"17" Deja Vu

1.6K 100 22
                                    

Sepasang mata mengamati berbagai aktivitas yang terjadi di sekitarnya.

Tepat pada musim penghujan di bulan februari, setiap tanggal yang sama di bulan ini, Rena selalu pergi ke tempat ini.

Hari ini... tanggal 14 Februari, seperti biasa Rena selalu pergi ke makam Rana, kakak kembarannya.

Rena menaruh sebuket bunga tulip putih pada makam yang bertuliskan nama Rana Variella.

"Apa kabar kak? Gue terlalu lama ya gak dateng kesini?" Rena tersenyum.

"Lo pasti bisa liat gue dari sana kan? Maaf... gue belum bisa menuhin satu keinginan lo." Perlahan senyum itu mulai pudar mengingat satu keinginan kakaknya.

"Maaf Ra... untuk satu hal itu gue enggak bisa... itu hidup gue... itu kebiasaan gue."

"Rena tetap Rena dan Rena bukan Rana." Ekspresi sendu mulai menghiasi wajah Rena.

"Gue capek...capek di jadiin pelampiasan dan cuma pengganti, capek dianggap gak ada."

"Apa gue salah ngelakuin itu sebagai pelampiasan?"

"Apa salah kalau gue kayak gini?"

"Oke, gak usah di ungkit lagi, nih gue mewek kan jadinya." Rena menghapus air matanya.

"Gue pergi dulu ya... happy birthday Rana." Rena bangkit dari makam kakaknya lalu pergi menjauh, dari kejauhan seseorang memandanginya dengan ekspresi tak terbaca.

"Dugaan gue gak salah."

*****

Mia menggerakan badannya katika terasa sepasang lengan yang memeluk pinggangnya erat.

Perlahan matanya membola ketika membuka mata hal yang pertama kali terlihat adalah wajah Vallan yang hanya berjarak 5 cm.

Deru nafas halus Vallan bahkan sampai terasa di wajah Mia, jujur saja Mia sekarang merinding ketika berada pada jarak sedekat ini.

Perlahan Mia melepaskan kedua tangan Vallan namun tangan Vallan malah semakin mengerat di pinggang Mia.

"Ish.. susah banget di lepasin." Gerutu Mia kesal namun Vallan malah semakin erat memeluk Mia dan kepalanya berada di ceruk leher Mia.

Deru nafas Vallan semakin terasa bersenuhan dengan leher Mia, demi apapun Mia sudah tidak tahan, badannya merinding ketika merasakan nafas Vallan.

Perlahan Mia menjauhkan badannya dari Vallan lagi, mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan pria itu.

Berhasil... Vallan melepaskan Mia namun ketika ingin berdiri Mia merasakan sakit di bagian bawahnya.

"Aww.. sakit." Vallan langsung membuka mata ketika mendengar suara seseorang yang mengaduh kesakitan.

"Masih sakit Mi? Maaf gue kasar kemarin malem." Pipi Mia memerah ketika mendengar perkataan Vallan yang mengingat kemarin malam.

Gila!! Kenapa Vallan membalasnya?!

"Gak usah blushing gitu." Bukannya menghilang tapi warna merah pada pipi Mia tambah merah.

"Yaudah, mau ke kamar mandi kan?" Tanya Vallan mengalihkan topik, Mia menganggukan kepalanya.

"VALLAN!!" Mia terperajat kaget ketika Vallan menggendongnya ala bridal style.

Milan [Completed]Where stories live. Discover now