32.Di Lamar

1.8K 108 32
                                    

Akhirnya hari ini tiba, hari diamana sebelumnya pernah terjadi, hari di mana Dhilla akan di lamar, hari di mana Hanan menghilang, dan hari di mana semuanya berakhir.

Tapi hari ini, semanya baru saja akan di mulai. Dhilla akan di lamar oleh laki laki yang belum di kenalnya sama sekali, laki laki yang bahkan belum pernah di temuinya, dan namanya saja pun Dhilla belum tahu.

Ayah, Ibu, bahkan Arsy dan Adam sengaja menyempatkan hadir untuk menyaksikan pertunangan ini. Tercetak jelas senyum bahagia di wajah Ayah dan Ibu. Dan itu adalah kebahagian bagi Dhilla. Dhilla berusaha ikhlas menerima perjodohan ini, dan berusaha menerima laki laki pilihan Ayah.

Ting... tong...
Suara bel berbunyi. Ayah dan Adam bergegas menyambut tamu yang sedari tadi mereka tunggu.

"Asalamulaikum." Ujar Yoyo.

"Waalaikumusallam. Silahkan masuk Mas." Ujar Ayah ramah.

"Maaf sedikit terlambat, tadi sedikit macet di perjalanan." Ucap sang pemuda yang berpakaian rapih dan terlihat tampan.

"Ahh iyah tidak apa apa, mari silahkan." Ayah mempersilahkan ke tiganya untuk masuk.

Semua sudah berkumpul di ruang tamu. Tinggal menunggu Dhilla dan Arsy yang masih belum datang. Menit berikutnya Dhilla datang bersama Arsy. Dhilla mengenakan baju berwarna putih, Dhilla terlihat seperti biasa, nampak cantik.

"Ini calon mantu mamah? Walahh cantik sekali." Ujar Aida. "Papah pintar carikan calon mantu." Ujar Aida pada Yoyo.

Dhilla menyalami Aida dan Yoyo calon mertuanya. Dan ketika Dhilla di hadapan seorang pemuda Dhilla menundukan wajahnya dan mengangkat kdua tanganya memberi salam, begitu juga pemuda itu.

"Salam." Ucap pemuda itu dengan suara tenang.

"Salam." jawab Dhilla lembut.

Dhilla duduk di sebelah Ayah dan Ibu.

"Jadi kedatangan kami kemari. Ingin menanyakan jawaban atas lamaran yang minggu lalu." Ujar Yoyo.

"Iyah Mas. seperti yang Mas tahu, kami sudah menerima lamaran Mujammil untuk Dhilla." Ujar Ayah senang.

"Alhamdulillah." Tanpa sadar kata itu terucap dari bibir pemuda tampan itu, yang Dhilla tau bahwa namanya adalah Mujammil.

"Apa Dhilla sudah setuju? Saya tidak mau Dhilla merasa terpaksa atas perjodohan ini." Mujammil melirik ke arah Dhilla sebentar, gadis itu hanya tertunduk.

"Dhilla sudah setuju dan mau menerimanya." Ujar Ayah menjelaskan.
Mujammil tersenyum lega mendengar jawaban Ayah.

"Mamah ingin dengar langsung dari kamu sayang." Ujar Aida seraya mengusap lembut punggung tangan Dhilla.

Dhilla mengangkat wajahnya dan menatap Aida dan Yoyo bergantin seraya melempar senyum pada keduanya.

"Insyaallah atas ijin Allah Dhilla menerima lamaran Mas Mujammil." Ujar Dhilla.

Mendengar kata kata Dhilla, hati Mujammil bergetar. Dan akhirnya untuk pertama kalinya pandangan mereka bertemu. Mujammil bisa melihat dengan jelas wajah calon istrinya dan Dhilla juga bisa dengan jelas melihat calon imamnya. Keduanya saling melempar senyum, dan setelah itu keduanya memalingkan kembali pandangan mereka.

"Kalau begitu, sini sayang. Mamah pakaikan cincin ini." Aida mengeluarkan kotak berisi cincin dan kemudian menyematkan cincin itu di jari manis Dhilla.

"Kita langsung saja tentukan tanggal pernikahan." Ubar Yoyo semangat.

"Apa itu tidak terlalu cepat Pah?" Tanya Aida.

Love Hanan (Complete)Where stories live. Discover now