NYANYIAN GUNUNG

1.8K 80 1
                                    

Langit biru cerah, nyaris tak ada awan. Seluas mata memandang, sebegitu bebas jiwa terbang.

Begitulah. Aku selalu merasa damai ketika menemukan kaki memijak puncak gunung.

Aku memang sangat suka dengan gunung, padanya Aku mengerti, bahwa ada yang tidak di ajarkan kota padaku.

Di gunung, Aku belajar berdiri di tempat yang tinggi tanpa harus menyombongkan diri. Sebab dari ketinggian, Aku melihat bumi adalah luas, sementara Aku hanya secercah gumpalan daging di tengah alam buas.

Alam mengajarkan diri untuk tetap mawas; merendah di ketinggian agar tidak menjadi manusia jumawa.

Sebagai manusia, terkadang Aku terlalu sombong dan merasa paling sempurna. Aku lupa, tidak ada yang sempurna di muka bumi, semua makhluk adalah sama di mata semesta.

***

Aku pernah mengutuk kehidupan ini, karena kekecewaan. Aku kecewa karena semua rencana ku menjadi gagal --- hancur lebur dan membuatku terpuruk. Seolah-olah hidup ini hanya penuh dengan harapan palsu, usaha tidak berbanding lurus dengan hasil yang Aku dapatkan.

Kemudian, sampai akhirnya Aku benar-benar menjadi semakin hancur dan seolah jadi debu. Aku lari dari kenyataan, menenggelamkan diri ke dalam dunia hitam, terlibat jauh dalam lubang jurang kehidupan kota.

Saat itu Aku benar-benar buta.Seperti kebanyakan manusia kecewa lainnya.Aku berpikir bahwa cara menghukum kehidupan adalah dengan menjerumuskan diri.Padahal sejatinya,Aku tidak sedang menghukum kehidupan,justru kehidupan yang tengah menghukumku.

Menjadi pecandu alkohol,membuat kegaduhan,terlibat transaksi perdangangan manusia.Hanya membunuh sesama yang tidak pernah Aku lakukan.Itu semua bentuk wujud dari rasa frustasi,meski dalam nurani,sebenarnya Aku tidak menginginkan semuanya.Tapi itu caraku untuk menentang kehidupan.

Tiga kalender Aku bergelut di sana.Sebelum akhirnya,Aku merasa bosan dan tak menuai kemenangan atas kehidupan.Lagi-lagi,Aku kalah telak.

Setelahnya,Aku mengasingkan diri ke sebuah desa terpencil.Dari sanalah Aku belajar tentang banyak hal.Itu perjalanan renungan,mencari ketentraman jiwa.Mungkin semua manusia butuh renungan dalam situasi yang penuh dengan kekacauan.

Di sana,Aku melihat arti kehidupan sesungguhnya.Aku melihat malaikat-malaikat tua yang berbahagia.Padahal,seharusnya mereka lebih kecewa.Ternyata apa yang Aku alami masih jauh lebih beruntung dari nasib para penduduk desa.Kalau Aku kecewa karena tidak bisa hidup mewah,mereka justru bahagia di bawah garis kesederhanaan.

Mereka tidak mengeluh.Mereka bertani dari pagi hingga petang,namum untuk membeli sehelai pakaian saja,mereka mesti berpikir keras,hasil dari kebun sawah di tabung untuk biaya bulanan anaknya yang sedang menempuh pendidikan di kota dengan harapan anaknya bisa menjadi manusia berguna kelak.

Sejak saat itu,Aku kembali membuka jendela hati.Memandang lebih luas,bahwa keberuntungan itu tidak lahir dari rencana yang Aku susun.Tapi keberuntungan membuntuti hati yang lapang dan penuh keikhlasan.Aku mengulurkan jabat perdamaian pada kehidupan,dan saat ini kami bersahabat.

Tidak ada lagi rencana sistematis yang perlu Aku susun.Bukan menghindari kekecewaan,Aku memahami bahwa semesta lebih berencana dari manusia.

Dulu,Aku takut oleh masa depan.Namun sekarang,Aku tidak lagi merasa cemas.Masa depan tidak pernah ada,semua terjadi di saat kemarin dan saat ini.Aku tidak lagi takut akan nasib miskin,asalkan Aku bisa merasakan kemewahan hidup.Belajar menjadi manusia yang tetap selalu merendah.Membuka mata untuk melihat banyak sisi.

Untuk semua yang pernah terlewati.Tidak ada yang mesti di sesali.Kalau saja Aku tidak pernah terpuruk,tentu Aku tidak akan tersesat.Jika Aku tidak pernah tersesat,barangkali Aku tidak akan menuai cerah.Itulah rencana semesta atas diri ini.

Tentang kutukan itu --- percuma.Kehidupan tidak pernah rumit,keinginan manusialah yang rumit.Aku terlalu serakah,terlalu sombong,dan angkuh.Padahal,rupanya Aku bisa bahagia dengan jalan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

***

Bersama nyanyian angin,Aku semakin bebas dan lebih menjadi ikhlas.

Sekarang,bahagia sangat sederhana.Bukan tentang harta dan tahta.Bahagia tentang cara memandang kehidupan.

Terima kasih untuk Kakek dan emmak.Malaikat tua yang sangat mengilhami.

DISKUSI ANAK MUDAWhere stories live. Discover now