16

4.4K 580 37
                                    

(Namakamu) merapikan buku-buku pelajarannya, ia baru saja menyelesaikan catatannya yang ada di papan tulis. Kelas sudah sepi, dan anggota yang piket pun telah pulang. (Namakamu) menghela napasnya saat penanya kembali hilang, kebiasaan laki-laki di dalam kelasnya. Datang tidak bawa alat tulis, pulang membawa kotak pensil.

Lebih baik, pulang sekolah nanti dia akan membeli di took buku terdekat. (Namakamu) mulai meransel tasnya, ia berjalan keluar kelasnya. Tetapi, langkahnya terhenti saat melihat laki-laki yang belakangan ini ia sesali mengapa ia bisa menaruh harapan kepadanya.

Alrka, Alrka menatap (Namakamu) dengan tajam. Ia berdiri tepat di depan pintu kelas (Namakamu). (Namakamu) terdiam, ia menatap tidak suka kepada Alrka.

"Aku mau bicara sama kamu," ucap Alrka untuk pertama kalinya di dalam minggu belakangan ini.

(Namakamu) bersedekap dada, ia membiarkan Alrka berdiri tepat di depan pintu kelasnya. " Gue dengerin sampai 5 menit, lebih dari itu.. kita selesai," balas (Namakamu) dengan tenang.

Alrka menghembuskan napasnya dengan pelan, ia melihat gadis yang ia perjuangkan selama ini tidak lagi menganggapnya istimewah. Alrka berharap, mata indah itu kembali berbinar-binar kembali saat melihat dirinya. Alrka memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

"Are you okay?" tanya Alrka dengan suara beratnya yang lirih.

(Namakamu) mengingat kembali kejadian-kejadian menyakitkan itu, dia diejek, dia di-bully, dia dijadikan bahan olok-olokkan. Dia tidak baik, dia benar-benar tidak baik, dia membutuhkan pelindung, dan pelindung yang ia harapkan tidak datang. Dia hilang tanpa jejak, (Namakamu) menutup sekilas matanya kemudian membuka kedua matanya dengan menahan sedihnya hati.

" Tenang, Iqbaal ada untuk nyelamatin aku. Dia datang walau gue nggak manggil dia, dia datang disaat gue butuh perlindungan, dan dia datang untuk nyelamatin gue." (Namakamu) mulai berjalan untuk keluar dari kelasnya, Alrka menatap (Namakamu) dengan keterkejutannya.

"Iqbaal? Kamu dekat dengan Iqbaal?" Alrka menahan lengan (Namakamu) agar tidak pergi meninggalkannya.

(Namakamu) mencoba melepaskannya, tetapi Alrka tetap mempertahankannya. Alrka menarik (Namakamu) untuk menghadapnya, (Namakamu) meringis sedikit sakit.

"Kamu sadar, itu Iqbaal! Iqbaal yang—"

"Iya! Dia Iqbaal si pemilik sekolah itu, dia Iqbaal yang gue benci, dan dia Iqbaal si sombong itu. Tapi, Ka, Iqbaal yang ada pada saat gue mencari lo untuk nolong hanya dia yang ada di saat itu. Lo tau? Dia Iqbaal yang selama ini gue benci itu," sela (Namakamu) dengan penuh penekanan.

Alrka melepaskan genggaman itu dengan perlahan-lahan, tanpa diberi tahu Alrka melihat ada rasa cinta dikedua mata (Namakamu) saat menyebut nama Iqbaal.

(Namakamu) dengan cepat pergi meninggalkan Alrka yang mulai memberantaki rambutnya, ia benar-benar patah hati untuk pertama kalinya. Perempuan yang ia perjuangi, kini telah beralih hatinya kepada laki-laki lain.

**

(Namakamu) dengan rasa kesal yang masih menyelimuti dirinya membuatnya sedikit menghentakkan kakinya saat ia berjalan menuju gerbang sekolahnya, ia benar-benar kesaldengan pembicaraan akhirnya dengan Alrka. (Namakamu) menarik napasnya dengan pelan, lalu membuangnya dengan perlahan.

Melirik jam di pergelangan tangannya, sepertinya masih sedikit lama untuk dijemput. (Namakamu) memegang kedua pipinya yang memerah, jika sudah kesal pasti pipinya memerah seperti ini. (Namakamu) mengeluarkan ponselnya kemudian membuka aplikasi kameranya, benar dugaannya, pipinya memerah layaknya buah tomat.

(Namakamu) menggerutu kesal kembali, kalau begini pasti jadi pandangan orang-orang. Mulai ia berjalan menuju pos satpam sekolahnya, ia lebih baik menunggu di sana. Sembari menunggu jemputan, ia memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan.

Me and My Broken HeartWhere stories live. Discover now