34 : END

2.1K 417 94
                                    

Jarak bukan pemisah, bukan juga penghalang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarak bukan pemisah, bukan juga penghalang. Seperti mimpi yang merangkak memeluk matahari, tidakkah ia sadar bahwa tampakkan matahari itu panas. Biarlah, kalau memang kelima jarinya harus terbelah, asal bisa memeluk matahari, maka akan ia belah lagi menjadi lima puluh.

"WOI JIMIN!!!"

Jimin tersentak, menghela napas lalu mengerjap liar. Seok Jin terkekeh dengan tangan bersidekap. "Badan lo masih panas? Udah baikan?"

"Lumayan. Udah nggak pusing banget, sih."

Seok Jin angguk-angguk, "Iyalah, semaleman tidur udah kayak orang mati. Kuy, keluar. Mau gue kenalin ponakan gue, nih. Bisa bangun, kan?"

Jimin mengangguk, "Siapa?"

Seok Jin cuma terkekeh. Ia lantas memapah Jimin ke ruang tengah, namun entah mengapa Jimin merasa enggan. Memilih untuk menunggu di antara sekat yang membatasi ruang tamu dan ruang makan. Di ruang tamu (ruang tengah) sendiri sudah ada seorang gadis dengan koper dan gawai di tangannya.

Mendadak, jantung Jimin mencelos. Keadaan jadi rikuh, ditambah gemuruh di sekujur tubuhnya. Nggak mungkin, Jimin membantin─menggeleng-gelengkan kepala.

"Ini bukan lagi sidang skripsi, kan? Kok, lo ngeliatin gue gitu banget?"

Kedua mata Jimin membulat; gila, nggak mungkin. Kejadiannya kenapa sama persis dengan kejadiaan waktu itu.

"Dek Tata? Kamu ngapain? Bukannya udah berangkat sekolah?"

"Lho?! Lo tau nama gue, Om?!



selesai


Om Jimin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang