12

3.6K 530 32
                                    

(Namakamu) melihat jam di pergelangan tangannya, jam istirahat akan berakhir dan dirinya sama sekali belum memasukkan makanan ke dalam perutnya bahkan dari pagi tadi. Ia harus segera mengantarkan tugasnya yang telat untuk mengumpul.

Sedikit berlari menuju ruangan guru yang dikatakan jauh dari lapangan sekolahnya yang luas ini, ia tidak memperhatikan sekitarnya lagi walaupun sedikit aneh, karena sepi dan sunyi. Biasanya, lapangan akan diramaikan oleh siswa-siswi yang bermain basket, sepak bola, bola voli, dan macam-macam olahraga lainnya.

(Namakamu) kembali melihat jam di pergelangan tangan, ia semakin panik. (Namakamu) berlari sebisa kekuatannya, namun tanpa ia sadari ada sebuah tali yang tidak ia ketahui telah menjeratnya.

BRUGH!

(Namakamu) terjatuh dengan sangat keras ke bawah lapangan beralas semen kasar itu. Tugasnya terlempar jauh, lututnya berdarah, telapak tangannya tergores keras hingga terlihat darah, dan seragamnya yang berdebu.

Ia mendengar suara tawa di sekelilingnya, tawa kebahagiaan karena melihatnya berhasil dijerat oleh mereka semua. Semua tertawa bahagia melihat penderitaan (Namakamu). (Namakamu) meringis sakit saat ia mulai bangun dari jatuhnya, ia tidak boleh lemah, ia harus kuat.

(Namakamu) dengan tertatih untuk berdiri, tetapi ada beberapa siswa laki-laki menarik seragam (Namakamu) agar (Namakamu) tidak dapat berdiri.

Dan berhasil! (Namakamu) terjatuh dengan telapak tangannya yang robek karena semen kasar itu. Kembali, ia mendengar tawa itu di sekelilingnya.

"Ini Sekretaris Osis kita?"

"Yah... kasihan.. jatuh.."

"Bantuin gih, entar lo dihukum sama dia."

"Males banget gue bantuin cewek perusak hubungan orang."

"Hahahaha...."

"Pasti sakit banget ya, Kak?"

"Mana PMR.. mana.."

"PMR aja males nolong dia."

"Itu makanya jangan cari masalah. Songong, sih!"

(Namakamu) hanya dapat menahan rasa sakitnya, lututnya sudah perih, tangannya juga sudah meneteskan darah – terlihat semen itu berdarah. (Namakamu) tidak menangis, ia menahannya. Tugasnya ada di ujung sana, ia harus mengambilnya untuk dikumpulkan. Dengan menyeretkan tubuh mungilnya, ia bisa dapat mengambil tugasnya itu.

"SAKITTTT!" teriak (Namakamu) saat kedua tangannya diinjak-injak dengan kuat. (Namakamu) menjerit sakit karena lukanya semakin pedih. "TOLONG! JANGAN INJAK! SAKIT!" teriak (Namakamu) yang tidak tahan lagi.

"Hahahahaa.."

"Injak aja terus."

"Mampus!"

(Namakamu) menggelengkan kepalanya dengan cepat saat melihat kakinya akan diinjak. "JA-JANGAN...SAKITTT! TOLONG JANGA—SAKITTTT!" Kini (Namakamu) sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya.

Ia menangis saat dirinya kembali di-bully, (Namakamu) menangis dengan kesakitan yang ia rasakan. Ini terlalu sakit untuk ia tanggung.

"TOLONG! GUE MINTA TOLONG! JANGAN SAKITI---SAAAAKIIIIITTTT! AAAAA...UDAHHHH! INI SAKITTTT!" teriak (Namakamu) kuat.

Semuanya tertawa. Mereka tertawa dengan keras, mereka bahagia melihat airmata (Namakamu) berjatuhan begitu saja.

"Awas...awas.. kita akan memulai pertunjukkan lainnya."

Orang yang menginjak (Namakamu) pun menyingkir menjauhi (Namakamu), (Namakamu) menangis kesakitan, perih dikedua kakinya semakin menjadi-jadi. Kedua tangannya kebas, darah semakin mengalir dari dalam tubuhnya.

BLASH!

TAK!

Telur-telur mentah, air yang banyak, dan tepung kini telah menyelimuti (Namakamu). Mereka melemparkannya ke arah (Namakamu). (Namakamu) melindungi dirinya dengan kedua tangannya yang mungil dan berdarah itu. Rambutnya ada yang menarik, lempar-lemparan itu tiada hentinya.

"Mampus!"

"SOK BANGET!"

"RASAIN!"

(Namakamu) menutup matanya, semua rasa sakit semakin ia rasakan. "Berhenti.. gue mohon berhenti," lirih (Namakamu) dengan isakkan tangisnya.

Dan itu semakin menjadi-jadi, batu-batu kerikil pun kini dilempar ke arah (Namakamu). (Namakamu) menangis, ia sangat sakit. Di mana Alrka? Ke mana dia?

"Al-alrka," ucap (Namakamu) dengan tangisannya.

**

"Al-alrka," ucap (Namakamu) dengan tangisannya.

(Namakamu) mendengar teriakan kuat seseorang yang kesakitan, itu bukan satu orang, dua.. tiga ... bahkan mereka berhenti melemparkan sesuatu kepadanya. (Namakamu) membuka matanya, apakah doanya terkabul? Apakah Alrka datang untuk menyelamatkannya?

(Namakamu) menurunkan lengannya dengan pelan, ia ingin menangis menyambut kedatangan Alrka yang menyelamatkannya.

"BRENGSEK KALIAN SEMUA!" teriakan itu benar-benar marah. Tendangan brutal itu, tinjuan keras itu, dan teriakan ampun kini mendera ditelingan (Namakamu).

(Namakamu) menyipitkan matanya, sekumpulan ramai itu membuka jalan untuk seseorang, kata ampun semakin mendekat keras. "Am-ampun... ."

'Iqbaal?'

(Namakamu) melihat Iqbaal, laki-laki itu datang dengan tarikan kasar kepada seorang laki-laki yang telah hancur akibat Iqbaal. Dengan amarahnya, ia melemparkan laki-laki itu ke hadapan (Namakamu), (Namakamu) memundurkan sedikit badannya. Ia terkejut.

"SIAPA SURUH LO BUAT SEPERTI INI?! HA?!" bentak Iqbaal dengan injakkannya ke kedua kaki laki-laki itu.

"AAAAA.. SAAKKKITT!" teriak laki-laki itu kesakitan. Iqbaal melepaskan injakkan kaki itu, lalu ia menarik kerah baju seragam laki-laki itu dengan kuat, laki-laki itu terkejut. Dengan tanpa ia tahan lagi, Iqbaal meninju kuat rahang laki-laki itu hingga terjatuh dengan tidak sadarkan diri.

Semua mundur, mereka terkejut, takut, dan panik. Napas Iqbaal memburu, ia sangat marah.Iqbaal menendang kuat laki-laki yang tidak sadarkan diri itu. Rahangnya mengeras, kepalan tangannya semakin kuat terlihat urat-uratnya semakin jelas.

(Namakamu) meneteskan airmatanya, ia terisak dengan semua yang terjadi. Ia tidak sangka, Iqbaal datang.

Iqbaal membalikkan badannya ke arah (Namakamu), ia melihat (Namakamu) menangis dan begitu berantakan. Iqbaal mensejajarkan dirinya ke hadapan (Namakamu), (Namakamu) menangis dengan sangat sedihnya.

"Iqbaal di sini, Kak. Maaf, Iqbaal telat," bisik Iqbaal tepat di hadapan (Namakamu). Iqbaal mengusap airmata itu dengan lembut, (Namakamu) menatap pandangan itu kembali, pandangan yang sangat sulit diartikan.

"Iq-qbaal..l-lo datang?" isak (Namakamu) tak tertahankan. Iqbaal menganggukkan kepalanya dengan pelan, ia tersenyum sedih melihat keadaan (Namakamu). Iqbaal mendekatkan tubuh tegapnya dengan (Namakamu), ia mulai membawa (Namakamu) ke dalam gendongan bridal style-nya.

Semua yang ada di sekitar sana semakin memundurkan barisan mereka, mereka terkejut dengan semua itu.

Iqbaal mengeratkan gendongannya saat (Namakamu) bersembunyi di dada bidangnya.

'Aku pergi ketika kamu menyuruhku pergi, tapi aku akan datang kembali ketika kamu tengah merindukan kehadiranku kembali.'

**

Alrka menyembunyikan dirinya di balik tiang penyangga gedung sekolahnya ini, ia menatap (Namakamu) yang di dalam gendongan Iqbaal. Alrka menghembuskan napasnya dengan kasar, ia benci harus seperti ini seandainya ancaman Gia tidak membuatnya berkutik seperti saat ini.

"Lo bantu (Namakamu) atau jabatan lo akan hilang sekarang? Itu adalah pilihan lo saat ini. Lo melanggarnya, maka ucapkan selamat tinggal dengan jabatan lo sekarang."

Alrka meninju tiang penyangga itu dengan kuat. "Aku akan selesaikan semua ini, (Namakamu). Aku akan selesaikan," bisik Alrka dengan penuh keyakinan.

**

Bersambung....

P.S : KUY! RAMAIKAN!

Me and My Broken HeartDonde viven las historias. Descúbrelo ahora