MINIATUR INDONESIA

637 25 5
                                    

Nyaris sebulan penuh melanglang tanah Lombok,sebelum akhirnya sampai kembali di kota kelahiran tiga hari yang lalu.Aku mengerti kenapa banyak orang mengatakan "Bagaimanapun indahnya tanah rantau,kampung halaman tetaplah selalu di rindu".Aku mengalaminya secara langsung dan ajaib.Sebenarnya,Aku menjadwalkan pulang di akhir tahun,tapi untuk beberapa alasan yang menjadi rahasiaku sendiri,Aku memutuskan untuk segera pulang.Salah satunya,Aku rindu dengan kampung halamanku.

Tapi tentu itu adalah pendapat yang bersifat relatif.Karena dalam beberapa alasan,Lombok juga punya daya pikat yang bisa menahan langkah siapa saja untuk beranjak.Dan tentu suatu kepuasan bagiku sendiri,cita-cita tentang puncak rinjani telah terpenuhi.

***

Di sana Aku bertemu banyak pendaki dari pelbagai daerah.Boleh dibilang,rombongan kami adalah miniatur Indonesia.Aku mewakili Sulawesi,Danang dan Susi mewakili Sumatra,Jamil mewakili kalimantan,Tofan mewakili Papua,All mewakili pulau Bali dan Bung Jay serta kerabat mewakili tanah jawa.

Itu pendakian teramai yang pernah Aku jajaki.Dan tentu menjadi pengalaman baru yang sangat menarik sekaligus menantang.Pertemuan berbagai suku,budaya dan bahasa.

Memang,tidak semua berjalan lancar dan aman-aman saja,tapi itu tidak akan Aku ceritakan detail di sini.Tapi hal yang paling penting dan bisa menjadi pelajaran bagiku dan semoga bagi kawan-kawan lainnya adalah bagaimana perbedaan itu melebur menjadi padu.

Senang rasanya bertemu dengan mereka semua,melakukan pendakian bersama.Kami bisa saling menertawakan satu sama lain,bertukar wawasan,membangun keakraban,dan tentu menjalin persaudaraan.

Meski semua tetap teguh pada khasnya masing-masing,tapi tak ada yang merasa lebih tinggi dan boleh merendahkan satu dan yang lain.Kami sadar,di mata semesta kami adalah sama.Kami adalah Indonesia yang kaya akan perbedaaan.Namun kami juga menunjukkan esensi bhineka tunggal ika yang selalu di eluh-eluhkan.Di Rinjani,kami semua membaur layaknya keluarga.

Dan kadang kelihatan konyol dan membikin tertawa,perbedaan juga terkadang menghadirkan kelucuan tersendiri.Misalnya kami mengalami miss komunikasi lantaran bahasa yang beragam.Mendebatkan satu kata saja akan sangat panjang dan membikin perut kembung karena tertawa.

Sama sekali tidak ada sentimentil di antara kami,kalapun ada recok yang terjadi.Itu bukan persoalan perbedaan,paling sering hanya persoalan mekanisme pendakian itu sendiri.

Aku sendiri menjadi heran,ke apa sampai saat ini,kebanyakan masyarakat belum bisa memahami subtansial dari perbedaan.Bahwa perbedaan yang menyatu itu lebih indah dari penyatuan yang persis sama.

Perjalanan kali itu memang sangat memberi banyak pelajaran bermakna.Dan asal kamu tau,acara perpisahan kami sungguh mengharukan.Baru kali itu Aku merasa sedih bercampur senang dengan berlebihan,bertemu dengan mereka lalu berpisah adalah momentum yang tidak akan terlupakan.

Tapi perpisahan bukanlah akhir,mereka Aku undang untuk bertandang ke Sulawesi,menawari mereka menjajal Latimojong tahun depan.Dan mereka senang mengamini dan berjanji akan datang.

Aku benar-benar merindukan hari itu.Reuni miniatur Indonesia.Bhineka Tunggal Ika.

***

"Terima kasih semuanya,Aku merindukan kalian.Kita tidak harus berkoar-koar berbicara tentang nasionalisme.Sekiranya kita hadir sebagai perbedaan yang mengerti bahwa alam melihat kita semua adalah sama.Kita saling menghormati dengan sukarela,berjuang bersama tanpa kepentingan khusus,dan bercengkeramah dengan damai penuh sentosa.Sekali lagi terima kasih,petualangan selain menyenangkan,juga memberi pengalaman baru,kawan baru,dan pengetahuan baru.MERDEKA".

DISKUSI ANAK MUDAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt