20

4.6K 611 40
                                    

Seketika Bryan terdorong begitu kuat ke dinding belakang sekolahnya itu, Aldi terlihat marah dengan Bryan yang masih memasang ekspresi dinginnya. Aldi mencengkram kuat kerah baju Bryan.

"Candaan lo nggak lucu!" ucap Aldi dengan emosi.

Bryan mencoba melepaskan cengkraman tangan Aldi, tetapi Aldi semakin menguatkannya. Aldi terlihat sangat marah kepada Bryan, sahabatnya."Lo tahu kalau Iqbaal udah lama ngejar (Namakamu), Bryan. Lo tahu itu, 'kan?!"

Bryan tersenyum sedih mendengar ucapan Aldi yang begitu ingin dirinya untuk menghilangkan perasaan ini. " Terus, kalau dia udah lama suka, udah lama cinta, gue harus hapusin aja perasaan ini? Gitu? . Di, lo kira perasaan gue hanya tulisan yang bisa dihapus? Gue juga punya hak kalik," balas Bryan dengan tatapan seriusnya kepada Aldi.

Aldi melepaskan cengkraman itu dengan kasar, itulah sebabnya Aldi membawa Bryan untuk pergi dari kantin saat melihat kedua mata Bryan tidak pernah lepas dari (Namakamu). Bryan merapikan bajunya yang kusut itu sembari menatap Aldi dengan fokus.

Aldi menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia kembali menatap Bryan. " Lo tahu kan gimana terpukulnya Iqbaal waktu (Namakamu) suruh dia menjauh? Plis, Yan .. kali ini lo harus mengalah. Lo mau persahabatan kita hancur karna perasaan kalian? Iya?" Aldi berusaha membujuk Bryan agar dapat menurunkan egonya.

Bryan mengernyitkan dahinya tidak mengerti, ia benar-benar tidak mengerti dengan sahabatnya yang satu ini. "Di, gue juga sahabat lo juga, 'kan? Lo harusnya mendukung gue juga, kenapa Iqbaal terus yang lo dukung? Karna dia pemilik sekolah ini, jadi lo wajib dukung dia? Gitu? Lo takut dikeluarin Iqbaal, karna nggak mau berpihak dengan dia? Woi! Gue juga kaya, gue juga mendonasikan saham di dalam sekolah ini, kenapa lo harus takut? Gue akan bela lo."

"BRYAN!" teriak Aldi dengan amarahnya yang memuncak.

Bryan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, ia menatap Aldi dengan dinginnya. " Kali ini, gue bakal pertaruhin persahabatan kita. Ini masalah hati, Di bukan masalah barang, tapi hati. Lo nggak akan pernah ngerti tentang posisi gue di sini, karna hati bukan barang yang mudah hilang begitu saja."

Kemudian Bryan meninggalkan Aldi yang terkejut dengan ucapan Bryan, ia melihat sahabatnya yang amat dekta dengan dirinya kini mempertaruhkan tali persahabatan mereka dengan perasaan yang dipendamnya. Aldi memberantaki rambutnya dengan kasar.

"Kenapa dengan cewek yang sama?"

**

Iqbaal terlihat tengah duduk di dalam kelas dengan tatapannya mengarahkeluar jendela yang tepat di sampingnya, ia tersenyum saat kembali mereka ulang peristiwa di kantin. (Namakamu) begitu cantik ketika tertawa, menyuapinya dengan penuh perhatian, dan tersenyum saat dirinya tersenyum.

Senyum itu tak pernah lepas dari bibirnya.

BRAK!

Mendengar suara tendangan pintu kelasnya yang kuat itu membuat Iqbaal mengalihkan tatapannya ke arah pintu kelasnya, suasana kelas menjadi senyap saat pintu itu tertendang kuat. Iqbaal mengernyitkan dahinya saat melihat siapa yang menendang pintu kelas itu dengan kuat, Bryan.

Bryan terlihat menatap Iqbaal dengan dinginnya. Ia berjalan menuju meja Iqbaal yang berada di urut nomor dua dari belakang. Iqbaal melihat kedatangan Bryan menuju mejanya.

BRAK!

Bryan menendang kuat meja kosong yang ada di sebelah Iqbaal, Iqbaal hanya menatapnya dengan tenang, ia bahkan masih duduk dengan rapinya di bangkunya. "Apa masalah lo?" tanya Iqbaal dengan suara beratnya dengan ketenangan.

Bryan menumpukan kedua tangannya di atas meja kosong itu, ia tersenyum sinis kepada Iqbaal. Iqbaal melihat itu dengan serius.

"Nggak ... gue nggak punya masalah sama lo. Baal, kita kan sahabat, kenapa harus punya masalah, iya, 'kan?" ucap Bryan dengan nada tenangnya.

Iqbaal masih menatap Bryan dengan kernyitan halus di dahinya, ia merasakan ini bukan Bryan yang ia kenal lagi.

Bryan menatap Iqbaal dengan rasa amarah di dalam kedua matanya, ia bahkan mengeraskan rahangnya. "Satu hal yang gue sesali dalam persahabatan ini adalah ... kenapa gue harus mengalah untuk perasaan yang udah lama gue pendam untuk (Namakamu)?" ucap Bryan dengan penuh penekanan.

Iqbaal terkejut, ia benar-benar terkejut mendengar ucapan Bryan secara tiba-tiba itu. "Apa?" tanya Iqbaal dengan lirih.

Bryan menatap Iqbaal dengan penuh amarah, ia memninju meja yang ada di dekatnya ini.

Kelas riuh, Iqbaal berdiri dari duduknya. "Gue suka sama dia, (Namakamu) Agata!" jelas Bryan dengan amarahnya.

Dan kini, Iqbaal tahu bahwa perjuangannya dalam mencapai cintanya belum terhenti sampai di sini. Alrka lain kini tumbuh kembali.

**

01 Juni 2018, 07:00 W I B.

(Namakamu) memasuki kamarnya dengan celemek yang masih terikat rapi di badannya yang mungil itu. Ia menghela napas saat melihat suaminya yang masih tertidur nyenyak dengan pelukan gulingnya.

(Namakamu) naik ke atas tempat tidurnya, jam kantornya sebenarnya jam delapan, tapi ia takut Iqbaal terkena macet di jalan menuju kantornya. Dengan lembut, ia mengusap rambut suaminya yang lebat itu. "Sayang ... bangun, Yuk. Udah jam tujuh, Sayang. Bangun, yuk," bisik (Namakamu) dengan lembut.

Iqbaal hanya mengerang pelan kemudian kembali tidur bahkan tak lupa ia membawa salah satu tangan istrinya ke pipinya. (Namakamu) mengusap pipi Iqbaal dengan lembut, Iqbaal semakin terlelap.

"Sayang ... Ayo, bangun. Nanti macetnya lama, kamu malas kerja. Sayangku ... " (Namakamu) menepuk lembut pipi Iqbaal.

Iqbaal membuka matanya dengan perlahan-lahan, ia mengerjapkannya beberapa kali, lalu menarik (Namakamu) untuk ia cium. (Namakamu) menurutinya, ia bahkan membalas ciuman Iqbaal.

"Good morning, My Wife," bisik Iqbaal dengan suara khas bangun tidurnya. (Namakamu) tersenyum lembut, ia mengusap rambut suaminya kembali. " Selamat pagi kembali ... mau makan dulu atau mandi?"

Iqbaal menatap (Namakamu) yang tidak pernah membuatnya bosan. "Mau kamu dulu," ucap Iqbaal dengan suaranya yang kini serak.

(Namakamu) menggelengkan kepalanya, "kamu harus kerja ... eh ... Baal, kamu nanti telat. Udah deh ---"

Iqbaal terlebih dahulu menarik (Namakamu) untuk tidur di bawahnya, (Namakamu) memekik kecil. Ia bahkan memukul dada bidang Iqbaal karna terkejut, Iqbaal tersenyum manis di atas (Namakamu).

"Kakak kelas bawel, yang selalu marah-marah kalau ketemu sama Iqbaal, yang nggak pernah senyum kalau ada Iqbaal. Tapi, selalu bikin jatuh hati dengan setiap apa yang dia lakukan. Kamu pakai mantra apa sih, Yang?" ucap Iqbaal dengan kecupan-kecupan kecil di sekitar wajah istrinya.

(Namakamu) memutar kedua bola matanya dengan malas, ia mencoba mendorong Iqbaal tetapi Iqbaal tetap menahannya. "Ih ... kamu mau kerja, nanti telat loh, Baal."(Namakamu) merengek.

Iqbaal masih memandang istrinya yang kini di bawahnya, ia mencintai istrinya dengan segenap hatinya. "Iqbaal mau punya replika kamu, biar bisa dicium. Boleh, ya?" bisik Iqbaal tepat di hadapan istrinya.

(Namakamu) merona, ia merona mendengar perkataan Iqbaal. "Kalau aku udah melahirkan nanti, aku jadi gendut, jelek. Kamu pasti nggak suka—"

"Ssstt ... katanya, kalau mau buat anak harus diikuti perkataan suaminya biar anaknya cantik kayak ibunya," bisik Iqbaal tepat di telinga (Namakamu).

(Namakamu) tertawa kecil karna geli. Iqbaal mulai mengecup bibir (Namakamu) pelan-pelan, lalu kedua mata (Namakamu), pipi, dahi, dan kembali lagi ke bibirnya.

(Namakamu) menutup kedua matanya saat Iqbaal menciuminya dengan lembut.

"Apapun yang terjadi, aku akan tetap mencintai kamu. Kamu adalah penyemangat hidupku, napasku, dan kebahagiaanku. Hmm?" bisik Iqbaal dengan deru napasnya yang mulai berpacu.

(Namakamu) mengangguk pelan kepalanya, Iqbaal kembali menyentuhnya hingga titik terdalam sekalipun.

" I love you, Sunshine." Iqbaal disetiap apa yang dilakukannya kepada (Namakamu).

**

Bersambung

P.S : HOT! YUHUU.. Hayuk! Komentar 27 minimal, vote 80 minimal. Stay tune!

Me and My Broken HeartHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin