaya itu sampai dirinya harus selalu di temani.

~~~~~~~

Setelah Funi dan Adin pulang diantar Reon, Bitabjuga meminta diantar pulang oleh Yuga. Jadi cafe diserahkan kepada Sandy dan Daniel. Nara juga ada cafe itu.

"Gue mau tanya, deh, lo yang aslinya punya masalah, kenapa tuh cewek gila sampai ga kenal sama lo? Lo rencana mau nangkap Bita, kan?" Tanya Daniel ketika mencuci segala peralatan, karena cafe sudah di tutup.

"Bita belum pernah ketemu sama gue. Sebelum ada masalah ini, gue berada di Jogja sama pakde gue, kuliah di sana. Dan selama gue kuliah gue ga di kasih tau tentang apapun tentang pekerjaan orang tua gue yang ternyata rugi bermilyaran karena perbuatan Orang tua Bita dan Bita sendiri." Jelas Nara yang nungguin Daniel nyuci dengan berdiri di sampingnya. "Dan aset yang dimiliki orang tua gue cuma cukup buat nutup kerugian yang dibuat keluarga gila harta itu, dan ternyata biaya selama gue kuliah, di pinjamin sama temen ayah. Dan setelah 5 tahun dana yang dipinjam harus segera dibalikin, kalau engga gue harus nikah sama anak temen ayah, duda 40 tahun."

"Apa!? Duda 40 tahun!?" Daniel kaget dan menghentikan pekerjaannya. "Dan loe mau gitu aja!?"

"Enak aja! Ya engga lah! Makanya gue sekarang berusaha buat memenjarain keluarga Yudha Pratama, karena paling tidak ketika mereka berhasil dipenjara, denda yang harus di bayar itu bisa buat ngelunasin utang ayah ke temennya itu dan guebga harus nikah sama orang yang ga gue suka." Jawab Nara sambil menunduk.

"Bukannya malah beruntung kalo lo nikah sama Duda itu? Jelas dia pasti mapan dan lo ga perly khawatir tentang finansial kehidupan lo?" Tanya Daniel yang sudah selesai dengan pekerjaannya dan berdiri tepat menghadap cewek yang 4 tahun lebih tua darinya itu.

"Bukannya nikah itu soal hati, ya, Dan? Sekaya apapun orang itu kalau ga cinta, apa bisa bahagia kalau dipaksain menikah? Karena bagi gue, kemapanan finansial itu bisa dicari bareng-bareng kalau emang niat buat bahagia bareng." Jawab Nara sambil menunduk. "Lagian orang tua gue ga matre-matre amat, kok, Dan. Kebahagiaan gue, gue yang tentuin. Asal gue masih dijalan yang bener, dengan siapapun gue hidup nanti, mereka bakal mendukung gue." Lanjut Nara yang dia akhiri dengan memandang Daniel. Nara kaget karena Daniel sudah berada di hadapannya. "Lo!? Sejak kapan..." Belum selesai Nara berbicara, Daniel langsung memeluk Nara. Terdengar oleh Nara degup jantung Daniel berdetak sangat cepat dan keras. "Dan? Lo kenapa tiba-tiba?"

"Jangan tanya gue kenapa, gue sendiri juga ga tau. Gue reflek meluk lo" jawab Daniel dengan suara ketus. Nara tersenyum dan melingkarkan kedua tangannya ke punggung Daniel. "Dan... Dan... Dan gue bakal berusaha semampu gue buat bantu lo, biar ga jadi nikah sama duda yang ga lo cintai itu."

"Kenapa?" Tanya Nara menggoda Daniel.

"Masih tanya kenapa!?" Protes Daniel melepas pelukannya tetapi terlihat kedua pipi Daniel merona tanpa mau memandang Nara. "Dasar nenek sihir!?"

Set! Nara langsung menarik kedua kerah seragam sekolah yang masih di pakai oleh Daniel hingga Daniel membungkuk dan langsung mencium bibir Daniel. Apa yang dilakukan Nara benar-benar membuat Daniel kaget. "Gue pasti seneng banget kalau gue bisa nikah sama orang yang gue cintai." Kata Nara sambil tersenyum manja yang kemudian memeluk Daniel. "Tapi, gue harap lo fokus buat ujian bulan depan. Gue ga mau, gara-gara terlalu fokus bantu gue, loe jadi gagal ujian. Gue gak mau nikah sama cowok lulusan paket C." Nara tetap saja menggoda Daniel.

"Sialan lo!" Daniel tetap belum bisa untuk bersikap lembut kepada Nara, namun Daniel membalas pelukan Nara dan semakin mengeratkan pelukannya.

Disaat yang sama, Sandy si pemeran pembantu memihat drama romansa di dapur itu hanya tersenyum tipis sambil melanjutkan bagian pekerjaannya yang hanya tinggal sedikit. Dia menghela nafas dan mengambil ponsel di saku celananya. Dia memandang screensaver ponselnya dan terus mengusap-usap layar yang terdapat gambar cewek manis dengan gaya imutnya. Kemudian dia membuka aplikasi chat di ponselnya dan mencari sebuah kontak yang hanya terdapat beberapa emojo love di nama kontak itu.

*Gue kangen. Ayo kita berjuang sama-sama.* Begitu yang dia ketik dan dia kirim ke kontak itu.

Sementara si penerima pesan dari Sandy, malah kebingungan kenapa Sandy mengirim pesan seperti itu kepadanya. *Kenapa? Kok tiba-tiba?* Itu yang dia balas untuk Sandy.

~~~~~

Cafe milik Yuga mulai merekrut 2 karyawan part time baru. Karyawan senior membantu mereka secara bergantian. Funi dan teman-temannya berusaha menjaga jarak dengan Yuga. Entah di sekolah maupun di cafe. Namun mereka sangat dekat dengan Reon. Hal ini membuat Yuga tidak suka, terlebih Funi seperti menjaga jarak kepada dirinya dan terlihat lebih sering tersenyum di depan Reon.

"Kenapa gue jadi kaya gini, sih?" Protes Yuga pada dirinya sendiri yang berada di kamarnya sendiri. Terlihat sebotol bir di meja kamarnya, dan Yiga terlihat sangat frustasi. "Funi, apa dia menjaga jarak sama gue karena dia mau ujian? Atau karena gue mau nikah? Gue sudah niat mau batalin pernikahan gue sama Bita, cuma belum dapat alasan yang tepat, tapi kenapa harus dekat dengan Reon!?"

~~~~~~~~~

Yeay!!!
Akhirnya update lagi, yaaakkk
Dan sepertinya cerita ini sudah hampir bertemu dengan ending, ya??
Hayoo... Mau ending yang gimana??? Hihihihi

Anyway, voment dong... Ditekan tanda bintang di pojok kiri bawah, terus di komen juga ya...

Please Please Please.... 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Thanks for reading 💋💋💋


------------------•••°°°°000ooo000°°°°•••------------------

Baca cerita aku yang lain juga ya...
✓First Love (End)
✓My Dean (End)
✓(For) My Dean (On Going)

Love You, Just Like This is Enough (END)Where stories live. Discover now