-2- OCEAN CHERRY

123 12 10
                                    


Funi POV

Seketika gue ngerasa ada malaikat berada tepat di depan mata gue. Gue gak pernah ngerasain ini sebelumnya. Jantung gue serasa mau copot dari tempatnya bergantung di dalam tubuh gue karena detak jantung yang kenceng. Gue yakin, nih malaikat, eh cowok di depan gue bisa denger suara detak jantung gue saking kerasnya.

 Gue yakin, nih malaikat, eh cowok di depan gue bisa denger suara detak jantung gue saking kerasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf, dek, kamu ga pa-pa?" tanyanya dengan suara yang merada bersalah. Duh denger suaranya bikin gue tersipu dan pandangan gue ga bisa beralih dari cowok tinggi di depan gue.

"Ish! Funi!!" Adin nyadarin gue dari lamunan memalukan yang terjadi beberapa detik lalu dengan menepuk pantar gue.

"Eh, iya, kak, ga pa-pa!" gue yang sadar dari dunia fantasi gue, langsung menjawab pertanyaan si cowok ganteng di depan gue. Gue langsung duduk ditempat duduk gue tadi dengan grogi. Sandy cuma geleng-geleng lihat tingkah gue. Ekspresi gue tadi pasti malu-maluin banget. Mana pas gue lirik itu kakak ganteng, dia malah senyum liat gue lagi. Makin malu nih.

"Kalian mau pesan apa?" tanyanya sambil menaruh papan menu ke meja kita bertiga. Nama menunya unik dan kayaknya patut dicoba semuanya. "Menunya belum terlalu banyak, tapi semoga nanti bisa di improve lagi" lanjutnya.

"Lo mau pesen apa?" tanya Sandy. "Gue bingung, nih, namanya unik gini" kata Sandy terus meniti list menu di depannya.

"Sama, gue pengen nyoba semua, mumpung ada yang bayarin, hehehe" Adin nyeletuk dengan semangat sementara. "Lo mau pesen apa, Fun?" tanya Adin tak sedikitpun meluhat ke arah gue.

"Gue..." sebenarnya gue juga gak tau mau pesen apa. Nama menunya unik, mungkin hasilnya ga jauh beda sama menu yang selama ini uda gue makan di resto/ cafe lain. Gue sedikit melirik ke arah kakak ganteng yang uda siap sama catatan pesanan di tangannya. "Gini aja deh, kak, karena kita beru pertama kali ke sini, gimana kalo kakak kasih kita menu yang cocok buat kita" gue kasih ide dari pada pada puyeng mau makan apaan.

Si kakak ganteng yang belum diketahui speciesnya, eh maksudnya namanya itu mengernyitkan kening sambil memiringkan sedikit kepalnya setelah denger usulan gue. Beberapa saat dia mikir, dia ngangguk.

"Oke. Karena kalian pelanggan pertama, maka kakak bakal memenuhi pesanan kalian, sambil menunggu kalian bisa baca buku di area sana" katanya sambil nunjuk area baca di sisi paling ujung kanan, yang kemudian ninggalin kita ke dapur cafe.

"Nih cafe unik juga, kecil, simple, unik. Baru kali ini gue nemu cafe ada area bacanya" kata Sandy berkomentar sambil liat daftar buku yang terpasang di rak buku.

"Baru kali ini Sandy traktir kita" celetuk Adin yang sedari tadi kayaknya terlalu seneng dapat traktiran.

"Lo tuh hoby dapet gratisan!" Sandy nyinyir sambil melirik sinis ke arah Adin.

Gue? Apa komentar gue? Sandy sama Adin seperti menunggu komentar gue meski mereka engga liat atau tanya ke gue langsung. Yang gue pikir cuma satu
Tuh kakak ganteng bikin jantung gue ga berhenti berdetak kenceng. Kali aja nih muka nunjukin keadaan jantung gue. Jangan sampe deh!!

Love You, Just Like This is Enough (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang