-14- Teh Kotak

65 9 0
                                    

Pas bikin part 14 ini, saya lagi dengerin lagunya Gisel - Cara Lupakanmu. ^^

Sejujurnya saya bingung tentang penentuan judul. Judulnya memang aneh. Tetapi setelah inget Funi sedang pegang teh kotak di part ini, jadi judulnya itu aja. Hehehe

Voment sangat ditunggu <3

Author POV
Edited 140418

~~~~~~~

"Pernikahan gue tiga bulan lagi, dan itu artinya kemenangan hampir di genggaman." kata Bita kepada kedua laki-laki yang duduk berseberangan dengannya.

"Jangan lupa, ada murid lo yang harus lo perhitungkan juga. Kalian belum sakral menikah dan keputusan anak Wardhana bisa berubah. Lo tahu sendiri, kan, Yuga lebih deket sama murid lo itu." kata Dicky, laki-laki yang sama dengan waktu dulu, memata-matai Yuga dan Funi.

"Funi maksud lo? Dia urusan gampang, gue tahu Yuga juga sebenernya suka sama anak ingusan itu cuma terlalu bodoh aja buat sadar." jawab Bita sambil nyeruput latte-nya.

"Emang lo punya rencana apa buat Funi?" tanya Romeo, bagian lain dari pertemuan 3 orang itu.

"Cukup membuat skenario yang membuat Yuga membenci Funi." jawab Bita dengan senyum seringainya.

"Terus, rencana kita apa selanjutnya?" tanya Romeo.

~~~~~

Saat Yuga mau menuju kelas buat mengajar, dia menempel info lowongan pekerjaan di papan info sekolah. Dan ketika istirahat, papan info sudah dikerumuni beberapa murid yant dominan perempuan.

Funi yang tidak ikut teman-temannya ke kantin, hanya berdiri di balik pagar balkon lantai 2, area kelas 3. Memainkan tek instan kemasan kotak yang tidaksegera diminum sambil melihat kerumunan di samping lapangan upacara itu sedikit kepo.

"Ada info apaan, sih, segitu ramenya?" gumam Funi sambil melihat ke arah kerumunan siswa di samping lapangan.

"Fun! Loe ga ikut ke kantin?" tanya Daniel yang melihat Funi sendirian di balkon, langsung menghampiri Funi.

"Engga, Dan, males, jauh" jawab Funi sambil senyum tipis ke Daniel.

Daniel hanya menghela nafas mendengar jawaban Funi. Lalu dia sedikit mengacak poni Funi. "Tenang, Fun, loe bakal bahagia." kata Daniel sambil tersenyum kepada Funi.

"Makasih, Dan. Loe selalu baik sama gue, dan loe bahkan mau bantu Nara."

"Nenek Lampir itu, ya?" gumam Daniel sambil melihat ke lapangan upacara dan sedikit tersenyum. "Dah, gueke kantin dulu. Sandy sama Bobby uda nunggui gue."

Funi mengangguk dan Daniel meninggalkan Funi sendirian lagi. Lalu Yuga yang melintas, langsung menghampiri Funi yang lagi sendiri.

"Ngapain?" tanya Yuga berbisik secara tiba-tiba di telinga Funi. Tentu saja Funi kaget terperanjat. Kepanikan Funi hilang setelah tahu itu adalah perbuatan Yuga. Yuga hanya tertawa kecil dan berdiri disamping Funi menghadap Funi. Dekat sekali. "Ngapain sendirian disini? Engga ikut ke kantin?"

"E. Engga, engga mood ke kantin." jawab Funi memandang ke lapangan, untuk mengalihkan wajah merahnya. Sayangnya, Yuga menyadari ekspresi wajah Funi dan dia hanya tersenyum. "Itu ada info apa, sih, Kak? Rame banget."

"Oh, tadi kakak pasang lowker buat cafe kita, kamu kan bentar lagi harus fokus ujian, trus fokus buat masuk kuliah juga, jadi harus rekrut karyawan baru." jelas Yuga sambil memandang ke arah yang sama dengan Funi.

"Jadi aku ga dibutuhin lagi?" tanya Funi memandang Yuga dengan sedih.

"Kamu gak bakal kemana-mana, kalau kamu masih mau part time ya malah kakak seneng banget, cuma Kakak ada rencana mau renovasi cafe biar lebih luas, jadi ya butuh karyawan baru" jawab Yuga memandang Funi dengan tersenyum. "Lagian, mana ada yang bisa menggantikan Funi sebagai karyawan special kakak" lanjut Yuga tersenyum menggoda sambil menempelkan dahinya ke dahi Funi.

Love You, Just Like This is Enough (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang