-3- BUTTERFLY

103 12 0
                                    


Author POV

Dan dari obrolan di cafe waktu itu, diketahui Yuga memang bakal menggantikan sementara Guru Matematika Funi, Bu Anif yang mau cuti buat melahirkan. Funi sendiri sebenarnya sudah ga sabar buat lihat Yuga di sekolahnya. Dia penasaran dengan style Yuga kalau jadi guru. Secara setiap ketemu di HOME alias cafenya Yuga, Yuga selalu pakai pakaian casual kece kaya oppa-oppa korea.

Funi sekarang partime di cafe milik Yuga. Setelah berhasil meramaikan cafe, Yuga meminta Funi buat parttime di cafe miliknya. Sandy dan Adin juga ada. Mereka di ajari cara buat simple dish sama minuman. Tapi waktu kerja Funi lebih banyak karena Sandy dan Adin ikut kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Mereka berdua aktif banget.

Jam 7 malam. Jam kerja Funi molor karena Sandy ga bisa datang ke cafe karena harus mengurus kegiatan malam buat anak kelas 1. Jam kerja Funi dan Adin memang cuma sampai jam 6 sore, kalau Sandy sampe jam 8 malam. Karena Sandy dan Adin ga busa bantu datang hari uni, makanya Funi memutuskan kerja sampai jam 7 malam. Dia sudah bilang sama ayah dan ibunya. Funi yang biasa dijemput ayahnya, kebetulan ayah Funi lembur kerja hari ini, jadi Funi sekalian menunggu ayah sambil membantu Yuga di cafe yang lumayan rame saat hari mulai gelap. Sebentar lagi cafe tutup tapi ayah belum juga menjemput.

"Ayah kamu belum jemput?" tanya Yuga yang berada di meja kasir ketika melihat Funi sedang membawa alat makan kotor ke dapur.

"Belum, Kak, sebentar lagi mungkin." jawab Funi cepat sambil tersenyum kepada Yuga. Buat Funi, ini adalah surga. Dia bisa lebih lama memandang Yuga yang begitu ramah kepada pengungjung.

Cafe milik Yuga memang tidak terlalu ramai, tetapi selalu ada pengunjung setiap jamnya. Dan Funi sangat senang bisa bersama Yuga di cafe bekerja bersama.

"Funi! Kita tutup cafe aja! Tolong tandanya di pasang!" perintah Yuga dari dalam cafe sementara Funi di luar baru saja meletakkan pesanan pengunjung yang bakal jadi pengunjung terakhir malam itu.

"Loh, Kak? Kan masih jam 7?" protes Funi yang menghampiri Yuga di dalam cafe.

"Gak pa-pa, Ufun sayang" kata Yuga sambil memencet hidung mancung Funi yang kemudian menuju dapur.

Funi kaget banget. Bagaimana Yuga bisa tahu kalau panggilannya adalah Ufun. Bahkan Sandy dan Adin tidak tahu soal itu. Belum lagi lanjutan di belakangnya. Sunggug membuat Funi tersipu dan deg-degan. *Please, jangan sampai gue suka sama Kak Yuga* batin Funi menyadarkan diri sambil menepuk kedua pipinya.

Setelah pengunjung terakhir pulang, Funi beres-beres di luar cafe. Sementara Yuga beres-beres bagian dalam.

"Sialan banget tuh 2 curut, ada kegiatan ekstra sampe malem ga bilang sama gue. Awas aja lo pada besok di sekolah, gue jitak kepala lo berdua!" Funi nggedumel sambil merapikan meja kursi.

"Funi! Uda selesai belum? Sini makan bareng!" Kak Yuga memanggil Funi menyuruh segera masuk ke dalam cafe. Funi manut aja secara kerjaannya memang tepat sudah selesai.

Dia kaget melihat seporsi spagetti besar tersaji di meja. "Wow!! Kakak bakal makan sebanyak ini!?"

"Engga, kita makan joinan, piringnya uda di cuci semua, biar cepet ntar nyucinya" jawab Kak Yuga berbisik dari belakang sambil mendorong tubuh Funi untuk duduk. Perlakuan Yuga jelas membuat Funi kaget, telinganya langsung memerah. Tapi Funi segera menutupinya dengan rambutnya yang tergerai haru itu. "Kita makan sambil nungguin ayah kamu dateng" lanjut Kak Yuga yang duduk di depan Funi.

"Iya nih, tumben ayah telat banget jemputnya
Tadi bilang jam 7 mau jemput, sampe sekarang bek nyampe juga" Funi menggerutu. Tapi dalam hatinya dia bersyukur bisa berduaan dengan Yuga.

Sedari tadi Funi terus saja mencuri foto Yuga dengan ponselnya. Karena shutter sound off, maka Yuga tidak akan tahu kalau dia sedang jadi objek. Di ponsel Funi penuh dengan foto Yuga dengan berbagai pose.

Love You, Just Like This is Enough (END)Where stories live. Discover now