-15- Carajillo

46 9 0
                                    

Still Author POV

Not edited.

"Kak Reon!?" Funi langsung berdiri menghadap Reon yang berjalan mendekat ke meja Funi dan teman-temannya. Funi terlihat sedikit panik, begitu juga teman-temannya. "Kak Reon uda lama datang?"

"Lumayan. Kakak bisa dengar semua rekaman yang diputer sama temen kamu." Reon bersikap tenang dan kemudian duduk tepat di depan Nara. Semua diam. Reon memandang Nara. "Jadi, apa awal dari semua ini adalah kamu mau memenjarakan Bita?" Tanyanya yang membuat Nara terkejut. "Apa yang sudah Bita dan orangtuanya lakukan pada keluargamu?" Reon menatap Nara dengan tajam.

Nara belum menjawab. Semua diam. Dan perhatian mereka terpecah dengan kedatangan pelanggan. Tetapi Daniel  tetap pada  posisinya, duduk disamping Nara. Daniel tahu Nara merasa grogi, karena itu Daniel memegang tangan Nara yang sedikit berkeringat. Membuat Nara memandang Daniel. "Kasih tahu semuanya, jangan takut." Kata Daniel pelan sambil tersenyum kepada Nara, membuat Nara mengangguk. "Tamu mulai banyak, gue tinggal dulu. Tetap tenang, oke?" lanjut Daniel menempuk lembut kepala Nara, kemudian meninggalkan Nara berdua dengan Reon setelah mendapat anggukan dari Nara.

Nara kemudian menceritakan awal tujuannya mencari Bita. Namun karena akhirnya masalah tidak hanya berhubungan dengan pekerjaan orang tuanya, akhirnya Nara berniat menyelesaikan semuanya sekalian. Tentu karena masalah Bita menyangkut keselamatan sepupunya, Funi.

"Funi!" Panggil Reon yang melihat Funi berjalan disamping mejanya dengan Nara. Funi berhenti dengan tatapan panik. Tentu karena taut wajah Reon cukup serius, raut muka yang jarang Funi lihat. "Bisa kamu memberiku Carajillo?" Tanya Reon. Funi tahu itu adalah kopi beralkohol, tetapi Funi belum pernah menyajikannya kepada siapapun kecuali Yuga, saat Yuga memintanya sendiri. "Kenapa?" Tanya Reon.

Reon membaca raut wajah Funi. Begitu juga Nara yang entah tahu atau tidak dengan menu yang di pesan cowok hot di depannya itu. Lalu Reon tersenyum kepada Funi sambil menghela nafas. "Berikan apapun sesuai keinginanmu". Mendengar kalimat itu langsung membuat Funi tersenyum lebar dan kemudian menuju dapur.

Reon hanya mendapat black coffee dari Funi. Dan pembicaraan serius dengan Nara terus berlanjut. Ternyata Reon membenarkan kalau Bita telah memintanya dirinya untuk mendekat Funi. Reon hanya tidal habis pikir bahwa Bita hanya memanfaatkan kekayaannya demi eksistensi.

"Apa rencana kamu setelah ini?" Tanya Reon kepada Nara.

"Sebenarnya tugasku cukup simple, dengan memenjarakan Bita juga kedua orang tuanya masalah selesai. Tetapi untuk memenjarakan mereka, Funi juga harus dipikirkan." Kata Nara yang akhirnya menundukkan kepalanya, melihat jemarinya yang terus dia mainkan. "Sesuai katamu, Romeo dan Dicky adalah sahabat Bita berdarah dingin yang haus uang. Aku tidak Akan rela mereka melukai Funi." Suara Nara bergetar. Airmatanya mulai keluar.

"Kamu tidak sendiri. Funi adikku juga." Kata Reon yang memegang punggung tangan Nara berharap bisa menenangkan Nara.

Namun Daniel yang melihat perlakuan Reon kepada Nara membuat Daniel tak bisa melepas tatapan marahnya kepada Reon. Daniel kemudian menghampiri Nara dan Reon. "Apa pembicaraan kalian sudah selesai?" Tanya Daniel melepaskan tangan Reon dari tangan Nara kemudian duduk diantara Nara dan Reon. Tatapan Daniel kepada Reon terlihat mengatakan *Dia milik gue* Reon hanya tertawa kecil melihat ekspresi Daniel.

~~~~~~~

Yuga dan Bita sedang bersama kedua orang tua Yuga di kantor ayah Yuga. Tentu saja mereka membicarakan tentang perusahaan yang tentu saja nanti akan dilanjutkan oleh Yuga, si anak tunggal keluarga Wardhana, setelah menikah.

"Papa, Mama, sebenarnya Yuga sudah mengatakan berkali-kali kalau Yuga tidak tertarik meneruskan perusahaan Papa dan Mama. Yuga ingin mengajar dan menekuni usaha Yuga yang sekarang ini." Jelas Yuga.

"Yuga! Jangan keras kepala!" Papa Yuga mulai meninggikan suaranya dan terlihat sangat marah.

"Sayang, jangan seperti itu. Papa dan Mama, kan, sudah sangat bekerja keras untuk mengembangkan dan memajukan perusahaan, sebaiknya kamu meneruskannya. Aku akan mendukung dan membantu, karena aku lulusan bisnis, mungkin sedikit-sedikit bisa membantumu. Papa dan Mama juga tidak akan secara langsung melepasmu sendirian, kan?" Bujuk Bita dengan lembut kepada Yuga.

"Bita benar sayang, coba pikirkan lagi. Untuk sekali kamu kami jodohkan dengan Bita. Dia memang gadia pintar." Puji Mama yang juga membujuk Yuga, anak kesayangannya. "Papa, lebih baik kita sudahi pembicaraan ini. Berikan Yuga waktu sedikit lagi. Dia sedang sibuk memikirkan pernikahannya hampir 2 bulan lagi. Mungkin kita bisa membicarakannya lagi setelah mereka menikah." Lanjut Mama menenangman suaminya.

"Mama benar, bagaimana kalau kita siap-siap makan malam? Bita punya rekomendasi tempat yang bagus." Usul Bita dengan riang yang memang berusaha mencairkan suasana.

Yuga sebenarnya ingin mengatakan ingin membatalkan pernikahannya. Tetapi dia terlalu bingung dengan perasaannya sendiri. Dia melihat orang tuanya beranjak meninggalkan tempat duduk dengan di gandeng oleh Bita. Yuga memang menyukai pribadi Bita yang dewasa dan tentu saja pintar, orang tuanya juga menyukai Bita. Mungkin pilihan papa dan mama Yuga sudah benar untuk dirinya. Namun dia juga tidak memungkiri kalau dia memiliki perasaan kepada Funi. Yuga merasa nyaman dan bahagia ketika berada di dekat Funi. Bahkan disaat bersama Bita, ada saat dimana dia teringat Funi.

Seperti saat makan malam itu, Yuga seperti melihat pelayan yang memiliki postur seperti Funi, Yuga menganggap dia melihat Funi. Saat ada obrolan ringan antara Bita dan kedua orang tuanya, Yuga tak begitu fokus. Dia terus memandang Bita. Entah kenapa sesekali wajah Bita berubah seperti wajah Funi bagi Yuga.

Setelah makan malam, Yuga mengantar Bita pulang. Yuga menolak ajakan Bita untuk mampir dan dia langsung menuju cafe. Saat itu sudah jam 7 malam, sudah pasti Funi sudah pulang dan tinggal ada Sandy dan Daniel. Namun tidak seperti yang dia sangka. Pegawainya masih lengkap, bahkan ada Nara dan Reon. Tetapi Yuga tidak begitu memikirkannya. Karena tujuannya saat ini adalah Funi yang sedang duduk di bangku ruang baca bersama Reon, Nara dan Adin.

"Funi, kenapa belum pulang?" Tanya Yuga langsung menghampiri Funi. Hanya Funi yang di tanya tanpa menggubris orang lain yang berada di ruang baca. Bahkan Reon melihat Yuga secara intens.

"Eh, iya, Kak. Tadi Adin bawa buku baru, katanya disuruh pimpinan cafe buat nambah kolekso buku, jadi aku baca dulu deh." Jawab Funi. "Um, uda selese ketemuannya sama Kak Bita?" Tanya Funi dengan wajah manisnya. Tentu saja ekspresi Funi membuat Yuga tertegun.

"Mau buatin Carajillo untukku?" Tanya Yuga yang tidak mau menjawab pertanyaan Funi.

"Oh, Okay!" Jawab Funi langsung menuju dapur. Yuga juga langsung menuju ruangannya tanpa pamit kepada Adin dan yang lainnya.

"Apa cuma gue yang ngerasa di anggap patung disini?" Tanya Nara kepada Adin dan Reon. Adin cuma tertawa kecil.

"Padahal tadi siang gue minta dibuatin carajillo, Funi jelas menolak, kenapa saat Yuga yang minta langaung dibuatin?" Tanya Reon.

"Apa pertanyaan kalian harua gue jawab?" Tanya Adin sambil tertawa kecil.

~~~~~~~~~~~

Hanya sampai disini part ini. Gegara masalah pribadi, hiatus terlalu lama. Maaf karena terlalu lama updatenya. Kritik Saran juga Votenya sangat diharapkan. Terima kasih banyak. 🙏🙏🤘🤘


------------------•••°°°°000ooo000°°°°•••------------------

Baca cerita aku yang lain juga ya...
✓First Love (End)
✓My Dean (End)
✓(For) My Dean (On Going)


Love You, Just Like This is Enough (END)Where stories live. Discover now