28: a Visit

307 44 5
                                    

Wonwoo menatap Lee Jihoon dan Soonyoung bergantian saat mereka bertiga benar-benar bergabung dengan pembicaraan anak kelas lain di rumah penjaga perpustakaan ini. Ia merasa agak canggung karena tidak ada yang dikenalnya.

Wonwoo memang pernah mendengar nama Park Jihoon, Bae Jinyoung, dan juga Lai Guanlin. Tapi tidak pernah sekalipun bicara dengan mereka. Selama sekolahnya ini ia sibuk dengan pelajaran dan teman sekelasnya saja.

Sekarang Soonyoung yang menjadi penghubung mereka. Dia social butterfly, kenal siapa saja.

“Kalian berdua saja di rumah?” tanya Soonyoung memulai pembicaraan.

Seonho yang duduk di tengah-tengah mereka mengangguk mengiyakan.

Park Jihoon dan Bae Jinyoung, ah tidak, semua yang ada di ruang tamu itu sedikit kebingungan.

“Bukankah Guanlin disuruh menjadi babysitter?” tanya Bae Jinyoung memberanikan dirinya daripada semuanya semakin membingungkan.

“Apa itu babysitter? Minghao-hyung hanya menyuruhku ke dunia manusia karena ia sedang menjalankan misi bebahaya,” jawab Seonho polos dan malah membuat semuanya tambah membingungkan.

Babysitter itu seseorang yang menjaga bayi atau anak-anak,” jelas Bae Jinyoung gemas.

Masa seorang remaja seperti ini tidak tahu arti babysitter?

Seonho sekali lagi hanya mengangguk paham tanpa ada keinginan menjelaskan soal Minghao-hyung barusan.

“Ngomong-ngomong, Minghao-hyung itu siapa?”
Itu Lee Jihoon yang akhirnya membuka mulutnya untuk bertanya.

Wonwoo dan Park Jihoon masih terlarut dalam pikiran mereka masing-masing. Wonwoo masih sibuk memikirkan apakah ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk mengenai keberadaan Mingyu. Park Jihoon masih memikirkan nasib Guanlin yang aneh. Aneh karena berarti selama beberapa hari ini ia berduaan saja dengan sosok kekanakan yang berada di satu ruangan yang sama dengan mereka.

“Ah, kalian sudah datang,” sambut Guanlin tiba-tiba muncul dari dapur.

Namun ia terhenti sejenak karena menemukan banyak orang di ruang tamu. Tidak hanya Park Jihoon saja.

Ada rivalnya, Bae Jinyoung juga serta beberapa murid dari kelas lain seperti Kwon Soonyoung. Ia tidak mengenal dua orang lainnya.

“Kenapa ada banyak sekali orang?” bingung Guanlin.

“Aku menemani Jihoon karena akan berbahaya bila ia pergi sendirian saja,” jelas Bae Jinyoung sambil mengubah posisi duduknya agar lebih santai.

Park Jihoon melirik Jinyoung sejenak kemudian air mukanya berubah bingung. Ia tidak bermaksud menarik Jinyoung ke mari. Jinyoung yang mengikutinya. Kalau soal Kwon Soonyoung…

“Kami bertiga secara terbuka mengumumkan bahwa kami ingin melakukan penyelidikan,” ujar Soonyoung lantang.

Guanlin sedikit bingung dengan apa yang terjadi di sini. Sepertinya ia baru berada di dapur 15 menit dan topiknya menjadi aneh.

“S-sebentar.” Itu Seonho yang menginterupsi.

Dalam sekejap, seluruh pandangan menuju ke arahnya.

“Bukankah tadi kalian bertanya soal Minghao-hyung?” ujarnya kemudian.

Soonyoung mengangguk antusias.

“Dia hyung-ku. Dia penyihir dan bekerja di kementerian sihir. Dia sangat keren ketika bertarung. Aku sering melihat—“

“PENYIHIR?” teriak semua orang di sana kecuali Guanlin yang sudah terbiasa dengan fiksi itu.

Seonho sendiri hanya membalasnya dengan anggukan santai.

Wonwoo tiba-tiba saja merasakan senang yang amat sangat karena mendengar kata penyihir.

“Bagaimana kau bisa berada di sini? Apa ada jalan ke dunia penyihir?” tanya Wonwoo kemudian.

Pertanyaan Wonwoo disambut dengan kebingungan oleh Park Jihoon, Bae Jinyoung, dan Lai Guanlin.
Sebenarnya apa tujuan tiga anak kelas lain itu ke mari?

“Jisoo-hyung bilang ia keluar masuk lewat balkon,” ujar Seonho sambil mengingat-ingat, “Tapi aku tidak boleh ke sana sebelum Jisoo-hyung menjemputku di sini.”

Soonyoung dan Lee Jihoon juga ikut antusias sebenarnya. Bahkan Soonyoung beranjak dari sofanya agar bisa mendengar Seonho lebih jelas.

“Sebenarnya kenapa kalian bertiga ke mari?” curiga Bae Jinyoung.

“Sudah kubilang: penyelidikan,” tegas Soonyoung.

“Nah, Seonho, apa kau tahu ke mana Minghao-hyung-mu pergi menyelesaikan misi?” tanya Lee Jihoon pelan seolah sedang bicara dengan anak kecil.

Seonho memajukan bibirnya, memasang wajah cemberut. Ia tampak sedih memikirkan misi hyung-nya itu.

“Seonho?” panggil Wonwoo berusaha menyadarkan Seonho dari lamunannya.

“Jangan katakan pada siapapun tapi!” seru Seonho sambil mengulurkan kelingkingnya ke arah Wonwoo.

Wonwoo sendiri menyambut uluran kelingking itu dan menautkan miliknya, “Janji!”

Park Jihoon, Bae Jinyoung, dan Lai Guanlin, mereka bertiga sudah menyingkir dari sana. Membiarkan Seonho dan anak-anak kelas lain itu bercengkrama.

“Jadi dia anak yang sudah membuatmu gila?” tanya Park Jihoon dengan nada khawatir.

Guanlin mengangguk pasrah.

“Apa hyung-nya benar-benar seorang penyihir?” interogasi Bae Jinyoung yang berdiri di sebelah Park Jihoon.

“Aku juga tidak percaya tapi bahkan dia pernah menerbangkan mp3ku dan menjatuhkannya ke lantai tanpa menyentuhnya,” ujar Guanlin tanpa beban seolah itu sudah menjadi hal biasa baginya.

Bae Jinyoung dan Park Jihoon di sebelahnya mendengarkan penuturan Guanlin dengan bingung.

“Kau benar-benar sudah gila sekarang,” ejek Park Jihoon.
Namun bukan semata-mata ejekan. Ia sendiri khawatir dengan isi pikiran Guanlin.

Bagaimana kalau ia benar-benar sudah gila?

“Baiklah, hyung. Ayo ke balkon! Aku akan membuka portal dan hyung semua masuk sendiri. Aku tidak ingin bertanggung jawab nanti,” seru Seonho setelah Wonwoo, dkk berhasil membujuknya.

Park Jihoon dan Bae Jinyoung sontak menoleh ke arah Guanlin untuk meminta penjelasan.

“Kalau kalian berdua tidak mempelajari kata-kataku tadi. Kalian bisa melihatnya sendiri sana!” suruh Guanlin.

Bae Jinyoung dan Park Jihoon saling berpandangan seakan bertanya satu sama lain tanpa mengeluarkan kata-kata. Beberapa detik kemudian mereka mengangguk dan berjalan mengampiri Seonho dan yang lainnya.

“Boleh kami ikut?” tanya Bae Jinyoung.

Wonwoo, Lee Jihoon, dan Soonyoung saling berpandangan satu sama lain. Mereka tidak ingin ada orang lain yang ikut campur masalah ini karena Wonwoo sendiri bilang ini sangat berbahaya.

“Jangan!” balas Soonyoung.

Seonho juga menyetujui kata-kata Soonyoung dengan mengangguk, “Aku tidak akan menjaga kalian semua di dunia penyihir nanti. Kata hyung-ku juga tidak boleh sembarang orang masuk ke sana.”

Guanlin yang masih bertengger di depan dapur hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu kembali dengan urusan memasaknya. Ia ingin memasak untuk dirinya sendiri, menyaksikan ini semua membuatnya lapar.

“Kita hanya akan melihat saja,” ujar Park Jihoon berusaha meyakinkan mereka.
Ia sendiri memiliki firasat bahwa kata-kata Guanlin soal Seonho sepertinya benar. Ia bukan remaja biasa.

“Baiklah. Ayo ke balkon!” seru Seonho kemudian berjalan ke sana.

Kelima tamu itu mengekorinya di belakang.

***

To be continued….

[√] bewitched | svt & pd101 s2Where stories live. Discover now