"26" Mama

1.2K 77 20
                                    

Vallan terus memukul samsak tinju di depannya tak peduli seberapa banyak keringat yang telah mengalir di pelipisnya yang dia pikirkan hanya bagaimana cara menghilangkan rasa kesalnya.

Sudah beberapa jam setelah kejadian tadi, Vallan lebih memilih pergi ke basecamp daripada melanjutkan pelajaran di kelas.

Sebenarnya juga Vallan bersekolah disana karena perintah almahum Mamanya dan kalau bukan perintah langsung dari Mama mungkin Vallan lebih memilih putus sekolah dan mengurus para anak buahnya.

Meski banyak yang Vallan akan usahakan demi masa depan yang lebih baik tapi hal itu tidak akan berguna juga pada akhirnya.

Ya, Vallan sadar, dirinya telah rusak jika diibaratkan dengan cermin, Vallan telah retak yang hanya menunggu waktu untuk pecah lalu hancur melebur tanpa sisa.

Anji masuk ke dalam ruangan Vallan, ia tahu basecamp ini karena dia seorang pecandu.

Anji dan Cakra adalah sahabat baik dari SD, namun karena masalah di dalam keluarga mereka, tanpa sadar mereka terjerumus ke dalam ruang lingkup yang salah.

Anji mengambil pekerjaan sebagai DJ di salah satu club malam dan juga Cakra yang bekerja sampingan sebagai bartener.

Anji dan Cakra diam-diam tanpa sepengetahuan orang lain ternyata sering menggunakan barang haram, hingga suatu saat tanpa sengaja Anji dan Cakra menunggak pembayaran karena uang yang mereka miliki telah habis.

Alex, salah anggota The Darkness yang dulu merupakan salah satu kandidat terkuat pengganti ketua genk terdahulu mencari Cakra dan Anji kemudian memukul serta memaksa mereka berdua membayar tunggakannya.

Vallan yang pada saat itu masih menjabat sebagai tangan kanan ketua terdahulu, merasa kasihan pada Cakra dan Anji yang sebenarnya adalah teman sekelas SMPnya, namun karena sifat cuek dan dingin Vallan, cowok itu jarang bergaul dengan teman-teman sebayanya.

Vallan memberikan uang untuk membayar semua hutang Cakra dan Anji dan dari sanalah dua cowok itu selalu mengikuti Vallan tanpa peduli berapa kali Vallan mengusirnya dan membentaknya.

Namun lambat laun, Vallan berhasil menerima mereka menjadi sahabat, hingga kini hubungan mereka masih tetap baik.

"Lo masih inget dulu Lan kalau disini gue sama Cakra hampir mati kalau gak ada lo?" Anji tersenyum samar.

"Gue kira lo itu kejam soalnya lo terlalu dingin sama lingkungan sekitar tapi ternyata lo beda Lan, tapi sayang sampai sekarang lo masih sama," Anji menghela nafas.

"Lo ngapain kesini?" Tanya Vallan berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Mancing," Jawab Anji asal.

"Hah?"

"Cakep-cakep kok bego?" Sindir Anji yang membuat Vallan menatap Anji datar.

"Bercanda, biasa gue cari barang kesini, stok gue di rumah habis," Vallan menganggukan kepalanya.

Vallan kemudian melanjutkan kembali meninju samsak di depannya dengan Anji yang duduk di kursi memperhatikan setiap gerakan Vallan.

"Lan, lo ngerasa gak badan lo tambah kurus?" Gerakan Vallan seketika terhenti.

"Lo bukannya udah tahu penyebabnya?" Anji tersenyum samar.

"Mungkin sebentar lagi nasib gue sama kayak lo," Vallan melanjutkan kegiatannya, pura-pura tidak peduli dengan ucapan Anji walau sebenarnya cowok itu selalu mendengar ocehan sahabatnya.

Anji nampak tersenyum menerawang, "Lo masih inget awal pertemuan kita?" Anji melirik ke arah Vallan yang masih sibuk dengan kegiatannya.

"Lo nolongin gue dari si Alex kalau tanpa lo mungkin gue udah mati sekarang,"

Milan [Completed]Where stories live. Discover now