8

3.8K 525 34
                                    

Alrka menganggukkan kepalanya, ia terlihat tengah berbicara dengan serius dengan salah satu anggota osisnya. Terlihat kernyitan di dahinya yang juga ikut berpikir dalam pembicaraan tersebut.

"ALRKA!" Suara teriakan yang menggelegar membuat siswa-siswa yang ada di sekitar mereka mengalihkan pandangannya kepada suara yang menggelegar itu.

Alrka pun ikut teralihkan, karena suaara menggelegar itu memanggil namanya. Alrka menyipitkan sedikit matanya saat melihat siapa yang mencari dirinya.

"Iqb—"

BUG!

Satu tinjuan kuat dari Iqbaal membuat Alrka terjatuh begitu keras ke lantai itu. Suara terkejut dari anggota osis itu seketika terdengar, Iqbaal terlihat sangat emosi, dilihat wajahnya yang memerah menahan emosi.

Iqbaal menarik kerah baju ketua osis itu, ia membuat Alrka tercekik akibat tarikan kasar itu. Alrka terbatuk-batuk akibat tarikan kasar Iqbaal.

"COWOK ANJING! LO KE MANA SAAT (NAMAKAMU) DI-BULLY! DIA BERTAHAN KARENA LO! KARENA LO,BANGSAT!" teriak Iqbaal dengan emosinya. Ia kembali melayangkan tinjuannya yang kuat ke arah Alrka.

Alrka kembali terjatuh dengan kuat, ia belum siap dengan semua ini. Napas Iqbaal memburu, ia begitu marah kepada manusia keparat ini.

"JANGAN ADA YANG NOLONG DIA! ATAU GUE KELUARIN LO DARI SEKOLAH!" ancam Iqbaal dengan suara bentakannya. Anggota osis yang akan menolong Alrka membuatnya memberhentikan dirinya, dia terdiam.

Alrka meringis sakit, ia menatap Iqbaal yang menatap tajam dirinya. "A-apa maksud lo?" tanya Alrka terbata-bata.

Iqbaal kembali menarik kerah baju Alrka, Alrka meringis sakit. "Jangan buat dia tersakiti lagi, atau gue benar-benar mempermainkan jabatan lo di sini! Ngerti?" ancam Iqbaal dengan bisikan tajamnya.

Alrka kembali didorong kasar oleh Iqbaal. Iqbaal menatapnya sekilas kemudian pergi meninggalkan Alrka yang meringis kesakitan.

**

"Sedih lah pokoknya kalau diceritain."

"Sumpah! Gue nyesal khawatir sama lo. Mendingan gue makan di kantin."

"Yaudah! Sana !Makan sampai badan lo meledak!"

"Yaudah, sih! Selo aja."

"Selo-selo pala lo meledak."

"Meledak mulu dibahas? Lo lagi pengin meledak? Iya?"

"ALWAN! KELUAR DARI UKS SEKARANG!" teriak (Namakamu) yang sudah tidak tahan lagi dengan Alwan.

Alwan terkejut, bahkan ia hampir jatuh dari berdirinya. (Namakamu) meringis sakit saat kakinya mulai terasa sakit.

Alwan mulai mendekati (Namakamu), "Ma-maaf..jangan sakit, (Namakamu) cabe! Jangan.."

(Namakamu) meringis sakit sembari menarik rambut Alwan, Alwan berteriak. "KELUAR!" teriak (Namakamu) bak ibu-ibu yang akan melahirkan.

"GIMANA MAU KELUAR?! LO NARIK RAMBUT GUE!"

"KOK LO NGE-GAS ! "

"KESAKITAN BEGO!"

"Oh, iya.. lupa.. sakit!" Dan pada akhirnya, (Namakamu) melepaskan tarikan rambutnya dari Alwan. Alwan mengusap kepalanya dengan ringisan sakit juga.

"Lo yakin sendirian di sini? Gue benaran khawatir, (Namakamu)." Kini Alwan mengeluarkan ekspresi khawatirnya yang tulus.

(Namakamu) menganggukkan kepalanya pelan," Nggak apa-apa, kok. Gue lagian mau tidur, gue capek," sahut (Namakamu) dengan pelan.

Alwan menghela napasnya, ia melihat sahabatnya yang kesakitan itu. Sebenarnya, ia ingin membantah, tetapi ia juga tahu bahwa sahabatnya ini membutuhkan waktu menyendiri. Kembali, Alwan mengusap puncak rambut sahabatnya.

"Gue keluar," pamit Alwan dengan lembut. (Namakamu) menganggukkan kepalanya.

(Namakamu) mulai berbaring di tempat tidur itu, ia dengan perlahan-lahan juga merapikan selimutnya untuk menutupi kakinya yang sudah dibaluti oleh perban. Menepuk pelan bantalnya, lalu mulai berbaring.

Ia menatap langit-langit ruang kesehatan ini, (Namakamu) kembali mengingat kejadian itu, kejadian yang membuat hampir menangis kuat. Tapi, itu semua tertahan saat Iqbaal datang memeluk dirinya.

(Namakamu) menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia mulai memikirkan tentang kenyaman dan kehangatan pelukan Iqbaal. " Astaga! Dia adalah Iqbaal, orang yang lo benci, orang yang sering lo hukum, orang yang ... buat lo nyaman. AAAAAAA... Mamiii.... Anakmu tengah membutuhkan obat bius tingkat tinggi," pekik (Namakamu) dengan badan mungilnya yang sedikit bergerak – yang alhasil membuatnya kembali meringis.

(Namakamu) memberengut dengan imutnya saat pikirannya kembali memikirkan tentang kehangatan itu. "Dasar! Modus!" (Namakamu) mulai mengutuk Iqbaal yang berada di dalam pikirannya.

(Namakamu) memukul kepalanya dengan gerutuannya - saat ia akan menoleh ke sisi kanannya, ia melihat Iqbaal berdiri di sana dengan pandangan aneh kepadanya. (Namakamu) membolakan kedua matanya, "KAPAN LO DI SINI?!"

"Dari kakak teriak tadi." Iqbaal mengucapkannya dengan penuh kejujuran.

(Namakamu) benar-benar membutuhkan seorang pesulap untuk menghilangkan dirinya sementara waktu. "Bisa nggak, kalau masuk diketuk terlebih dahulu pintunya? Gimana kalau gue lagi telanjang dan lo masuk? Mau gue hukum untuk loncat Monas?" (Namakamu) benar-benar malu saat ini, hanya ini sekarang harga dirinya.

Iqbaal menggelengkan cepat kepalanya. "Jangan, Kak," sahut Iqbaal dengan cepat.

(Namakamu) mengusap wajahnya dengan kasar, ia benar-benar sial bulan ini. Dan, kembali ia melihat dengan kernyitan di dahinya, Iqbaal berjalan keluar dari kamar ruang kesehatan itu.

"Lo mau ke mana?" tanya (Namakamu) dengan kernyitan di dahinya.

"Mau ngetuk pintu, Kak. Mau ngulangi cara masuknya." Iqbaal terlalu polos atau memang bodoh? (Namakamu) menghela napasnya dengan berat. "Memang ada suruh gue ulangi?" tanya (Namakamu) dengan gemas.

Iqbaal menggelengkan kepalanya dengan wajah tampannya yang polos itu. " Nggak ada, Kak."

"Bunuh gue aja udah! Sial banget kayaknya," ucapan gemas (Namakamu) membuat Iqbaal tersenyum.

"Jangan, nanti nggak ada yang hukum Iqbaal, Kak," balas Iqbaal tanpa sadar.

Dan seketika hening.

**

Bersambung..

P.S : MINRIK PELIT CERITA :( BAKAL LANJUT! TAGIH AJA!

Me and My Broken HeartWhere stories live. Discover now