Bonus Chapter: Zio & Gio

Mulai dari awal
                                    

Akhirnya, kami memutuskan untuk ngopi di café itu. Zio memesan segelas besar Milkshake vanilla, bitterballen, apple pie dan croquotte, "Laper, Yo? Kenapa enggak sekalian pesan main course aja?" tanya gue.

Zio membersihkan tangannya pakai Antis seperti biasa, "Enggak ah. Soalnya habis ini gue mau makan batagor kingsley."

"Loh, habis ini mau langsung makan lagi?" tanya gue, "Tadi ngeluh gendut sekarang malah makan mulu!"

"Yaaa, bayi yang gue kandung kan butuh makan, Flo." Zio mengelus-ngelus perutnya, "Lo lupa kalau gue sama Daryll lagi program anak ketiga?"

Gue membayangkan Daryll sekarang sedang bersin karena diomongin, "Oooooh, jadi diantara kalian, yang hamil itu lo?"

"Tergantung mood sih." Balasnya enteng. Zio menyeruput Milkshake-nya sedikit, lalu menyilangkan tangannya di atas meja. Wajahnya berubah serius, "Jadi kapan, Flo?"

Gue mencicip sesendok kopi susu. Manis banget, "Kapan apa?"

"Kapan mau nerima gue?"

"UHUK! UHUK!" Si anjir, bikin orang keselek aja, "Apa sih lu! Enggak lihat apa gue lagi minum?"

"Ya, terus kalau lagi minum enggak bisa jawab?" balasnya nyolot. Nadanya kaya kakak kelas cewek yang ingin melabrak adek kelas karena seragamnya terlalu ketat, "Buruan jawab. Lo mau nerima gue kapan? Apa perlu gue sandiwara marah sama lo lagi?"

Jantung gue deg-degan tapi malas banget kalau harus ketahuan salting di depan dia, "Emang lo udah nembak gue lagi? Belom kan?" Gue balas nyolot, "Nembak aja dulu baru nanya, Yo."

"Hehehehehehe. Iya juga." Cowok itu mesem-mesem, "Tapi kalau gue nembak bakal diterima enggak, Flo?"

Gue mengangkat bahu sok cool padahal hati ketar-ketir, "You never know until you try, Gevanny."

Berjarak beberapa meja dari tempat kami duduk, seorang cowok berjaket denim melihat ke arah kami. Sebenarnya dari awal gue udah notice dia. Habis wajahnya lumayan ganteng sih. Rambutnya agak gondrong berantakan tapi bukan tipikal gondron kaya Once gitu. Cowok ganteng itu duduk sendirian ditemani dengan secangkir kopi. Waktu pandangan kami bertemu, cowok itu tersenyum kecil.

 Waktu pandangan kami bertemu, cowok itu tersenyum kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa, Flo?" tanya Zio, "Lo lihatin apa sih?"

"Bukan apa-apa." Jawab gue cepat. Gue enggak mau Zio menoleh ke belakang dan menemukan gue sedang memperhatikan cowok lain saat sedang bersamanya. Yang ada penyakit drama dia kumat lagi.

Selama gue dan Zio ngobrol-ngobrol, beberapa kali gue menemukan cowok denim itu terus-terusan curi pandang ke arah kami. Kadang sembunyi-sembunyi, kadang terus terang. Kadang melempar senyum, kadang menatap datar.

"Ko, lo senyum-senyum mulu sih?" Zio kepo, "Kenapa? Seneng ya jalan sama gue lagi?"

Gue ketawa aja. Dasar ge-er.

The Name of The Game [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang