"20" Jakarta

1.5K 88 35
                                    

Vote dulu ya sebelum baca biar gak lupa 🌟

❤Happy Reading❤
.
.
.
.
.
~

Hari terakhir Mia dan Vallan berada di Papua. Besok pagi, mereka akan pergi ke Jakarta kembali melaksanakan rutinitas mereka sehari-hari.

Di hari ini, kembali Mia dan Vallan mengajar di sekolah dasar yang dulu mereka kunjungi.

Senyum dan tawa dari wajah anak-anak yang berada disana menghiasi hari-hari Vallan dan Mia.

Di pojok jelas, seorang siswa tak lagi diam, merenungi nasibnya, ia lebih bersemangat dan sering tersenyum semenjak pertemuannya dengan Mia dan Vallan.

Bel tanda pelajaran pun di akhiri, mereka nampak berhamburan dengan membawa tas mereka.

"Kak pulang yuk!" Ajak Dino kepada Mia dan Vallan.

Dari beberapa waktu ini Vallan, Mia dan Dino memang tinggal satu atap.

Tiba-tiba di tengah perjalanan, mereka melewati sebuah aliran sungai, tempat yang sama seperti tempat yang ditunjukan oleh Vallan kepada Mia dulu.

Mereka duduk di atas sebuah batu, sambil mengamati beberapa aktivitas warga setempat.

Beberapa warga terlihat asik memancing, ada yang mencuci dan ada pula yang berenang.

"Dino, kenapa kamu bisa ada di Papua? Bukannya kamu selama ini tinggal di Jakarta?" Tiba-tiba Vallan bertanya, Mia sontak menoleh ke arah Vallan lalu menatap Dino.

Ekspresi wajah Dino berubah, "Ceritanya panjang kak,"

Vallan mengambil sebuah batu lalu melemparkannya ke arah sungai. "Sepanjang apapun cerita kamu, kakak bakalan denger kok." Dino nampak menimbang-nimbang untuk menceritakannya atau tidak, terutama kepada Vallan, pria yang baru saja beberapa waktu ini Dino kenal.

Dan selama ini Vallan hanya bertindak cuek dan acuh pada Dino, seakan-akan Dino tak pernah ada di sisinya.

"Kamu pasti bingung kenapa kakak nanya kayak gitu?" Dino menganggukan kepalanya kecil.

Vallan masih saja mengambil batu lalu melemparnya ke arah sungai. "Coba liat batu yang kakak lempar!" Dino menoleh ke arah batu yang di lempar oleh Vallan.

Batu yang di lempar oleh Vallan tenggelam ke dalam air, Vallan menoleh menatap Dino, "kamu ngerti maksud kakak?" Tanya Vallan lagi, dengan muka polosnya Dino menggeleng.

"Jadi gini, kenapa batu itu tenggelam?" Dino nampak memikirkan jawabannya.

"Karena batu berat?" Vallan mengangguk.

"Tapi lebih tepat karena massa jenis batu lebih berat daripada massa jenis air sehingga batu akan tenggelam."

"Ibaratkan batu itu masalah kamu sedangkan air itu waktu."
Dino nampak memperhatikan penjelasan Vallan.

"Semakin lama kamu memendam sebuah masalah, pada akhirnya masalah yang dari awalnya kecil berubah menjadi besar, dari masalah ringan berubah menjadi berat, semakin lama waktu berjalan masalah itu akan semakin tenggelam."

Terdapat jeda di antara ucapan Vallan. "Tenggelam bukan berarti masalahnya menghilang karena telah tidak terlihat namun artinya kamu tiba pada titik batas, dimana mungkin penyelesaian dari maslah itu telah tidak ada."

Vallan memberikan jeda pada ucapannya hingga hanya terdengar suara air sungai yang mengalir."Dan mungkin pada saat itu kata 'penyesalan' akan terucap." Dino nampak merenungi perkataan Vallan tadi.

Milan [Completed]Where stories live. Discover now