13

4K 529 46
                                    

Iqbaal meletakkan (Namakamu) dengan lembutnya ke ranjang ruang kesehatan itu, (Namakamu) masih terisak kecil saat Iqbaal meletakkannya ke ranjang. Iqbaal mensejajarkan dirinya kepada (Namakamu) yang menutup kedua matanya, Iqbaal mengusap pipi (Namakamu) yang terkena lemparan telur-telur, terigu, dan air itu.

(Namakamu) membuka kedua matanya, ia masih terisak, tetapi ia melihat Iqbaal yang terlihat serius mengusap wajahnya dengan tangannya sendiri. (Namakamu) melihat rahang Iqbaal yang mengeras ia menahan amarah.

"Ke-kenapa lo mau nolong gue?" tanya (Namakamu) dengan suranya terdengar terisak.

Iqbaal tidak menjawabnya, ia masih membersihkan wajah (Namakamu) dengan tangannya. (Namakamu) melihat kedua mata Iqbaal yang menatap tajam kotoran di wajahnya, sekali-kali ia melihat luka-luka di sekujur tangan dan kaki (Namakamu) dengan decakan kecilnya.

(Namakamu) yang menunggu jawaban dari Iqbaal yang tak kunjung datang itu pun segera menjauhkan wajahnya dari tangan Iqbaal, Iqbaal memberhentikan tangannya di udara kosong itu. (Namakamu) menatap Iqbaal dengan tajam.

"Kenapa lo mau nolong gue? Gue udah marah sama lo! Gue juga udah nyuruh lo untuk jangan bela gue lagi! Kenapa lo mau nolong gue?!" sentak (Namakamu) dengan tatapan tajamnya kepada Iqbaal.

Iqbaal menegakkan badannya, ia masih tetap diam. (Namakamu) dengan cepat menangkan tangan Iqbaal saat Iqbaal akan pergi menjauh darinya, Iqbaal berhenti. Ia berhenti namun tidak membalikkan badannya.

"Gue tahu kenapa lo mau nolong gue. Lo mau ucapan terima kasih dari gue, kan? Lo mau dibilang pahlawan sama gue, kan? Lo mau dibilang—"

"Gue nggak mau orang yang gue suka tersakiti. Lebih baik gue yang sakit daripada kakak," potong Iqbaal dengan tubuhnya menghadap (Namakamu).

(Namakamu) terkejut, ia benar-benar terkejut.

Iqbaal menghembuskan napasnya dengan kasar saat ia mengaku dengan lancarnya, ia benar-benar sudah gila.

(Namakamu) mengerjapkan kedua matanya, ia kira ini mimpi. Kembali ia menatap wajah Iqbaal dan wajah itu memalingkannya ke arah lain, emosinya masih terlihat jelas di sana. "Lo suka gue?" tanya (Namakamu) memastikan.

(Namakamu) mengernyitkan dahinya saat melihat Iqbaal mendekatinya, dan seketika membuat (Namakamu) membolakan kedua matanya saat Iqbaal mencium bibirnya dengan lembut.

Iqbaal mencium bibir (Namakamu) sekilas, lalu menatap (Namakamu) yang terkejut hebat. "Dari lama Iqbaal suka, tapi baru sekarang ngakunya," bisik Iqbaal tepat di depan wajah (Namakamu).

Iqbaal menyunggingkan senyumnya tepat di hadapan (Namakamu). (Namakamu) seketika cegukkan.

**

18 Agustus 2009, 09:00.

"Ayo! Semuanya dalam bentuk barisan yang rapi. Kami akan melakukan pengecekkan barang bawaan kalian semua, yang salah akan dihukum." Suara lantang itu membuat adik-adik kelas itu merapikan barisannya, mereka tampak teratur.

(Namakamu) melipat lengan almamaternya yang panjang itu hingga ke sikutnya, udara benar-benar sangat panas. Menggulung rambutnya, lalu mejepitnya dengan jepitannya yang selalu ia bawa ke mana-mana.

"Kakak yang telah yang menjadi pembimbing anggotanya, silahkan memeriksa perlengkapan yang dibawa oleh adik-adiknya."

(Namakamu) mendesah kesal, udara panas sekali dan sekarang disuruh melakukan pengecekkan yang tidak ada gunanya ini. Dengan rasa kesalnya, (Namakamu) mulai memeriksa adik-adik kelasnya satu per satu.

"Kamu siapa namanya?" tanya (Namakamu) dengan terik matahari yang semakin menyengat dirinya, ia kepanasan.

"Iqbaal,Kak."

Me and My Broken HeartDove le storie prendono vita. Scoprilo ora