SWEET MORNING ANGEL

9.3K 650 22
                                    

**

(Namakamu) membuka sesuatu di dalam lemari gantungnya, ia mengambil beberapa bahan masakkannya dengan berjinjit, maklum kadar tingginya sebagai perempuan tidak ditakdirkan untuk mencapai batas standar.

(Namakamu) bersiul kecil setelah ia telah mendapatkan bahan makananya, ia memulai masakannya. Ia terlihat lihai saat memotong bawang, sayuran, dan beberapa bahan lainnya. Ia juga terlihat lincah saat membalikkan gorengan dalam wajan itu. Siulan yang tak bernada itu ia lakukan.

Ketika ia tengah asyik memasak dengan siulan tanpa bernadanya, tiba-tiba sebuah kecupan singkat di rambut belakangnya, dan pelukan yang hangat mengejutkan dirinya.

"Dicariin daritadi, dipanggil daritadi, malah di sini," bisik suara berat di belakang (Namakamu).

(Namakamu) menghembuskan napasnya untuk menenangkan jantungnya, ia mendelik ke arah bahunya yang sejak tadi dicium oleh lelaki di belakangnya ini. "Untung aku nggak punya riwayat penyakit jantung, kalau aku punya penyakit jantung, gimana? Akunya mati, kamunya jadi duda tidak beranak."

Iqbaal-lelaki yang memeluk (Namakamu)- hanya dapat memeluk perut istrinya dengan erat sembari mengecup pipi istrinya.

"Udah deh, Baal. Aku lagi masak, kalau kamu kepengin rumah kita kebakaran, ayo! Aku bantu," ucap (Namakamu) yang mencoba melepaskan pelukkan Iqbaal.

Iqbaal berdecak kesal mendengar penuturan istrinya yang selalu membuatnya ingin menjatuhkan dirinya dari lantai atas. Ia melepaskan pelukannya dengan kesal, lalu mulai mengambil gelas untuk ia minum.

"Kamu tuh ya, nggak bisa bikin suaminya senang dikit. Biarin dulu kek, suaminya peluk kangen atau tungguin suaminya bangun dulu dari tidur, baru kamu turun masak. Udahlah kemarin langsung tidur, bukan tungguin suaminya pulang," omel Iqbaal sembari membuka kulkasnya.

(Namakamu) meniru perkataan Iqbaal sembari memotong bahan masakan berikutnya. "Namanya juga ngantuk, lagian kamu lama banget pulang kerja," balas (Namakamu) dengan suaranya yang terdengar ketus.

Iqbaal menutup kulkasnya kembali, ia masih memegang gelas kosong itu sembari berjalan cepat ke arah istrinya. Ia berdiri di samping (Namakamu) yang tengah memotong."Nah! gitu juga dengan aku, Sayang. Aku rindu sama kamu ya, tentulah aku peluk kamu. Memang salah?" balas Iqbaal dengan kesal.

(Namakamu) hanya memutar kedua bola matanya dengan malas, lalu mematikan kompornya. Ia meletakkan pisaunya juga. Setelah semua aman, ia menghadap suaminya yang masih terlihat kesal dengan kelakuan istrinya ini.

"Yaudah, kamu mau dipeluk, kan?Sini... ayo... ," ucap (Namakamu) mencoba menarik Iqbaal untuk memeluknya.

Iqbaal dengan wajahnya yang sedikit melunak pun langsung membawa istrinya ke dalam pelukannya, ia membenamkan wajahnya di pundak istrinya. "Kalau daritadi kayak gini, aku juga nggak bakal marah-marah," bisik Iqbaal dengan lembut.

(Namakamu) yang memang terukur mungil pun hanya pasrah ketika Iqbaal benar-benar memeluknya, ia melingkarkan tangannya di perut Iqbaal. "Kamu kan memang selalu marah-marah, mau itu setiap pagi, siang, sore, mahgrib, subuh, mau pagi juga," balas (Namakamu) dengan ketus.

Iqbaal hanya tersenyum mendengar ucapan ketus istrinya, ia dengan ringannya menaikkan (Namakamu) ke atas meja dapurnya, (Namakamu) terpekik akibat pergerakan Iqbaal membawanya ke atas meja dapur.

(Namakamu) membolakan kedua matanya saat Iqbaal tersenyum manis. "Ini kedua kalinya kamu kejutkan aku. Sekali lagi kamu kejutkan aku, aku bikin kamu terkejut," omel (Namakamu) dengan kesal.

Iqbaal mengernyitkan dahinya saat omelan (Namakamu) yang begitu aneh, tetapi Iqbaal suka mendengarnya. "Maksudnya mau balas dendam?" tanya Iqbaal mencoba mencari kesimpulannya.

(Namakamu) memikirkan pertanyaan Iqbaal sebentar, Iqbaal melihat wajah istrinya yang berpikir. "Hmm.. iya deh kayaknya. Nantilah aku kasih tahu kalau sudah yakin," balas (Namakamu) dengan kedua matanya yang indah itu menatap Iqbaal.

Iqbaal hanya dapat menghembuskan napasnya dengan pelan mendengar ucapan istrinya."Untung aku cinta sama kamu, ya?" ucap Iqbaal sembari menyampirkan helaian rambut (Namakamu) di telinga istrinya.

(Namakamu) hanya menggoyangkan kedua kakinya yang tidak menyentuh lantai, sudah dikatakan bahwa (Namakamu) itu mungil. Iqbaal menyandarkan kedua tangannya yang kuat itu di kedua sisi meja dapur itu, hingga ia dapat mensejajarkan wajahnya dengan istri kecintaannya ini.

"Kamu tahu aku rindu sama kamu?" ucap Iqbaal tepat di wajah istrinya.

(Namakamu) hanya menganggukkan kepalanya sembari merapikan rambut suaminya yang terlihat acak-acakkan tetapi tampan.

"Jadi, apa kata yang tepat untuk mendeskripsikan rasa rindu aku ke kamu?" tanya Iqbaal yang mendekatkan wajahnya kepada (Namakamu).

(Namakamu) menggoyangkan kakinya. " I miss you?"

"Ya, I miss you too." Lalu Iqbaal mencium bibir istrinya dengan perlahan-lahan, ia meluapkan rasa cintanya kepada istri mungilnya ini.

(Namakamu) yang tidak tahan dengan ciuman Iqbaal yang lama, membuatnya menyerongkan wajahnya, Iqbaal yang sejak tadi menikmatinya membuatnya harus terhenti.

"Kenapa, sayang? Kamu nggak rindu sama aku?" bisik Iqbaal dengan suaranya yang serak namun terdengar berat.

"Udah ah, aku mau masak lagi. Kamu mandi sana," usir (Namakamu) sembari mendorong pelan Iqbaal.

Iqbaal tidak beranjak, ia mengurung (Namakamu) yang terlihat ingin turun. "Kamu kenapa sih suka banget buat aku hampir gila ini? Kamu nggak cinta lagi sama aku? Iya?" tanya Iqbaal dengan kedua matanya yang menatap (Namakamu) tajam.

"Jangan marah gitu, aku kan nggak mau kamu kelaparan, aku mau kamu-"

"Aku nggak butuh apa-apa, aku hanya butuh kamu! Kamu tahu itu." Iqbaal memotong ucapan (Namakamu) dengan suara beratnya.

(Namakamu) melihat kilatan kecewa dari Iqbaal, ia dengan cepat mengusap pipi Iqbaal dengan tangan mungilnya. Iqbaal ketika sedang seperti ini, tidak pernah memalingkan wajahnya dari istrinya, ia tetap memandang (Namakamu).

"Aku pergi keluar kota selama satu minggu lebih, dan kamu nggak mau sempatkan meluk aku. Berarti, hanya aku yang punya rasa rindu di sini," ucap Iqbaal dengan kesal.

(Namakamu) menggelengkan kepalaanya dengan cepat,"aku rindu kok. Suer!" balas (Namakamu) dengan cepat.

"Terus kenapa kamu nggak mau aku cium?" tanya Iqbaal dengan wajah tidak senangnya.

"Kamu nggak akan berhenti cium aku, dan kamu nggak akan beri aku kesempatan untuk bernapas," jawab (Namakamu) dengan malas.

Iqbaal menundukkan kepalanya sembari menghembuskan napasnya dengan pelan.

(Namakamu) mengusap rambut Iqbaal dengan lembut. "Selamat datang suamiku, Iqbaal Gerald Pratama," bisik (Namakamu) di telinga Iqbaal.

Iqbaal mengangkat kepalanya, lalu membawa (Namakamu) ke dalam pelukannya. "Ahh.. I miss you so much," ucap Iqbaal dengan pelukan eratnya.

**

Well, suamiku ini lebih muda dariku. Dia adalah adik kelasku yang sempat membuat ku risih, dan mampu membuatku gila setengah mati. Tapi, seiring berjalannya waktu atau mungkin Tuhan telah menakdirkan, aku sekarang menjadi istri dari adik kelas ini, Iqbaal Gerald Pratama. Bagaimana bisa?

Ini kisah yang akan aku sampaikan lewat tulisan indah yang menampung makna yang kuat.

Aku dan suamiku.

**

Bersambung..

P.S : Vote tembus 34 lebih dan Komentar 10 lebih, akan lanjut dengan cepat.

Me and My Broken HeartWhere stories live. Discover now