5

3.6K 502 31
                                    

Kini semuanya beda, semenjak kejadian kemarin, (Namakamu) mengubah pandangannya tentang sosok Iqbaal Gerald Pratama. Bukan.. ini bukan mengenai siluman lagi, dan bukan juga tentang persugihan Nyi Roro Kidul. Tapi, ini tentang pandangan yang menganggap Iqbaal adalah sosok laki-laki yang perhatian. Hanya itu, bukan lagi sosok yang menjengkelkan.

(Namakamu) menepuk pipinya yang mulai berpikir tidak tahu arah, ia seharusnya tidak memikirkan adik kelas itu, tapi Alrka, cinta pertama dan terakhirnya. (Namakamu) menganggukkan kepalanya untuk membenarkan ucapannya.

(Namakamu) untuk hari ini tidak terlambat datang sekolah, ia ada piket untuk hari sekarang. Melihat jam di pergelangan tangannya, jam masih pagi – mungkin kelasnya sudah terisi dan mulai ramai. (Namakamu) kembali berjalan sedikit cepat untuk menuju kelasnya.

(Namakamu) terus berjalan dengan pikirannya kembali melayang luas, saat tiba-tiba ada sebuah mobil putih mewah melintas dari arah belakangnya, ia melihat mobil mewah itu memarkirkan mobilnya di tempat yang sudah dikhususkan.

(Namakamu) mulai mendelik tidak suka, mulai rasa tidak suka ia tunjukkan kepada si pemilik mobil itu. Ia tahu siapa pengemudi itu. Itu pasti..

"Kan betul gue bilang, si anak pamer kekuasaan," ucap (Namakamu) yang memandang sinis mobil itu.

Iqbaal- si pemilik mobil – itu turun dari mobilnya, ia terlihat tampan dengan potongan rambut barunya, kacamata hitamnya yang bertengger indah di matanya, seragamnya yang rapi, dan tas ranselnya yang bergantung satu di pundaknya.

(Namakamu) mengakui bahwa Iqbaal tampan, melebihi tampannya Alrka. Tapi, seketika ia menyesali merubah cara pandangnya kepada Iqbaal, dia tetap si laki-laki pamer kekuasaan itu. (Namakamu) mencoba tidak menghiraukan teriakan kecil kagum dari adik-adik kelas itu untuk Iqbaal, lebih baik ia menuju kelas untuk memulai piket paginya.

(Namakamu) kembali berjalan, ia hanya perlu berjalan menuju kelas dan tidak memperdulikan mereka-mereka itu.

"Pagi, Kak."

Ia tahu, itu suara Iqbaal yang terdengar napasnya yang memburu cepat. Setiap pagi, dipastikan Iqbaal mengejarnya dan mulai menyapa dirinya dengan ucapan itu.

(Namakamu) melirik Iqbaal yang menghembuskan napasnya pelan, lalu kembali menatap lurus ke depan. " Hmm.. ." Dan seperti biasa, (Namakamu) membalasnya dengan deheman singkat.

Iqbaal melirik (Namakamu) yang tidak melihat penampilannya sekarang, padahal ia sudah berusaha untuk dapat serapi mungkin dan memotong rambutnya sesuai peraturan sekolah. Iqbaal memasukan salah satu tangannya ke dalam saku celananya.

"Kakak mau ke kelas, ya?" pertanyaan yang bodoh, tapi itu yang dapat ia keluarkan dari beribu-ribu pertanyaan yang berada di dalam kepalanya ini.

"Nggak, Dek. Kakak mau study tour." Dan kembali jawaban sarkastik dari (Namakamu) membuat Iqbaal tidak berkutik.

'Bego emang,' batin Iqbaal mengutuk dirinya.

Iqbaal menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia mencoba terkekeh alami. "Ya, pasti ke kelas lah ya, Kak. Terkadang memang pertanyaannya nggak nyambung," sambung Iqbaal dengan serba salah.

(Namakamu) menggelengkan kepalanya dengan pelan, ia bersedekap dada sembari memberhentikan langkah kakinya. Iqbaal juga menghentikan langkah kakinya, terkejut melihat (Namakamu) sudah menghadapnya dengan tatapan tajamnya.

"Ke-ke napa, Kak?" tanya Iqbaal gugup.

"Kenapa ikut-ikut?" tanya (Namakamu) dengan tajam.

"Kelas kita kan searah, Kak," jawab Iqbaal dengan tangannya menunjuk kelasnya yang di ujung sana.

"Tapi kan bisa lewat jalan lain," balas (Namakamu) dengan tatapan tajamnya.

Iqbaal tidak berkutik, ia terdiam. Tidak mau melawan. Lalu dengan pelan ia memutar tubuhnya untuk berjalan dari arah lain.

"Ha? Ini mau ke mana?" Dan kembali Iqbaal menghentikan langkah kakinya, ia memutar kembali tubuhnya ke arah (Namakamu).

"Lewat jalan lain, Kak," balas Iqbaal dengan cepat.

(Namakamu) tersenyum untuk pertama kalinya kepada Iqbaal, Iqbaal terdiam.

"Bercanda, kok. Jangan serius gitu, ah! Kakak nggak suka," gumam (Namakamu) dengan senyuman manisnya." Lagian, kakak berterima kasih sama yang kemarin. Udah mau pinjamin jaket-nya sama kakak. Makasih, ya."

Iqbaal yang sudah jatuh kepesona (Namakamu) karena senyuman itu – membuatnya mengangguk tiba-tiba, ia reflek.

(Namakamu) tersenyum sekali lagi, kemudian membalikkan badannya untuk meneruskan perjalanannya.

"Kak.. ," panggil Iqbaal dengan suara beratnya.

(Namakamu) membalikkan badannya saat namanya dipanggil. Ia melihat Iqbaal tidak lepas memandangnya. " Ya?"

"Boleh minta id line?"

Iqbaal mengeluarkan ponselnya, (Namakamu) mengangkat salah satu alisnya.

**

Bersambung...

P.S : Mau lanjut sekarang? Kuy! Vote 60 minimal dan Komentar 20

Me and My Broken HeartWhere stories live. Discover now