9

3.7K 524 39
                                    

Iqbaal menutup pintu mobilnya kemudian dia menguncinya. Ia berjalan meninggalkan mobilnya, ada perasaan tidak sabarnya untuk melihat (Namakamu), walaupun kemarin sempat ada rasa canggung di antara mereka, karena ucapannya yang tidak ada aba-abanya. Iqbaal mengingat itu lagi, membuatnyaa tersenyum kecil.

Ia tidak sabar untuk melihat kakak kelasnya itu.

"Iqbaal."

Namanya terpanggil, Iqbaal tahu suara siapa itu. Dengan senyumannya yang tidak terlepas, membuatnya mengalihkan pandangannya kepada suara itu, suara yang membuatnya tidak sabar bertemu.

"Kak (Namakamu)? Apa kab—"

PLAK!

Iqbaal terkejut saat merasakan tamparan keras dari (Namakamu), perih karena tamparan keras itu. Iqbaal menyentuh pipinya yang terkena tamparan keras (Namakamu).

(Namakamu) menatap penuh amarah ke arah Iqbaal. " LO DENGAN KEKAYAAN LO ITU SAMA-SAMA NGGAK GUNA! GUE PIKIR LO ITU BEDA, BAAL! TERNYATA SAMA AJA! GIA DAN LO ITU SAMA-SAMA NGGAK GUNA! " bentak (Namakamu) dengan penuh amarah.

Iqbaal meringis sakit di pipinya, ia melihat amarah menyelimuti (Namakamu). " Maksud kakak, apa? Iqbaal nggak ngerti," balas Iqbaal dengan pipinya yang masih sakit.

(Namakamu) menarik kerah baju Iqbaal, Iqbaal tersentak mendekat (Namakamu). "LO MUKULIN ALRKA! SIAPA LO YANG BERHAK MUKULIN ALRKA? HA ?! ADA GUE SURUH UNTUK LO MUKULIN ALRKA ?! LO SAMA ANJING-NYA DENGAN GIA, TAU LO?!" teriak (Namakamu) tidak terima. Ia mendorong Iqbaal menjauh darinya.

Iqbaal sedikit mundur dari berdirinya, ia begitu merasakan sakit saat ini. Napas (Namakamu) memburu, ia mendengar Alrka ditinju oleh Iqbaal membuatnya terserang rasa emosi berat. Ia merasa ini sudah keterlaluan.

"Gue sumpah, kecewa sama lo!" Kemudian (Namakamu) membalikan badannya meninggalkan Iqbaal yang menatapnya dengan ketidakmengertiannya.

"Kak, dengarin Iqbaal dulu. Ini bukan seperti yang kakak kira, Iqbaal cuma mau sadarin dia, kakak kesakitan karena dia juga kan, Kak?" Iqbaal berusaha menjelaskannya dengan (Namakamu) sembari mengikuti jejak (Namakamu).

(Namakamu) berhenti, lalu membalikkan badannya menghadap Iqbaal – yang benar-benar tidak ingin (Namakamu) menjauh. " GUE NGGAK BUTUH PEMBELAAN LO, BANGSAT! GUE NGGAK BUTUH SIAPAPUN UNTUK BELA GUE!" teriak (Namakamu) dengan marah.

Iqbaal memberantaki rambutnya dengan kasar. " TERUS, GUE BISA GITU LIHAT LO TERLUKA? GUE YANG NGGAK BISA! GUE YANG SAKIT LIHAT LO DIBUAT SEPERTI ITU! GUE YANG NGGAK TERIMA KALAU LO YANG DIJADIKAN BAHAN BULLY-AN MEREKA! SEANDAINYA GUE BISA MILIH UNTUK PERGI, GUE PERGI! APA SALAH GUE DI SINI, KAK? APA?!" bentak Iqbaal yang sudah tidak tahu lagi mengungkapkannya.

"MAU SEJAUH APAPUN LO MEMBELA GUE, GUE . TETAP. AKAN. BENCI SAMA LO!" dan untuk terakhir kalinya (Namakamu) pergi meninggalkan Iqbaal yang terpaku dengan semua ini.

Iqbaal melihat punggung mungil itu menjauh dirinya. Hatinya terasa sakit sekarang. " Tapi kenapa gue yang dibenci? Padahal gue punya banyak cinta untuk lo, Kak."

**

Iqbaal terlihat berantakan, ia benar-benar terlihat berantakan. Dasi yang tidak terpakai, bajunya yang keluar, dan tali pinggang yang tidak terpasang. Aldi melihat berkali-kali Iqbaal memberantaki rambutnya dengan kasar, mengusap wajahnya, dan mengeraskaan rahangnya. Bryan yang biasanya bercanda dengan berbagai hal, kini ikut serius dengan ini.

Sahabatnya tidak pernah seberantakan ini.

Iqbaal berdiri dari duduknya, semua murid yang ada di kelasnya terkejut mendengar meja dan bangku itu bersuara. Guru yang tengah menerangkan pun terhenti akibat suara itu.

Iqbaal mengambi tasnya dan kunci mobilnya, ia berjalan keluar dari kelasnya.

" Iqbaal, mau ke mana kamu? Ini masih proses belajar-mengajar, apa kamu tidak tahu dengan semua ini?" tegur guru itu dengan tegas.

Iqbaal berhenti dari langkah kakinya, ia menendang meja belajar salah satu siswa dengan keras. Semuanya berteriak. "GUE MUAK SAMA SEKOLAH INI!" teriak Iqbaal yang kemudian pergi meninggalkan kelasnya.

Aldi berlari mengejar Iqbaal.

Begitupula dengan Bryan, ia mengambil tas Aldi dan dirinya. Guru itu sudah tidak tahu harus bagaimana, ia benar-benar ketakutan.

Iqbaal benar-benar marah, temperamennya sudah tidak terkontrol lagi. Iqbaal berjalan secepat yang ia bisa, ia benar-benar tidak dapat lagi berpikir.

Saat ia akan melewati ruang kelas para seniornya, ia melihat (Namakamu) turun dari tangga, Iqbaal menghentikan langkah kakinya, tetapi rahangnya mengeras. (Namakamu) melihat pakaian Iqbaal yang tidak sesuai aturan, dan tasnya yang disandangnya. (Namakamu) tidak akan menegurnya, ia bahkan kembali menaikki anak tangga itu.

Iqbaal mengepalkan tangannya. "TERSERAH! KALAU LO BENCI GUE, ITU TERSERAH LO! GUE MUAK SAMA SEMUA INI! SEKOLAH DAN PERASAAN INI! BRENGSEK SEMUANYA!" teriak Iqbaal yang sudah tidak dapat lagi mengontrol emosinya.

Ia pergi menjauh dari (Namakamu), ia benar-benar sudah muak dengan semua ini.

(Namakamu) menghentikan langkah kakinya saat mendengar teriakkan Iqbaal yang sangat kuat itu. (Namakamu) berpegangan pada besi tangga itu, ia benar-benar tidak mengerti dengan perasaannya yang sakit melihat Iqbaal seperti tadi.

"Perasaan? Perasaan apa?" tanya (Namakamu) lirih.

**

"Kita putus!" ucap Alrka dengan tegas. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi menjalin hubungan dengan Gia, apa lagi setelah ia tahu bahwa Gia lah yang menyakiti (Namakamu).

"Apa? Putus? Kamu putusin aku pasti karena cewek gampangan itu, kan?"

Alrka menggelengkan kepalanya dengan tegas. " Bukan hanya karena dia, sifat kamu yang selalu membuat aku benci dengan ini semua. Kamu terlalu sombong, kamu sok berkuasa dengan segala yang kamu punya. Gia, aku kira kamu itu beda dari perempuan yang lain. Ternyata, kamu lebih parah dari apa yang aku bayangkan. Kamu tega membuat (Namakamu) kesakitan? Itu tindakan kriminal, Gia."

Gia menyipitkan kedua matanya ke arah Alrka. " Itu alasan kamu! Kamu putusin aku karena kamu sudah menjalin hubungan dengan (Namakamu), kan? Ini hanya alasan kamu, supaya kamu tidak lagi diam-diam pacaran sama dia, kan?! Memang pantas dia disebut perempuan gampangan! Perusak hubungan orang!"

"GIA! JAGA UCAPAN KAMU!"

Gia semakin mengeratkan kepalan tangannya. "Aku akan terus membuat (Namakamu) menderita! Biar dia tahu apa akibat dari merebuh milik orang lain!"

"AKU BUKAN MILIK SIAPAPUN!"

"KAMU MILIK AKU, ALRKA! MILIK AKU!"

Alrka menggelengkan kepalanya dengan tatapan tidak mengertinya. " Kamu berubah, Gia."

"ITU SEMUA KARENA KAMU! KARENA KAMU!" Gia melemparkan tasnya dengan sembarang, ia sudah tidak tahan lagi dengan semua ini.

"Aku juga tahu, kalau kamu pacarin aku hanya untuk memenangkan kamu di pemilihan ketua osis, kan? Aku hanya sebagai batu loncatan kamu kan, Ka? Iya, kan?"

Alrka terdiam, ia tidak berkelit lagi.

Gia mengusap airmatanya dengan cepat. " Cepat atau lambat, kamu akan terima karmanya, Ka."

Kemudian Gia pergi meninggalkan Alrka yang terdiam dengan semua ini. Ia benar-benar tidak percaya, bahwa Gia tahu dengan semua ini.

**

Bersambung...

P.S: KUY! KOMEN DAN VOTE! KOMEN 30 MINIMAL DAN VOTE 100.

Me and My Broken HeartWhere stories live. Discover now