•Part Thirty Three•

709 29 0
                                    

Gua ga tau ini lagunya pas atau ngga tapi gua dengerin lagu ini sambil nulis part ini hehe. Dengerin aja, enak kok lagunya👌

💥

"Kamu beneran udah lebih baik, Darrel?"

Darrel pun mengangguk, "iya tan, udah lebih baik. Makasih ya udah ngerawat Darrel. Maafin juga karena udah ngerepotin."

"Ih ngga apa-apa Darrel, kamu udah di anggap jadi bagian keluarga ini kok. Kapan aja kamu boleh dateng kesini, tante malah seneng kalo rumah ini ada tamu,"

"Apalagi anak muda ganteng tamunya," celetuk Daniel. Natasya pun segera mencubit pinggang Daniel, yang dicubit segera meringis kesakitan dan melepas rangkulannya di pinggang istrinya.

Darrel, Beatriz dan Bryan yang melihat itu pun tertawa kecil melihat kelakuan pasutri itu yang walaupun sudah berkepala 3 tetap saja kelakuan mereka seperti anak muda yang dimabuk cinta.

Darrel pun salim ke Daniel dan Natasya, tak lupa berterima kasih kepada Beatriz juga Bryan, lalu ia pun pergi.

Saat Darrel berterima kasih sambil menjabat tangannya, ia merasa ingin memeluk Darrel untuk terakhir kalinya dan menangis dalam dekapannya. Saat melihat mobil Darrel meninggalkan pelataran, segera Beatriz masuk ke dalam rumah sambil berusaha untuk tidak menurunkan air matanya.

Daniel, Natasya juga Bryan yang melihatnya langsung berpikir ada apa dengan Beatriz. Pasti ada sesuatu antara dirinya dengan Darrel. Bryan pun baru mau berjalan menyusul Beatriz tapi dicegat oleh Daniel dengan memberikan sorot mata 'biarkan Beatriz sendiri dulu untuk sekarang', Bryan pun mengurungkan niatnya untuk menyusul Beatriz.

Dikamar, Beatriz menenggelamkan wajahnya di dalam bantal putihnya. Air mata tak bisa untuk tidak berhenti berlinang di kedua kelopak matanya. Hidungnya sudah memerah, tisu yang entah sudah berapa pak yang ia pakai tapi kamar itu sudah penuh dengan tisu.

Ia merasa menyesal sudah bicara seperti waktu itu kepada Darrel. Ia menjadi orang kejam, ia tak memikirkan perasaan orang. Orang yang ia cintai, terluka, karenanya. Bukan hanya Beatriz yang terluka, tapi Darrel juga. Mereka saling menyakiti diri sendiri.

Beatriz pun membuka ponselnya, melihat foto-foto dulu bersama Darrel.

Foto kebahagiaan antara dirinya dengan Darrel. Ia mengingat setiap tempat dimana ia mengambil gambar bersama Darrel berdua.

Ia juga mengingat kata-kata Darrel yang romantis juga tak pernah mengingkarinya. Sentuhannya Darrel saat ia mengusap-usap rambutnya. Tubuh Darrel yang kekar dan hug able, membuat Beatriz kangen dengan dekapannya Darrel.

Jemarinya yang selalu digenggam dan dicium oleh Darrel, semua perlakuan manisnya tiba-tiba saja melintas di pikirannya.

"Darrel, maafin gue" lirih Beatriz.

💥

Esokan harinya, Beatriz dan Bryan pun berangkat ke sekolah bersama. Biasanya Bryan berangkat bersama Lissa, tapi karena Lissa sedang ada acara bersama keluarganya jadi kini Bryan berangkat bersama Beatriz.

Mereka berangkat menggunakan mobil milik Bryan. Beberapa kali Bryan melirik wajah Beatriz yang terlihat sedih, entah karena apa, tebakannya adalah karena Darrel. Ya Tuhan kali ini apa lagi?

"Be" panggil Bryan lembut. Beatriz pun menengok

"Lo kenapa? Dari tadi gue liatin muka lo murung terus, cerita dong ke gue."

Beatriz hanya menggeleng pelan dengan fake smilenya yang ia tunjukkan di depan wajah Bryan. Tentu Bryan tahu kalau Beatriz membuat-buat senyuman itu

Finesse (1) {Completed}Where stories live. Discover now