41: Faith

305 34 3
                                    

Pitik lagi dilema ngerjain tugas kulyah gara-gara suruh review jurnal tapi ada yang sama dan salahnya lagi sejak awal nggak didata dan udah ngerjain setengah jadi dan sudah H-1

Dan malah wattpad-an gini? Sip.

Ya, biarkan dulu.

#jangan_ditiru

.

.

.

"Kalian benar-benar akan pulang sekarang?" tanya Seongwoo ketika mengantar Jisoo, Hyungseob, serta Mingyu di ambang hutan sihir.

Hong Jisoo mengangguk sebagai jawabannya. Sesaat kemudian Hyungseob yang berdiri di sebelahnya membungkukkan badan kepada Seongwoo, juga vampir lain yang mengantar kepergian mereka.

"Terima kasih dan maaf karena merepotkan kalian," ujarnya lantang.

Seongwoo balas mengangguk, mengiyakan ucapan Hyungseob. Namun kedua maniknya menyiratkan seakan-akan ia ingin berada sedikit lebih lama lagi di area vampir.

"Dengan turunnya Tuan Junhui, kami berencana membuka hubungan baru dengan area penyihir. Salah satunya menghentikan perang dan perselisihan di antara kita," tutur Daniel sambil mengarahkan tatapan pada Hong Jisoo sebagai senior dari ketiga penyihir.

"Dengan senang hati," balas Jisoo kemudian memberi hormat dengan menundukkan kepalanya.

Mingyu melirik ke arah Hyungseob yang masih memasang ekspresi tidak rela. Ia menyikutnya sejenak agar tersadar. Hyungseob menoleh ke arah Mingyu dengan tatapan bingung.

"Ada apa?" tanya Mingyu.

Alih-alih menjawab, Hyungseob malah mengarahkan pandangannya pada kerumunan vampir, menyesali keabsenan seseorang. Mingyu mengikuti arah pandang Hyungseob dan lama-kelamaan mulai memahami maksudnya.

"Tidak, aku harus menjaga Seonho," tekan Hyungseob pada dirinya sendiri. Ia mengepalkan kedua tangannya, membuat gestur untuk meyakinkan dirinya.

"Kami pamit pulang," seru Jisoo untuk yang terakhir kalinya sebelum mereka benar-benar menyeberangi hutan sihir lagi, pulang ke area penyihir.

.

.

.

Seorang vampir yang absen saat mengantar kepergian tiga orang penyihir itu sedang duduk di depan meja makan, di rumah temannya.

"Kau tidak mengantarnya?" ganggu Samuel.

Woojin sedang menatap meja kayu di hadapannya dengan tatapan kosong. Tapi entah kosong atau menyesal dirinya sendiri juga tidak bisa mendefinisikannya. Perlahan ia menggelengkan kepalanya sendiri.

"Kenapa?" tanya Samuel lagi. 

Walaupun tubuhnya pernah diambil alih sihir Junhui dan itu membuatnya pernah menyerang Woojin, namun sebenarnya Samuel tidak benci Woojin. Woojin tetap vampir ajaib yang bisa bangkit dari kematian yang dikenalnya dan dianggapnya sebagai teman.

"Tidak tahu," balas Woojin lagi datar. Entah datar atau ia sedang berusaha untuk menutupi keraguannya sekarang.

Cklek! Pintu rumah itu terbuka dan memperlihatkan Daehwi baru pulang. Sesampainya di ruang makan, ia menunjuk-nunjuk Woojin dengan ekspresi tercengang.

"K-KAU!?" serunya, membuat Samuel dan Woojin menoleh bersamaan serta memasang wajah bingung.

"Kalian sejak tadi di sini?" tanya Daehwi dibalas anggukan oleh keduanya.

Daehwi berdecak pelan dan menghampiri mereka, mengambil tempat di samping Woojin. Ia menepuk pundak Woojin pelan.

"Temanmu itu mencarimu tadi," lapor Daehwi.

[√] bewitched | svt & pd101 s2Where stories live. Discover now